(Vibiznews – Commodity) Harga Minyak naik, bahkan Brent sempat melewati $ 80 per barel pada hari Senin (22/10), terangkat oleh kecemasan atas krisis diplomatik yang memburuk antara Arab Saudi dan Barat, hanya dua minggu sebelum sanksi AS berpotensi menekan pasokan minyak mentah Iran.
Menteri Energi Saudi, Khalid al-Falih, mengatakan kepada kantor berita Rusia, TASS, bahwa negaranya tidak memiliki niat untuk melepaskan embargo minyak seperti tahun 1973 pada konsumen Barat, tetapi lebih difokuskan pada peningkatan produksi untuk mengkompensasi kerugian pasokan di tempat lain, seperti Iran.
Beberapa anggota parlemen AS telah menyarankan memberlakukan sanksi terhadap Arab Saudi atas pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi, sementara Arab Saudi, eksportir minyak terbesar dunia, berjanji akan membalas sanksi apa pun dengan “tindakan lebih besar”.
Falih mengatakan Arab Saudi akan segera meningkatkan produksi menjadi 11 juta barel per hari (bpd) dari 10,7 juta saat ini. Dia menambahkan bahwa Riyadh memiliki kapasitas untuk meningkatkan produksi hingga 12 juta bpd dan sekutu OPEC Teluk, Uni Emirat Arab, dapat menambah 200.000 bpd lebih lanjut.
Harga minyak mentah AS berjangka bergerak naik 31 sen menjadi $ 69,43 per barel.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik 45 sen ke $ 80,23 per barel pada 0900 GMT.
Sanksi AS terhadap sektor perminyakan Iran dimulai pada 4 November dan analis yakin bahwa hingga 1,5 juta bph dalam persediaan bisa beresiko.
OPEC sepakat pada bulan Juni untuk meningkatkan pasokan guna menutupi gangguan yang diperkirakan terhadap ekspor Iran.
Namun, dokumen internal yang ditinjau oleh Reuters menyatakan OPEC sedang berjuang untuk menambah barel karena peningkatan pasokan Arab Saudi diimbangi oleh penurunan di tempat lain.
Sementara Arab Saudi bermaksud menebus barel yang hilang, prospek permintaan tahun depan memburuk.
Sengketa perdagangan yang sedang berlangsung antara China dan Amerika Serikat hampir pasti akan mengikis permintaan, kata para analis.
OPEC sendiri memperkirakan permintaan untuk minyak mentahnya akan jatuh ke rata-rata 31,8 juta bpd tahun depan, dari rata-rata 32,8 juta bpd tahun ini.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak akan bergerak naik seiring meningkatnya ketegangan politik Arab Saudi denga negara Barat. Juga rencana pengenaan sanksi minyak Iran oleh AS juga meningkatkan harga. Harga minyak diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $ 69,90-$ 70,40, dan jika turun akan bergerak dalam kisaran Support $ 68,90-$ 68,40.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group