Harga minyak mentah berjangka naik untuk sesi keempat berturut-turut pada hari Selasa (27/06) di sesi Asia, terbantu aksi short covering investor, meskipun kekhawatiran mengenai pasokan minyak yang membengkak masih mengancam harga.
Harga minyak mentah berjangka A.S. West Texas Intermediate (WTI) naik 11 sen atau 0,25 persen, pada $ 43,49 per barel.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik 15 sen atau 0,33 persen menjadi $ 45,98 per barel.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya telah berusaha mengurangi kelebihan minyak mentah global dengan penurunan produksi.
Negara-negara OPEC dan 11 eksportir lainnya sepakat pada bulan Mei untuk memperpanjang potongan 1,8 juta barel per hari (bpd) sampai Maret.
Namun, Nigeria dan Libya, anggota OPEC dibebaskan dari pemotongan, telah meningkatkan produksi.
Iran diizinkan meningkatkan jumlah kecil untuk memulihkan pangsa pasar yang hilang akibat sanksi Barat atas program nuklirnya. Dikatakan produksinya telah melampaui 3,8 juta bpd dan diperkirakan akan mencapai 4 juta bph pada Maret.
Demikian juga produksi minyak serpih A.S. telah meningkat sekitar 10 persen sejak tahun lalu, dengan jumlah kilang minyak A.S. beroperasi paling tinggi dalam lebih dari tiga tahun.
Manajer hedge fund dan manajer keuangan lainnya nampaknya telah mengabaikan semua harapan bahwa OPEC akan menyeimbangkan pasar minyak.
“Data perdagangan menunjukkan bahwa spekulan telah memotong posisi long net mereka di WTI dan Brent ke level terendah dalam 10 bulan pekan lalu,” kata ANZ dalam sebuah catatan.
Pedagang juga melihat ke depan ke Konferensi Energi EIA di Washington, di mana produsen minyak serpih A.S. diharapkan memberikan pandangan mereka mengenai kondisi pasar saat ini.
Analis di Bank of America-Merrill Lynch mengatakan permintaan tidak tumbuh cukup cepat untuk menyerap kelebihan produksi.
Seiring pasar minyak global merosot tentang kekurangan pasokan yang membandel, goyahnya pertumbuhan permintaan pada importir minyak mentah utama Asia semakin menghambat upaya pemulihan keseimbangan pasar.
Kekeringan di Tiongkok, pengaruh buruk dari demonetisasi di India, dan populasi yang menua dan menurun di Jepang menahan pertumbuhan permintaan minyak mentah di tiga dari empat pembeli minyak dunia.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah akan bergerak positif jika aksi short covering terus berlanjut. Namun kekuatiran peningkatan produksi global masih mengancam harga minyak. Harga minyak mentah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Resistance $ 44,00-$ 44,50, dan jika harga lanjutkan penurunan akan menembus kisaran Support $ 43,00-$ 42,50.
Freddy/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang