(Vibiznews – Commodity) Harga minyak jatuh pada hari Kamis (03/01), masih tertekan kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi pada tahun 2019 akan memangkas permintaan bahan bakar saat pasokan minyak mentah melonjak.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 75 sen menjadi $ 45,79 per barel pada pukul 09.00 GMT.
Harga minyak mentah berjangka internasional Brent turun 50 sen menjadi $ 54,41 per barel.
Di pasar minyak fisik, eksportir utama Arab Saudi diperkirakan akan memangkas harga Februari karena kadar minyak mentah yang lebih besar dijual ke Asia naik 50 sen per barel karena margin bahan bakar minyak yang lebih lemah, kata responden survei Reuters, Kamis.
Analis menyatakan ketakutan akan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan di masa depan terus menjadi pendorong utama dalam menyebabkan kegelisahan pasar.
Pasar bergolak oleh penurunan lebih dari 3 persen dalam dolar AS terhadap yen Jepang, dan setelah raksasa teknologi Apple memangkas perkiraan penjualannya.
Perlambatan di China dan gejolak di pasar saham dan mata uang tampaknya membuat investor gelisah, termasuk di pasar minyak.
Pasar minyak juga di bawah tekanan dari lonjakan pasokan karena pertumbuhan permintaan diperkirakan melambat.
Produksi minyak mentah AS mencapai rekor 11,7 juta barel per hari (bph) pada akhir 2018, menjadikan Amerika sebagai produsen minyak terbesar di dunia.
Berbicara kepada wartawan pada hari Rabu, Presiden AS Donald Trump mengatakan tekanan AS telah membuat produksi tinggi di antara sekutu di Organisasi Negara Pengekspor Minyak.
Pasokan dari Irak, produsen terbesar kedua di OPEC juga naik, dengan ekspor Desember sebesar 3,73 juta barel per hari dibandingkan 3,37 juta barel per hari pada bulan November.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak berpotensi lemah dengan kekuatiran perlambatan ekonomi dan peningkatan produksi. Harga minyak diperkirakan bergerak dalam kisaran Support $ 45,30-$ 44,80, dan jika naik akan bergerak dalam kisaran Resistance $ 46,30-$ 46,80.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group