Harga Minyak Turun Akibat Perang Dagang AS-China; Data EIA Menjadi Perhatian

739

(Vibiznews – Commodity) Harga minyak merosot pada Rabu (08/05) di tengah kekhawatiran perang perdagangan yang semakin tajam antara Amerika Serikat dan China, meskipun rekor impor Tiongkok dan pasokan global yang lebih ketat mendukung pasar dan membatasi kerugian.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 10 sen menjadi $ 61,30 per barel.

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 20 sen menjadi $ 69,68 per barel.

Harga minyak telah turun minggu ini karena pengumuman dari Washington bahwa Amerika Serikat akan lebih lanjut menaikkan tarif barang-barang China pada hari Jumat. Langkah ini dilakukan setelah China mundur pada berbagai permintaan inti AS, Reuters melaporkan pada hari Rabu.

Mengintensifkan ketegangan perdagangan meningkatkan pertanyaan tentang prospek permintaan minyak, bank ANZ mengatakan pada hari Rabu.

Administrasi Informasi Energi (EIA) AS pada Selasa memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak dunia 2019 sebesar 20.000 barel per hari menjadi 1,38 juta barel per hari.

Dengan sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela, para analis mengatakan pasar minyak global tetap ketat.

Iran mengatakan akan menentang sanksi tersebut. Ia juga mengatakan akan berhenti menerapkan beberapa komitmen berdasarkan perjanjian nuklir 2015 jika tidak diizinkan mengekspor minyak.

Sebagian besar analis memperkirakan ekspor minyak mentah Iran turun menjadi sedikit lebih dari 500.000 barel per hari, turun dari sekitar 1 juta barel per hari pada April, karena sebagian besar pemerintahan negara lain tunduk pada tekanan A.S.

Washington juga telah menjatuhkan sanksi terhadap ekspor minyak Venezuela.

Kedua sanksi datang di tengah pasokan yang sudah ketat karena OPEC telah menahan produksi tahun ini untuk menopang harga.

Sekretaris Energi A.S. Rick Perry mengatakan pada hari Selasa bahwa Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, akan meningkatkan produksi minyaknya untuk memenuhi kebutuhan yang timbul dari sanksi terhadap Iran.

Tetapi pada hari Rabu, menteri perminyakan Azerbaijan mengatakan telah menerima jaminan dari Arab Saudi bahwa Riyadh tidak akan mengambil keputusan sepihak mengenai kesepakatan minyak global sampai pertemuan OPEC bulan Juni.

OPEC dijadwalkan bertemu pada bulan Juni di kantor pusatnya di Wina, Austria, untuk memutuskan kebijakan produksinya untuk sisa tahun ini.

Produksi minyak mentah AS diperkirakan rata-rata 12,45 juta barel per hari tahun ini, naik dari 12,3 juta barel per hari saat ini, yang sudah merupakan rekor, kata EIA. Untuk tahun 2020, EIA memperkirakan produksi AS akan rata-rata 13,38 juta barel per hari, menjadikan Amerika Serikat produsen minyak terbesar di dunia di atas Rusia dan Arab Saudi.

Malam nanti akan dirilis data persediaan minyak mentah mingguan AS oleh EIA yang diindikasikan terjadi penurunan.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah masih berpotensi lemah dengan masih berlangsungnya ketegangan negosiasi dagang AS-China. Namun jika malam nanti data pasokan mingguan AS yang dirilis EIA terealisir menurun, akan menguatkan harga minyak. Harga minyak diperkirakan bergerak dalam kisaran Support $ 60,80-$ 60,30, dan jika harga naik akan bergerak dalam kisaran Resistance $ 61,80-$ 62,30.

Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here