(Vibiznews-Commodity) Setelah “gap” pembukaan yang sedikit “bearish”, emas berhasil memperoleh kembali daya tariknya dan sekarang sedang membangun dirinya kembali ke “rebound” puncak 1 ½ minggu lalu.
Dolar AS mengalami kemunduran dari puncak 1 ½ tahun yang berhasil dicapai setelah keluarnya laporan penjualan eceran bulanan AS pada hari Jumat yang lalu, dan membantu komoditi yang berdenominasikan dolar ini membalikkan dirinya dari penurunan di dalam perdagangan sesi Asia ke area $1239.
Ketidak pastian mengenai outlook kebijakan moneter the Fed untuk tahun 2019 membuat kenaikan USD berada dalam posisi bertahan pada permulaan dari minggu trading yang baru ini dan muncul sebagai salah satu faktor kunci yang menyokong permintaan untuk metal kuning yang tidak memberikan imbal hasil secara langsung.
Selain itu, meningkatnya ketakutan atas outlook pertumbuhan global terus membebani sentimen investor, yang terbukti dari sentimen pasar saham Eropa yang berhati-hati, memperpanjang penambahan dukungan terhadap metal berharga yang dipandang sebagai berstatus “safe-haven” ini.
Meskipun ada kombinasi faktor pendukung, kenaikan harga emas kelihatan masih enggan untuk menjadi pertaruhan yang agresif dan lebih memilih untuk menunggu “update” kebijakan moneter dari FOMC yang terbaru, yang diskedulkan untuk diumumkan selama sesi perdagangan AS pada hari Rabu yang akan datang.
Sementara ini, sentimen resiko pasar yang lebih luas dan dinamika harga USD kemungkinan masih akan terus bertindak sebagai kunci penentu dari momentum komoditi ditengah absennya rilis data ekonomi yang menggerakkan pasar dari AS.
Kenaikan lebih lanjut dari harga emas melewati area $1242-43 bisa berlanjut kearah zona supply di $1248-50. Arah sebaliknya, area $1236-1235 bisa menjadi “support” terdekat untuk bertahan, yang mana bila tertembus bisa mempercepat penurunan lebih jauh kearah “support” horizontal di $1227.
Ricky Ferlianto/VBN/Head of III, Vibiz Consulting Group
Editor: Asido
