(Vibiznews – Forex) Dolar AS jatuh pada hari Senin kemarin, ditekan oleh data yang menunjukkan upah yang rendah terus menerus, yang kemungkinan akan menghambat Federal Reserve untuk menaikkan tingkat bunga lebih dari tiga kali tahun ini.
Laporan Non-Farm Payroll pada hari Jumat yang lalu menunjukkan kenaikan di bulan Februari jauh lebih daripada yang diperkirakan, tetapi kenaikan upah, yang merupakan indikator yang diawasi Fed dengan ketat, tetap rendah.
Penghasilan per jam rata-rata hanya naik 4 sen atau 0.1%, menjadi $26.75 di bulan Februari, perlambatan dari kenaikan 0.3% di bulan Januari.
Dolar AS juga berjuang ditengah ketidak pastian mengenai proteksi perdagangan AS, setelah Presiden Donald Trump mengenakan tarif terhadap impor baja dan alumunium, kecuali dari Mexico dan Kanada.
Disamping perdebatan mengenai perdagangan, angka kunci inflasi AS berpotensial menciptakan lebih banyak ketidak pastian bagi investor dengan akan dirilisnya data harga konsumen pada malam hari ini dan indeks harga produsen pada hari Rabu besok.
Menurut James Chen, kepala riset di Forex.com kepada Reuters, “Setiap angka inflasi pada minggu ini yang lebih rendah daripada yang diperkirakan bisa mendorong kenaikan harga saham dan memberikan tekanan lanjutan terhadap dolar AS yang sedang berjuang mempertahankan dirinya”.
Di bulan Januari, upah dan inflasi muncul dengan angka yang lebih baik daripada yang diperkirakan, membuat kemungkinan kenaikan tingkat suku bunga semakin besar. Namun, sebagaimana yang kita ketahui, setelah itu upah kembali jatuh di bulan Februari. Apakah inflasi akan mengikutinya? Ini adalah suatu pertanyaan yang besar. CPI inti diperkirakan tetap tidak berubah di 1.8% setahun dan naik sebesar 0.2% per bulan setelah meningkat 0.3% sebelumnya. Inflasi telah menjadi bagian yang terhilang sejak lama dan sampai sekarang masih belum panas dengan cepat.
Pada perdagangan menjelang akhir, dolar AS jatuh 0.4 persen terhadap yen Jepang menjadi 106.37 yen, dan turun 0.5 persen di 0.9470 franc terhadap mata uang Swiss.
Yen Jepang, yang cenderung naik pada saat pasar sedang dilanda kecemasan, mengalami kenaikan sekalipun mata para trader sedang mengamati skandal kroni yang melibatkan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dengan sahabat dekatnya, Menteri Keuangan Taro Aso.
Sementara itu euro, naik terhadap dolar AS menjadi $1.2335, mendorong turun indeks dolar AS 2 persen menjadi 89.90.
Setelah memulai tahun 2018 dengan kuat, euro tetap tinggal dibawah angka puncak selama tiga tahun di bulan Februari sebesar $1,2556. Hasil pertemuan bank sentral yang bernada lebih “dovish” pada pertemuan minggu lalu terus membebani mata uang tunggal ini.
Ricky Ferlianto/VBN/Head of III, Vibiz Consulting Group
Editor: Asido