Harga Minyak Rebound 2 Persen

781

(Vibiznews – Commodity) Harga minyak melompat sekitar 2 persen pada Selasa (15/01), terpicu bargain hunting meskipun prospek ekonomi yang suram memunculkan kekuatiran permintaan bahan bakar.

Harga turun pada hari Senin setelah data menunjukkan melemahnya impor dan ekspor di China, meningkatkan kekhawatiran baru tentang perlambatan global. Tetapi Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China menawarkan beberapa dukungan pada hari Selasa, menandakan bahwa ia mungkin akan meluncurkan lebih banyak stimulus fiskal.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik $ 1,08, atau 2,1 persen, menjadi $ 51,59.

Harga minyak mentah berjangka Brent naik $ 1,14, atau 1,9 persen, pada $ 60,13 per barel pada jam 9:13 ET (1413 GMT), setelah sempat naik di atas $ 60.

Minyak mentah patokan telah jatuh lebih dari 2 persen pada hari Senin.

OPEC dan sekutu-sekutu yang didominasi Timur Tengah termasuk Rusia sepakat pada akhir 2018 untuk memotong pasokan untuk mengendalikan kelebihan pasokan global. Pemotongan efektif mulai Januari.

Bantuan lebih lanjut datang dari data Jumat yang menunjukkan jumlah kilang AS yang mencari produksi minyak baru turun menjadi 873 pada awal 2019.

Data kilang yang dirilis pada hari Jumat, menunjuk potensi penurunan pertumbuhan produksi yang lebih dari 2 juta barel per hari tahun lalu, menjadikan Amerika Serikat produsen minyak utama dunia.

Turunnya ekspor minyak dari Iran karena sanksi AS yang diberlakukan kembali pada bulan November, juga menawarkan beberapa dukungan terhadap harga minyak mentah, meskipun Washington telah memberikan keringanan sanksi untuk memungkinkan pelanggan utama Iran, sebagian besar di Asia, untuk mengimpor sejumlah minyak.

Jepang mengharapkan untuk memulai kembali impor minyak dari Iran pada awal bulan ini, harian bisnis Nikkei melaporkan pada hari Selasa, dengan beberapa bank Jepang memberitahukan pelanggan mereka akan melanjutkan transaksi untuk pembelian minyak.

Korea Selatan mengharapkan untuk menerima impor minyak Iran pada bulan Januari setelah gangguan empat bulan.

HSBC mengatakan pihaknya memangkas perkiraan harga Brent 2019 rata-rata sebesar $ 16 per barel menjadi $ 64 per barel, mengutip kenaikan produksi AS dan latar belakang permintaan yang semakin tidak menentu.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak berpotensi naik terbantu aksi bargain hunting dengan munculnya harapan perbaika ekonomi China. Harga minyak diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $ 52,10-$ 52,00, namun jika turun akan bergerak dalam kisaran Support $ 51,10-$ 50,60.

Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here