Bulan Januari Harga Minyak Dunia Melesat, Bagaimana Bulan Selanjutnya?

1522

(Vibiznews – Commodity) – Setelah selama 3 bulan berturut hingga bulan Desember 2018 harga minyak mentah berjangka yang diperdagangkan secara bulanan melemah, akhirnya bangkit kembali di bulan Januari 2019. Sepanjang bulan Januari, perdagangan minyak mentah berjangka mencetak penguatan harga secara bulanan baik untuk minyak WTI maupun minyak Brent.

Diakhir perdagangan komoditas energy bulan Januari, harga minyak Intermediate West Texas AS  turun 44 sen menjadi $53,79 per barel, setelah mencapai tertinggi dua bulan pada $55,37. Harga minyak WTI ini  membukukan kenaikan bulanan 18,5 persen, lompatan terbesar sejak April 2016. Pergerakan harga di bulan Januari merupakan yang  terbaik sejak komoditas berjangka diperdagangkan pada tahun 1983.

Grafik Bulanan Harga Minyak WTI AS
Grafik Bulanan Harga Minyak WTI AS

Demikian juga harga minyak acuan internasional, minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman bulan Maret naik 24 sen menjadi $61,89 per barel. Harga minyak Brent ini membukukan kenaikan bulanan 15 persen, juga merupakan kenaikan bulanan terbaik sejak April 2016.

Grafik Bulanan Harga Minyak Brent

Dalam perdagangan sepanjang bulan Januari hanya 8 hari mengalami pergerakan yang negatif atau bearish dipicu beberapa sentimen terkait menumpuknya pasokan minyak mentah global, selebihnya bergerak bullish oleh beberapa sentimen positif seperti:

  • Dampak pemerintah AS memberikan sanksi terhadap ekspor minyak Iran, meningkatkan kekhawatiran tentang pasokan minyak mentah tingkat sedang, berat, dan asam yang digunakan untuk menghasilkan produk seperti diesel dan bahan bakar jet.
  • Dimulainya pemangkasan produksi minyak negara OPEC dan sekutunya Rusia,  14 negara anggota OPEC telah memproduksi 30,98 juta barel per hari (bph) bulan ini atau telah turun 890.000 bph dari bulan Desember yang merupakan penurunan bulan ke bulan terbesar sejak Januari 2017.
  • Laporan pemerintah AS mencatat cadangan bensin negeri tersebut  turun 2,2 juta barel setelah kenaikan delapan minggu berturut-turut. Persediaan minyak mentah AS naik kurang dari 1 juta barel setelah serangkaian pembangunan besar.
  • Federal Reserve menyatakan akan  bersabar  dalam dalam menaikkan suku bunganya tahun 2019 sehingga berdampak memperkuat pasar saham dan menekan dolar AS. Minyak mentah dijual dalam dolar, sehingga jika nilainya lemah membuat komoditas lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

Untuk sentimen yang membuat harga minyak mentah terpangkas dalam beberapa perdagangan sepanjang bulan Januari yaitu;

  • Aliran data ekonomi yang lemah dari China sebagai konsumen minyak terbesar kedua di dunia, di tengah sengketa perdagangan yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat.
  • Laporan EIA yang mencatat produksi minyak Amerika Serikat naik ke level tertinggi sepanjang masa 11,9 juta barel per hari pada November, naik dari 11,5 juta barel per hari pada Oktober.
  • Tidak jelasnya penyelesaian krisis dagang AS – China, karena pPeningkatan hambatan perdagangan mengancam untuk memperburuk pelambatan pertumbuhan Tiongkok yang dapat mengurangi permintaan bahan bakar.

Namun terlepas dari kinerja bulanan yang kuat, harga kedua jenis minyak mentah tersebut berada di wilayah pasar yang bearish jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Minyak WTI telah turun sekitar 30 persen dari posisi tertinggi 52-minggu pada bulan Oktober. Harga minyak mentah anjlok ke posisi terendah 18-bulan pada kuartal terakhir tahun 2018 karena meningkatnya kelebihan pasokan, sinyal permintaan yang lemah dan pergerakan teknikal.

Untuk perdagangan selanjutnya secara teknikal menurut analyst Vibiz Research Center, pasar minyak kini berada pada pijakan yang kuat, dengan harga yang telah menembus $55 untuk minyak WTI dan $65 untuk minyak Brent akan menjadi sinyal yang sangat bullish bahkan bisa menjadi katalis untuk kenaikan yang lebih signifikan.

Demikian juga secara fundamental, pasar minyak terkini sudah memiliki sentimen yang kuat dari :

  • sanksi baru AS terhadap perusahaan minyak Venezuela, PDVSA. Karena setengah dari ekspor Venezuela yaitu sekitar 1 juta barel per hari masuk ke kilang AS.
  • Pengiriman Arab Saudi ke Amerika Serikat telah jatuh  karena OPEC dan 10 negara sekutunya termasuk Rusia telah sepakat untuk memangkas 1,2 juta barel per hari dari pasar.  Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan kerajaan akan menargetkan output pada 10,1 juta barel per hari untuk bulan berikutnya, turun dari target Januari dan di bawah kuota di bawah apa yang disebut kesepakatan OPEC.

Demikian para investor minyak berjangka dapat menyimak katalis penggerak harga minyak diatas untuk menentukan arah perdagangan selanjutnya. Hal yang bisa diperhatikan setiap harinya juga sebagai petunjuk awal fluktuasi harga minyak minyak mentah yaitu pergerakan bursa saham global dan juga dinamika pergerakan dolar AS.

 

Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group
Editor: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here