Ekspor Jepang Terburuk Sejak Oktober 2016, Defisit Dagang Terbesar Sejak Maret 2014

619

(Vibiznews – Economy) – Dibulan pertama tahun 2019, pemerintah Jepang mencatat defisit perdagangan JPY 1,42 triliun lebih tinggi dibandingkan dengan defisit JPY 0,95 triliun pada bulan yang sama tahun sebelumnya. Data tersebut merupakan defisit perdagangan terbesar sejak Maret 2014 menurut laporan Kantor Kementrian Keuangan Jepang Rabu (20/02).

Japan Balance of Trade

Membengkaknya defisit perdagangan tersebut dipicu oleh kegiatan ekspor turun 8,4 persen menjadi JPY 5,57 triliun, yang merupakan terburuk sejak Oktober 2016,  sementara impor turun 0,6 persen menjadi JPY 6,99 triliun. Periode bulan sebelumnya di bulan Desember, ekspor hanya turun 3,0 persen.

Jepang persalahkan penurunan ekspor di tengah melemahnya permintaan global dan sengketa perdagangan yang sedang berlangsung antara Cina dan AS. Ekspor terburuk pada bulan Januari kemarin ada pada peralatan transportasi yang turun hingga 5,9 persen  dan juga ekspor mesin yang turun 10,7 persen khususnya mesin pembangkit listrik (-2,4 persen) dan mesin semikon (-27,8 persen).

Japan Exports

Di antara mitra dagang utama, ekspor paling banyak turun ke Australia (-18,7 persen), Asia (-13,1 persen), Timur Tengah (-13,2 persen), Eropa Barat (-6,6 persen). Sebeliknya ekspor meningkat ke Amerika serikat dengan kenaikan  6,8 persen.

Terkait penurunan impor yang turun 0,6 persen menjadi JPY 6,99 trilllion,  paling banyak turun impor  bahan bakar mineral hingga 2 persen, seperti  minyak bumi (-10,3 persen) dan produk minyak bumi (-17,9 persen). Selanjutnya penurunan juga terjadi pada impor mesin-mesin listrik yang menyusut 1,5 persen, seperti telepon, telegrafi  dan perangkat telepon.

Negara mitra impor yang paling banyak turun dari Timur Tengah (-12,3 persen), UE (-2,8 persen),  dan sebaliknya impor meningkat dari Australia (19,8 persen), Amerika Serikat (7,7 persen) dan Asia (0,5 persen).

Setelah data perdagangan Jepangini dirilis, analyst Vibiz Research Center melihat berdampak negatif terhadap perdagangan yen Jepang yang semakin lemah terhadap dolar AS. Namun tekanan data tersebut tidak mengganggu perdagangan saham di bursa Jepang.

Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group
Editor: Asido Situmorang 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here