(Vibiznews – Commodity) – Melihat pergerakan harga minyak mentah setelah anjlok parah oleh profit taking dari penguatan 2 hari berturut sebelumnya, di pasar komoditas internasional hari Kamis (29/11) terpantau masih dalam kisaran harga $50 per barel namun sedikit diatas penutupan sebelumnya. Penurunan harga minyak mendapat tekanan dari laporan pasokan minyak mentah AS oleh EIA dan berita dari Timur Tengah.
Harga minyak telah jatuh ke posisi harga termurah dalam lebih dari 1 tahun perdagangan pada posisi $ 50,05 sebelum akhirnya ditutup turun 2,5%. Tekanan harga minyak didapat dari pemberitaan hasil pertemuan Menteri perminyakan Nigeria-Ibe Kachikwu dengan Menteri Energi Saudi-Khalid al-Falih. Hasilnya mengatakan bahwa terlalu dini untuk mengatakan apakah Nigeria akan bergabung dengan tambahan produksi minyak.
Berita lainnya Menteri Arab Saudi tersebut mengatakan bahwa Arab Saudi tidak akan memotong produksi sendiri untuk menstabilkan pasar minyak. Tekanan juga ditambah oleh laporan mingguan yang diterbitkan oleh EIA mengungkapkan bahwa stok minyak mentah di AS meningkat 3,6 juta barel untuk pekan yang berakhir 23 November dibandingkan dengan perkiraan analis untuk peningkatan 0,7 juta barel.
Terpantau di pasar komoditas sesi Asia hari Kamis (29/11), harga minyak mentah berjangka jenis Brent yang merupakan harga patokan minyak dunia berada di posisi $ 59,15 per barel yang merupakan terendah dalam 14 bulan. Sementara itu harga minyak mentah berjangka AS atau WTI berada di posisi $ 50,73.
Untuk perdagangan selanjutnya, analis Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah dapat terkoreksi kembali oleh sentimen diatas dan juga proyeksi turunna kurs dolar AS.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Jul Allens