(Vibiznews – Commodity) Harga minyak bergerak naik hari Selasa (26/02) di sesi Eropa, karena Arab Saudi dan OPEC diperkirakan tetap memotong produksi, meskipun ada tekanan baru dari Presiden AS Donald Trump.
Minyak mentah telah turun pada hari Senin, setelah Trump meminta OPEC untuk melonggarkan upayanya untuk meningkatkan pasar minyak. Harga “terlalu tinggi”, katanya.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 14 sen atau 0,25 persen menjadi $ 55,62.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik 52 sen atau 0,80 persen, menjadi $ 65,28, setelah kehilangan 3,5 persen pada hari Senin.
Perkiraan bahwa persediaan minyak mentah AS telah naik selama enam minggu berturut-turut membatasi reli.
Pasokan minyak mentah AS terlihat 3,6 juta barel lebih tinggi dalam laporan persediaan mingguan, menggarisbawahi bahwa pasokan memadai di konsumen utama dunia.
Minyak naik sekitar 20 persen sejak awal tahun, ketika Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen non OPEC seperti Rusia, mulai memangkas produksi dalam upaya mengurangi kelebihan global.
Sanksi A.S. terhadap anggota OPEC Iran dan Venezuela juga telah berkontribusi pada keuntungan dan memberikan landasan bagi harga, kata para analis.
Optimisme tentang kesepakatan perdagangan AS-China juga membantu harga naik.
Trump pada hari Senin mengatakan ia mungkin akan segera menandatangani perjanjian untuk mengakhiri perang dagang dengan Presiden Cina Xi Jinping jika negara mereka dapat menjembatani perbedaan yang tersisa.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah berpotensi naik dengan masih kuatnya sentimen bullish pengurangan produksi OPEC dan sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela. Harga minyak diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $ 56,10-$ 56,60, dan jika harga turun akan bergerak dalam kisaran Support $ 55,10-$ 54,60.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group
