(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mencapai level tertinggi dua bulan pada hari Senin (04/02) terdukung pengurangan pasokan yang dipimpin OPEC dan sanksi AS terhadap industri perminyakan Venezuela mengimbangi perkiraan permintaan yang lebih lemah dan perlambatan ekonomi.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS mencapai tertinggi 2019 di $ 55,75 dan kemudian naik 33 sen di $ 55,59.
Harga minyak mentah berjangka Brent, mencapai $ 63,63 per barel, tertinggi sejak 7 Desember, dan naik 66 sen menjadi $ 63,41.
Pasokan OPEC turun pada Januari sebagai jumlah terbesar dalam dua tahun, sebuah survei Reuters pekan lalu menyatakan. Itu mengimbangi kepatuhan terbatas dengan kesepakatan pemotongan produksi sejauh ini oleh non-OPEC Rusia.
Sanksi AS terhadap Venezuela akan membatasi transaksi minyak antara Venezuela dan negara-negara lain dan serupa dengan yang dikenakan pada Iran tahun lalu, beberapa analis mengatakan setelah memeriksa rincian yang diumumkan oleh pemerintah.
Sementara OPEC dan sekutunya memotong produksi, Amerika Serikat memperluas pasokan. Meskipun demikian, angka pada hari Jumat menunjukkan penurunan jumlah kilang minyak AS ke level terendah dalam delapan bulan, memberikan harga beberapa dukungan.
Hambatan utama pada harga adalah kekhawatiran tentang kemungkinan perlambatan permintaan tahun ini karena prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dan perkembangan seperti perang perdagangan AS-China.
Presiden A.S. Donald Trump minggu lalu mengatakan dia akan bertemu dengan mitranya dari Tiongkok Xi Jinping dalam beberapa minggu mendatang untuk mencoba menyelesaikan perselisihan, dan ada harapan bahwa kedua pihak akan mencapai kesepakatan.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah berpotensi kuat terdukung sentimen bullish penurunan pasokan OPEC dan pengenaan sanksi AS terhadap Venezuela. Harga minyak diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $ 56,25-$ 56,75, dan jika harga turun akan bergerak dalam kisaran Support $ 55,25-$ 54,75.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group
