Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini Rabu, 25 Oktober 2017 mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang mempertimbangkan beberapa asumsi indikator makroekonomi yang dijabarkan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2018, dan telah disetujui oleh pemegang saham.
Dengan demikian BEI berfokus untuk memperbesar kemampuan mobilisasi dana dan likuiditas pasar modal untuk menyambut peluang dan tantangan di tahun depan.
Asumsi Indikator Makroekonomi 2018 BEI yang ditetapkan adalah pertumbuhan ekonomi di tahun depan yang diprediksikan akan berada pada kisaran 5,4% dengan laju inflasi pada kisaran 3,5% ± 1%. Sedangkan suku bunga acuan Bank Indonesia yaitu 7-day (Reverse) Repo Rate (pengganti BI Rate) diperkirakan akan berada di level 4,25%. Asumsi rata-rata nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS pada tahun 2018 diproyeksi akan berada pada level Rp13.400, dipengaruhi oleh sentimen positif peningkatan investasi dari kalangan pemodal dalam dan luar negeri yang akan memperbaiki neraca pembayaran.
BEI selanjutnya menetapkan asumsi rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) BEI tahun 2018 sebesar Rp9 triliun atau meningkat dibandingkan RKAT 2017-Revisi sebesar Rp7,75 triliun, yang didasarkan pada beberapa asumsi yakni optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia, meningkatnya eksposure kenaikan peringkat investasi menjadi investment grade rating dari lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P), potensi peningkatan jumlah investor baru dan aktivitas IPO perusahaan, serta optimalisasi produk kebursaan (LQ45 Futures dan Indonesia Government Bond Futures). Disamping itu, asumsi kenaikan RNTH di tahun depan juga dipengaruhi oleh mulai beroperasinya PT Pendanaan Efek Indonesia.
Salah satu fokus rencana kerja tahun 2018 BEI adalah pengembangan variasi layanan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas Perusahaan Tercatat, dimana diharapkan BEI dapat mencapai target 35 emiten yang mencatatkan saham baru (initial public offering/IPO) serta sebanyak 60 Perusahaan Tercatat yang melakukan pencatatan tambahan (right issue dan saham bonus). Target emisi obligasi yang dipatok BEI di tahun 2018 adalah sebanyak 80 emisi obligasi korporasi dan 156 obligasi negara.
Penambahan jumlah Perusahaan Tercatat di BEI ditempuh dengan pelaksanaan Program Kerja meliputi kegiatan sosialiasi dan edukasi bagi calon-calon perusahaan tercatat, penguatan underwriter dan profesi penunjang, serta inisiatif penyempurnaan dalam proses IPO (Electronic Book Building).
BEI bersama Anggota Bursa juga berupaya meningkatkan partisipasi investor, dengan terus melaksanakan serangkaian kegiatan di seluruh Indonesia dalam rangka kampanye “Yuk Nabung Saham”, serta mewujudkan keberadaan 34 Kantor Perwakilan di 34 Provinsi dan 400 Galeri Investasi Bursa di berbagai Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia.
Dari sisi pengembangan AB, Bursa berkoordinasi dengan The Indonesia Capital Market Institute (TICMI) dalam rangka memberikan pelatihan dan edukasi untuk meningkatkan kompetensi dan jumlah karyawan Anggota Bursa yang berlisensi (Wakil Perantara Pedagang Efek/WPPE, Wakil Penjamin Emisi Efek/WPEE, dan Wakil Manajer Investasi/WMI). Bursa juga akan melanjutkan Rencana Kerja Percepatan Siklus Penyelesaian Transaksi dari T+3 (tiga hari setelah transaksi) ke T+2 (dua hari setelah transaksi) yang diharapkan dapat meningkatkan likuiditas perdagangan di Bursa.
Dalam hal peningkatan Ketahanan Industri Pasar Modal, BEI akan menjalankan program kerja peningkatan infrastruktur IT seperti Peremajaan Perangkat Storage dan Server Data Warehouse, Migrasi Centralized Trading Platform dan Post Implementation PSP-NDC, serta pengembangan infrastruktur lain seperti Penyelenggaraan Perdagangan Surat Utang di Bursa (Implementasi ETP) Tahap II yang akan memfasilitasi investor untuk melakukan transaksi atas surat utang dan peningkatan tata kelola BEI dengan Sertifikasi Sistem Manajemen Keberlangsungan Bisnis ISO 22301:2012 dan Upgrade ISO 9001:2015.
Untuk tahun 2018, BEI memproyeksikan Total Pendapatan yang akan diperoleh adalah sebesar Rp1,07 triliun atau meningkat 12,81% dibandingkan Total Pendapatan RKAT 2017-Revisi senilai Rp949,74 miliar. Peningkatan proyeksi tersebut disebabkan perkiraan adanya penambahan pada pos Pendapatan Usaha sebesar 14,39%. Proyeksi atas Biaya Usaha BEI untuk tahun 2018 adalah sebesar Rp924,04 miliar (termasuk Biaya Pungutan OJK dengan asumsi 15% dari total pendapatan untuk 2018) sehingga Laba Sebelum Pajak menjadi Rp147,36 miliar. Setelah dikurangi estimasi beban pajak sebesar Rp46,98 miliar maka perkiraan perolehan Laba Bersih BEI di tahun 2018 adalah sebesar Rp100,38 miliar.
Total Aset BEI pada 2018 diproyeksikan sebesar Rp2,55 triliun atau naik 5,74% dari RKAT 2017-Revisi yang berjumlah Rp2,41 triliun. Adapun Saldo Akhir Kas dan Setara Kas (termasuk investasi jangka pendek) di 2018 diproyeksikan mencapai Rp1,31 triliun.
RUPSLB BEI dihadiri oleh 105 pemegang saham dari 106 anggota bursa aktif atau sebanyak 99,06% dari jumlah pemegang saham yang memiliki hak suara. Selain telah disetujuinya RKAT 2018, pemegang saham juga secara aklamasi menyetujui agenda RUPSLB BEI lainnya yakni Perubahan Anggaran Dasar Perseroan.
Herwantoro/VMN/VBN/Journalist Editor : Asido Situmorang