Teknologi di Era Digital, Apa pengaruhnya bagi Perbankan?

3051

(Vibiznews – banking) – Dalam 10 tahun ke depan teknologi akan semakin maju dan mendominasi berbagai sektor. Teknologi pada saat ini bukan hanya diaplikasikan di dunia pekerjaan saja, tetapi seluruh aspek kehidupan seperti di rumah dan berbagai tempat. Kemajuan yang sangat pesat tersebut membuat sumber daya manusia tidak terlalu dibutuhkan lagi dalam 10 tahun ke depan. Semua akan digantikan dengan teknologi atau robot yang secara otomatis dapat menggantikan tugas manusia. Termasuk dalam industri perbankan yang saat ini sudah mulai memanfaatkan teknologi untuk transaksi nasabah.

Saat ini masyarakat juga semakin melek dengan teknologi. Bank harus mengikuti perkembangan zaman. Contohnya, dulu semua orang jika ingin bertransaksi harus ke kantor cabang atau ke mesin ATM. Tapi sekarang  melalui teknologi  terjadi shifting  ke mobile dan internet banking. Jadi tidak perlu  pergi ke bank, bertemu front office , teller atau customer service bank. Semua bisa dilakukan sendiri.

Kantor cabang bank yang dikelola oleh teller akan tergilas dengan kehadiran teknologi. Peran teller telah mengalami penurunan tajam dalam 15 tahun terakhir dan 10 tahun ke depan akan menghilangkan sebagian besar pekerjaan dalam bentuk ATM yang lebih maju.

Dari hasil riset, dalam dekade  tahun 2014 sampai 2024 pekerjaan teller akan turun sebesar 8%. Transformasi digital masyarakat mendorong perubahan yang signifikan terhadap perusahaan dari semua tipe – termasuk perbankan.

Bank di Eropa menutup ribuan cabang.
Mengutip Reuters, perbankan di Uni Eropa telah menutup 9.100 kantor cabang dan mengurangi 50.000 pegawai tahun lalu. Hal tersebut karena nasabah lebih memilih transaksi secara online atau digital.

The European Banking Federation menyebutkan jumlah kantor cabang di Uni Eropa tercatat 189.000 pada akhir tahun lalu. Turun 4,6% dibandingkan tahun 2015. Kemudian jumlah pegawai sebanyak 2,8 juta orang, ini adalah jumlah terendah sejak 1997. Sekitar 48.000 kantor cabang telah ditutup sejak 2008. Kemudian pada 2015 bank mempercepat proses pemangkasan jumlah kantor.

Teknologi dinilai menjadi penyebab ditutupnya kantor cabang tersebut. Saat ini nasabah lebih sering melakukan pembayaran secara elektronik melalui mobile dan internet banking.
Kemudian tingkat bunga yang rendah membuat bank harus memangkas biaya operasional sebagai cara penghematan. Bunga rendah menyebabkan bank menekan seluruh pendapatan keuntungan yang biasanya lebih besar.

Sejumlah bank di kawasan Eropa merespons dengan menutup kantor cabang. Inggris contohnya, yang sepanjang tahun ini sudah menutup 762 kantor cabang. Untuk mempertahankan pelayanan, sejumlah bank memberikan promosi gratis biaya mulai dari pembuatan rekening hingga penarikan uang. Ini dilakukan agar bisnis bisa tetap berjalan.

Para pengamat ekonomi,  menjelaskan saat ini nasabah bank di Indonesia juga sudah mulai melek teknologi. Nasabah mulai jarang mendatangi kantor cabang untuk bertransaksi, mereka menggunakan fasilitas internet hingga mobile banking yang dimiliki oleh bank.

Rasionalisasi di  bank domestik

Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aslan Lubis menjelaskan kepada media bahwa memang banyak bank yang melakukan efisiensi karena dorongan teknologi yang mempermudah nasabah tanpa harus ke kantor.

“Kondisi ini memaksa bank untuk memanfaatkan teknologi seperti yang kita kenal dengan digital banking, yang lebih mudah dan cepat tanpa harus ke kantor, “ ujar Aslan Lubis

Beliau menjelaskan akibat teknologi tersebut, kantor cabang dinilai semakin sepi. Sehingga bank menutup beberapa kantor cabang khususnya cabang pembantu dan mengalihkan ke cabang terdekat. Otomatis dengan berkurangnya jaringan kantor akan mendorong bank melakukan rasionalisasi jumlah pegawai.
Hal ini terlihat dari jumlah pegawai  di beberapa bank nasional berkurang cukup signifikan dalam satu tahun terakhir, yakni dari periode September 2016-September 2017, antara lain:

  1. Pada September 2017, PT Bank Danamon Tbk mencatatkan jumlah pegawai Danamon dan anak usahanya 30.226 atau berkurang 2.436 orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 32.662.
  2. PT Bank OCBC NISP Tbk, jumlah pegawai pada September 2017 tercatat 6.511 pegawai, berkurang 363 orang dibandingkan periode September 2016, 6.874 pegawai.
  3. PT Bank Bukopin Tbk jumlah pegawainya pada September 2017 tercatat 5.974 orang, berkurang 153 orang dibandingkan September 2016 yang sebanyak 6.127 orang.

Itu sebabnya, para karyawan bank  juga harus mempersiapkan  diri di era digital ini, karena memang akan terjadi perubahan yang signifikan oleh teknologi.
Ke depan akan ada shifting besar-besaran dari konvensional ke digital banking yang memerlukan sedikit tenaga manusia. Jadi harus punya skill agar bisa bertahan.

Selain itu era persaingan bebas pada 2020 di masyarakat ekonomi Asean (MEA) sektor keuangan, pasti bank sudah memilah bagian mana yang akan dipangkas untuk bisa bersaing dengan negara asing.

Artificial Intelligent dan Robot

Lain lagi prediksi mantan Bos Citigroup Vikram Pandit yang mengatakan dalam lima tahun ke depan 30% pekerjaan di bank bisa menghilang. Vikram  Pandit mengatakan ancaman terbesar teknologi datang dari kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan robot. Kedua teknologi ini akan menggantikan pegawai yang bekerja di back office.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mulai khawatir dengan prediksi mantan Bos Citigroup Vikram Pandit tersebut. Sehingga, OJK mulai mengumpulkan data pegawai perbankan untuk kajian sertifikasi yang diperlukan di masa mendatang.

Direktur Penelitian Bank Umum OJK Antonius Harie juga mengatakan, penggunaan teknologi oleh bank mulai meningkat secara cepat. Bank mulai menggunakan teknologi baru sehingga memungkinkan nasabah melakukan transaksi tanpa harus ke kantor cabang. Itu fakta yang dihadapi perbankan saat ini, orang semakin malas datang ke kantor cabang, hal ini terlihat dari penggunaan e-banking yang terus meningkat

OJK kini tengah mengumpulkan data Sumber Daya Manusia (SDM) di seluruh perbankan termasuk yang terkait information technology (IT).  Data yang dikumpulkan tersebut akan dijadikan kajian dalam menentukan edukasi dan sertifikasi di masa mendatang.

Hal itu untuk mengantisipasi ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ataupun penurunan penyerapan lapangan kerja di sektor perbankan. Kemungkinan tenaga  IT nanti yang jadi porsi besar. Jadi pegawai bank lebih banyak ke arah itu.

Untuk mengantisipasi perkembangan informasi, komunikasi, teknologi dan inovasi yang semakin maju, kompetitif dan terintegrasi maka Bank Indonesia juga mengeluarkan seperangkat peraturan yang mengatur sistem pembayaran nasional yang diarahkan pada pembangunan ketahanan pengembangan yang terintegrasi dan berkesinambungan, serta peningkatan daya saing melalui gerbang pembayaran nasional yang dikenal dengan nama National Payment Gateway (NPG).

National Payment Gateway (NPG) merupakan pemenuhan atas kebutuhan masyarakat dalam bertransaksi secara non tunai dengan menggunakan instrumen pembayaran ritel dan untuk memfasilitasi serta memperluas masyarakat untuk gerakan non tunai.

Kesimpulannya dengan adanya perkembangan teknologi digital dan semakin banyak masyarakat melakukan transaksi  non tunai lewat internet banking/mobile banking maka:

  1. Bank perlu menyiapkan produk perbankan yang sifatnya digital
  2. Bank perlu melakukan assessment atas sistem operasional dan infrastruktur yang dipergunakan
  3. Bank perlu melakukan assessment  berapa jumlah cabang yang ideal yang dimiliki
  4. Bank perlu memperlengkapi sumber daya manusia yang memiliki skill untuk melakukan operasi perbankan

Era digital sudah tiba dan akan mempengaruhi gaya hidup dan perangkat finansial sehingga bank yang tidak mempersiapkan diri akan tertinggal.

 

*)Diolah dari berbagai sumber

Belinda/VMN/VBN/Senior Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here