(Vibiznews – Banking) – Dana kuat kelompok orang kaya Indonesia telah menjadi sasaran jasa perbankan prioritas. Bank-bank melalui divisi wealth management-nya mengejar fee based income dengan menawarkan jasa kenyamanan pengelolaan dana dan investasi aman bagi nasabah.
Bank swasta terbesar, Bank BCA, dikabarkan telah meraih pendapatan komisi senilai Rp 500 miliar dari bisnis wealth management pada tahun 2018, seperti yang disampaikan kepada media pers belum lama ini. Bank ini merilis 10 produk investasi maupun asuransi tiap tahunnya, dengan harapan pertumbuhan perbankan prioritas mencapai 20%-30% tiap tahunnya. BCA sendiri diberitakan telah memiliki dana kelolaan wealth management sebesar Rp 26 triliun, sampai di sekitar akhir 2018.
Di tempat lain, empat bank BUMN, dikabarkan memegang dana kelolaan atau AUM bisnis wealth management yang lebih berlipat lagi besarnya, yaitu sekitar di atas Rp 440 triliun di akhir tahun 2018. Bisnis jasa yang ditawarkan termasuk di antaranya penjualan produk-produk non-banking seperti reksadana, surat berharga dan bancassurance.
Sebenarnya seberapa besar potensi segmen nasabah prioritas ini?
Dalam pengamatan analis Vibiznews, berdasarkan data dari Global Wealth Report, jumlah orang kaya Indonesia dengan kepemilikan aset di atas USD 1 juta (sekitar Rp 14 miliar) terus meningkat. Jumlah orang kaya di Indonesia pada 2017 disebut mencapai 111 ribu orang. Angka itu naik dari tahun sebelumnya (2016) yang sebanyak 105 ribu orang, serta 98 ribu orang di tahun 2015. Perkiraanya, sejalan dengan perbaikan ekonomi dan bisnis, pada tahun 2022 jumlah orang kaya di Indonesia diperkirakan akan mencapai 180 ribu orang.
Laju pertumbuhan orang kaya di Indonesia ini dalam tiga atau empat tahun terakhir berarti sekitar 6,4 persen. Sedangkan ke depannya, terlihat adanya akselerasi menuju lima tahun ke depan, dari 2017 ke 2022, menjadi pertumbuhan sekitar 12 persen. Artinya, Indonesia termasuk berpeluang menduduki salah satu posisi teratas dalam pertumbuhan orang super kaya di dunia.
Dengan demikian, terlihat potensi menggarap bisnis wealth management di sektor perbankan masih besar. Pemerataan pembangunan yang digencarkan Presiden Jokowi dalam pemerintahannya 4,5 tahun teakhir, memberikan peluang garapan bisnis ini yang lebih luas, yaitu semakin tersebar ke berbagai kota dan lokasi di Indonesia. Tidak hanya terpusat di Jawa, misalnya.
Adanya program tax amnesty tahun lalu membuka keran lebih lebar juga dalam menggarap segmen nasabah high end ini, seiring dengan masuknya dana-dana dari luar negeri –dari Singapura, umpamanya- ke pasar uang dan pasar modal domestik.
Selanjutnya, tinggal masing-masing bank berinovasi dan berkreasi untuk memberikan jasa layanan perbankan yang paling mengena kepada nasabahnya, dan yang paling komprehensif tentunya.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido