Apa Yang Mendorong Rupiah Kembali Menguat?

580

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Mengawal minggu ini Rupiah menunjukkan keperkasaannya yang kembali menguat terhadap dollar AS setelah minggu lalu memasuki kisaran Rp.14.100. Di pasar spot Bloomberg, Senin (28/1/2019) rupiah diperdagangkan pada Rp 14.050 per dollar AS, menguat 42,05 poin atau 0,3 persen dibandingkan penutupan perdagangan pekan lalu yang berada pada posisi Rp 14.092 per dollar AS.

Apa faktor yang mendasari penguatan pergerakan rupiah?

Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pada acara Ulang Tahun Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) terdapat empat faktor yang mendorong penguatan pergerakan rupiah:

Faktor pertama, kepercayaan investor asing terhadap pasar dalam negeri cenderung meningkat. Perry mengatakan, aliran modal asing terus masuk ke Indonesia, tidak hanya melalui penanaman modal asing (PMA) namun juga investasi portofolio baik melalui obligasi, saham, maupun jenis aset lain.

Kedua, sinergi kebijakan antara pemerintah, BI, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menjaga stabilitas pasar keuangan mendukung prospek ekonomi dalam negeri yang lebih baik. Menurut Perry, kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah terkait penyederhanaan aturan deposito Devisa Hasil Ekspor (DHE) untuk mengoptimalkan kinerja ekspor dalam negeri. Kebijakan itu antara lain penataan logistik terkait lembaga surveyor, beberapa sektor yang berpotensi mendorong ekspor akan dikembangkan seperti garmen, makanan, minuman dan elektronik.

Ketiga, mekanisme pasar valuta asing (valas) semakin berkembang, baik di pasar spot, swap, maupun domestik non delivery forward (DNDF). “Dari waktu ke waktu volume dari DNDF terus berlangsung. Kami pastikan likuiditas valas tersedia baik di spot, swap, maupun DNDF dan pelakunya sekarang tidak hanya dalam negeri tetapi juga investor asing,” ujar Perry.

Keempat, ketahanan eksternal perekonomian dalam negeri dianggap sudah lebih kuat, termasuk dari sisi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang selama bertahun-tahun selalu menjadi masalah ekonomi Indonesia. “CAD kita diperkirakan lebih rendah, sedangkan aliran modal asing (meningkat), akibatnya surplus neraca modal semakin besar sehingga jika dilihat dari sisi fundmental neraca pembayaran kondisinya membaik.

 

 

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting Group

Editor : Asido Situmorang

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here