(Vibiznews – Editor’s Note) – Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia melompat kuat di minggu keduanya, terutama setelah S&P merilis kenaikan peringkat utang Indonesia ke BBB Jumat siang menjelang libur panjang Idul Fitri, sementara bursa kawasan Asia cenderung tertekan dengan lemahnya data ekonomi China. Secara mingguan IHSG ditutup menguat tajam 2.92% ke level 6,209.117. Untuk minggu berikutnya (3-7 Juni 2019), BEI libur Idul Fitri sepekan, dan selanjutnya IHSG kemungkinan masih dalam sentimen positif yang kuat dengan upaya profit taking singkat akan masuk pasar, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 6259 dan kemudian 6310, sedangkan support level di posisi 6033 dan kemudian 5918.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS secara mingguan melejit 0.87% ke level 14,275, terutama setelah kenaikan peringkat utang dari S&P ke BBB dirilis, sementara dollar di pasar global fluktuatif dan terakhirnya terkoreksi dengan menguatnya yen oleh merebaknya kekhawatiran datangnya resesi. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan berada dalam range antara resistance di level 14,435 dan 14,530, sementara support di level Rp14,173 dan Rp14,043.
Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:
- Dari kawasan Amerika: berupa rilis data ISM Manufacturing PMI pada Senin malam; disambung dengan rilis ISM Non-Manufacturing PMI dan ADP Non-Farm Employment Change pada Rabu malam; berikutnya data Non-Farm Employment Change, Average Hourly Earnings m/m, dan Unemployment Rate pada Jumat malam.
- Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data Manufacturing PMI Inggris pada Senin siang; diikuti dengan rilis Monetary Policy Statement dan Main Refinancing Rate ECB pada Kamis sore yang diperkirakan bertahan di level rendah 0.00%.
- Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis data Caixin Manufacturing PMI China pada Senin pagi; disambung dengan rilis Cash Rate dan RBA Rate Statement (Australia) pada Selasa siang yang diperkirakan dipangkas ke level 1.25%.
Pasar Forex
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum menguat secara fluktuatif karena di pasar kerap dipandang sebagai mata uang safe haven, namun di akhir pekan tergerus setelah ancaman Trump akan menaikkan tariff untuk Mexico yang memicu kekhawatiran pasar bakal datangnya resesi, dimana indeks dolar AS secara mingguan menguat tipis ke 97.75. Sementara itu, pekan lalu Euro terhadap dollar terpantau melemah ke 1.1168. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1263 dan kemudian 1.1323, sementara support pada 1.1108 dan 1.0922.
Poundsterling minggu lalu terlihat melemah ke level 1.2625 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.2746 dan kemudian 1.3039, sedangkan support pada 1.2476 dan 1.2433. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir terperosok ke level 108.27. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 109.93 dan 110.68, serta support pada 107.76 serta level 106.87. Sementara itu, Aussie dollar terpantau menguat tipis ke level 0.6938. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7019 dan 0.7069, sementara support level di 0.6864 dan 0.6666.
Pasar Saham
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum melemah oleh memanjangnya perang dagang dan mengkhawatirkannya data manufaktur China. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir melemah ke level 20720. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 22190 dan 22360, sementara support pada level 20750 dan lalu 20305. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir terperosok ke level 26901. Minggu ini akan berada antara level resistance di 27490 dan 28428, sementara support di 26703 dan 26575.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau melemah oleh kekhawatiran investor bahwa perang dagang terhadap Mexico dengan masih berlarutnya konflik dengan China akan menimbulkan resesi ekonomi AS. Indeks Dow Jones secara mingguan melemah ke level 24809.28, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 25712 dan 25953, sementara support di level 24321 dan 24241. Index S&P 500 minggu lalu melemah ke level 2752.06, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 2840 dan 2891, sementara support pada level 2722 dan 2681.
Pasar Emas
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau berakhir menguat tajam ke tujuh minggu tertingginya karena investor memburu emas sebagai safe haven di tengah kekhawatiran datangnya resesi global setelah ancaman kenaikan tariff AS untuk Mexico, sehingga harga emas spot menguat ke level $1304.97 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistance di $1310 dan berikut $1323, serta support pada $1269 dan $1265.
Berita pasar, apakah isyu dari kawasan Eropa, China, atau Amerika, atau dari the Fed, acapkali memengaruhi pasang surutnya pasar investasi. Satu saat sepertinya memberi harapan, pada kesempatan lain memutuskan ekspektasinya. Sangat tidak menentu. Sering juga spekulasi pasar terbentuk untuk menggerakkan pasar itu sendiri. Kita tidak menyalahkan pasar atas hal tersebut. Pasar tidak pernah salah. Kita, sebagai investor, yang harus mengerti siapa pasar, apa perilakunya dan psikologinya, serta bagaimana penyebabnya. Vibiznews.com dapat menjadi pendukung bagi Anda untuk memahami pasar investasi lebih baik. Bagi Anda kami selalu hadir mendampingi. Saat ini, kami sampaikan terimakasih kepada para members yang telah bersama terus dengan kami, partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Serta tak lupa disampaikan bagi pembaca yang merayakannya: Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H, mohon maaf lahir dan batin.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting Editor: Asido