Market Outlook, 2-6 September 2019

1807

(Vibiznews – Editor’s Note) – Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau menguat signifikan dengan rebound dalam 4 hari terakhirnya, dalam rally yang beruntun ke level resistant terdekatnya, sementara bursa kawasan Asia umumnya variatif bias melemah di antara gejolak tensi dagang. Secara mingguan IHSG ditutup rebound kuat 1.16% ke level 6,328.470. Untuk minggu berikutnya (2-6 September 2019), IHSG kemungkinan akan sempat tertahan singkat oleh profit taking untuk kemudian berpeluang melanjutkan uptrend-nya, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 6404 dan kemudian 6468, sedangkan support level di posisi 6149 dan kemudian 6022.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu sempat dalam fase konsolidasi lalu bergerak menguat signiifikan di akhir minggunya, menjadikan rupiah mata uang terkuat di Asia terhadap US dollar, sehingga secara mingguan menguat 0.39% ke level Rp 14,185, sekalipun dollar di pasar global konsisten menguat sampai akhir pekan. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan sempat terkoreksi naik dengan selanjutnya bergerak dalam arah turun dalam range antara resistance di level 14,332 dan 14,355, sementara support di level Rp14,175 dan Rp14,061.

Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:

  • Dari kawasan Amerika: berupa rilis data ISM Manufacturing PMI pada Selasa malam; disambung dengan rilis ADP Non-Farm Employment Change dan Crude Oil Inventories pada Kamis malam; berikutnya data Non-Farm Employment Change, Unemployment Rate, serta pidato Fed Chairman Powell pada Jumat malam.
  • Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data Manufacturing PMI Inggris pada Senin sore; diikuti dengan rilis Inflation Report Hearings Inggris pada Rabu sore.
  • Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis data Caixin Manufacturing PMI China pada Senin pagi; berlanjut dengan Cash Rate RBA Australia pada Selasa siang diperkirakan bertahan di level 1.00%.

 

Pasar Forex

Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum menguat beranjak ke posisi 4 minggu tertingginya menjelang penerapan tariff baru dalam perang dagang Amerika – China, dimana indeks dolar AS secara mingguan melejit ke 98.92. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau melemah tajam ke 1.0991. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1166 dan kemudian 1.1229, sementara support pada 1.0923 dan 1.0841.

Pound sterling minggu lalu terlihat melemah ke level 1.2158 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.2309 dan kemudian 1.2524, sedangkan support pada 1.2065 dan 1.2015. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat ke level 106.31.  Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 107.08 dan 109.32, serta support pada 105.59 serta level 104.45. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah tipis ke level 0.6737. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.6869 dan 0.6917, sementara support level di 0.6676 dan 0.6666.

Pasar Saham

Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum berakhir variatif dengan bias melemah di tengah gunjang-ganjing konflik dagang AS – China dengan terakhirnya muncul signal positif kesiapan negosiasi. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir melemah tipis ke level 20,704. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 20782 dan 21211, sementara support pada level 20173 dan lalu 20110. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir turun ke level 25,724. Minggu ini akan berada antara level resistance di 26313 dan 27043, sementara support di 24899 dan 24540.

Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau berakhir menguat sepekannya dalam pasar yang volatile serta dengan sempat meredanya tensi perang dagang. Indeks Dow Jones secara mingguan menguat ke level 26,403.28, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 26426 dan 27175, sementara support di level 25339 dan 25373. Index S&P 500 minggu lalu menguat ke level 2,926.46, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 2943 dan 3013, sementara support pada level 2822 dan 2800.

Pasar Emas

Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau agak terkoreksi -setelah menguat 4 minggu- oleh menanjaknya mata uang US dollar, dan masih membukukan rally 4 bulanan berturut-turut karena naiknya tensi perang dagang dan ancaman resesi global, sehingga harga emas spot terkoreksi tipis ke level $1,520.50 per troy ons, dengan sempat menembus level 6 tahun tertingginya. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1549 dan berikut $1590, serta support pada $1486 dan $1400.

Anda mungkin pernah memerhatikan bagaimana dana asing satu waktu masuk dengan deras ke pasar modal dan pasar uang Indonesia, lalu dengan deras pula dana-dana itu lari keluar. Memang demikianlah pergerakan dana investasi global. Begitu cepatnya mengalir ke berbagai instrumen investasi menembus batas-batas antar negara. Begitu cepat masuk, mampir, keluar dan akan begitu cepat pula mengalami “switching” dari satu asset ke asset lainnya serta dari satu negara ke negara lainnya. Itu sebabnya kita perlu mempelajari dinamika portfolio investasi, baik dari sisi jenis, jangka waktu, tingkat risiko, typical, dll. Simak terus di vibizmedia.com dan jadilah investor yang sukses. Salam sukses bagi Anda, pembaca setia Vibizmedia!

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here