Perekonomian Hong Kong kemungkinan akan memulai awal yang kuat di kuartal pertama yang dibantu oleh perdagangan global yang meningkat dan efek kekayaan dari pasar properti yang kuat di kota ini, meskipun analis memperingatkan bahwa pertumbuhan mungkin tidak begitu hebat di kuartal mendatang.
Perekonomian diperkirakan akan meningkat 3,4 persen pada kuartal Januari-Maret dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan 3,1 persen pada kuartal terakhir tahun 2016, menurut perkiraan median 11 analis yang disurvei oleh Reuters.
Pertumbuhan akan melampaui batas akhir kisaran diproyeksikan pemerintah 2 sampai 3 persen untuk tahun 2017, sebuah keuntungan bagi pemerintahna baru Carrie Lam yang akan dilantik pada 1 Juli sebagai chief executive.
Secara berurutan, ekonomi diperkirakan akan mengalami kenaikan 0,6 persen musiman disesuaikan, menurut enam ekonom.
“Pertumbuhan kemungkinan didukung oleh meningkatnya perlahan-lahan permintaan eksternal dan penguatan pasar properti,” kata ekonom HSBC dalam sebuah catatan.
Setelah enam tahun mengalami pertumbuhan yang mengecewakan, ekonomi dunia mendapat momentum, didorong oleh pemulihan siklis di pasar keuangan manufaktur dan kenaikan meskipun terjadi overhang meningkatnya proteksionisme perdagangan di seluruh dunia.
Dana Moneter Internasional (IMF) bulan lalu membukukan proyeksi pertumbuhan global 2017 menjadi 3,5 persen dari 3,4 persen pada Januari dan Tiongkok mencatat tingkat pertumbuhan 6,9 persen pada kuartal pertama 2017, tercepat dalam enam kuartal.
Permintaan dari daratan Tiongkok berarti lebih banyak barang dikirim melalui pelabuhan Hong Kong, dengan ekspor Maret tumbuh 17 persen dari tahun sebelumnya.
Harga rumah pribadi Hong Kong mencapai rekor tertinggi untuk bulan kelima berturut-turut di bulan Maret, meningkatkan kekhawatiran bahwa pemerintah dapat mengumumkan pembatasan baru dengan harga yang melambat.
Namun dengan Tiongkok juga melakukan tindakan tegas terhadap produk shadow banking dalam beberapa pekan terakhir, beberapa analis memperingatkan bahwa pertumbuhan mungkin akan melambat.
Meningkatnya harga rumah dan pasar saham yang booming telah mengakibatkan pemilik rumah merasa lebih kaya sementara pembeli daratan juga berbondong-bondong ke Hong Kong, mendorong rebound pada penjualan ritel.
Namun, biaya properti yang melonjak akan menjadi masalah bagi pemerintahan baru di bekas koloni Inggris di mana penduduknya sudah mengalami tekanan dari biaya hidup yang tinggi dan kesenjangan kekayaan yang melebar.
Doni/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang