(Vibiznews-Commodity) Emas mengalami tekanan yang disebabkan oleh karena sentimen “risk-on” yang disebabkan oleh membaiknya ketegangan perang dagang AS dengan Cina. Sebagaimana yang dilaporkan oleh MarketWatch, “Cina membuat konsesi lebih lanjut dengan Amerika Serikat mengenai perdagangan internasional pada hari Jumat, menambah produk-produk agrikultur seperti kacang kedele dan “pork” dalam daftar impor dengan prospek paling tidak kesepakatan interim untuk menyelesaikan pertikaian perdagangan yang telah berlangsung dua tahun membaik. Pergerakan oleh Cina ini mengikuti laporan pada hari Kamis mengenai prospek paling tidak kesepakatan interim untuk menyelesaikan perang dagang bisa melibatkan Amerika Serikat menunda atau mengurangi sebagian tariff atas impor dari Cina sebagai pertukaran terhadap komitmen Cina untuk melindungi hak properti intelektual AS dan pembelian agrikultur. “
Tekanan turun bertambah dengan naiknya imbal hasil obligasi serta indeks sentimen konsumen yang naik dari 89.8 menjadi 92 pada bulan September.
Tekanan turun terhadap harga emas terus berlangsung selama sesi Eropa pada hari Selasa dan sempat turun jauh dibawah batas psikologis kunci $1500 sebelum akhirnya naik kembali.
Metal berharga gagal mengkapitalisir kenaikan “gap” bullish yang terjadi pada hari Senin, yang didukung oleh pelarian global terhadap keamanan setelah serangan drone terhadap dua instalasi minyak utama Arab Saudi.
Dolar AS membalikkan penurunan awal dan berhasil memperoleh kembali kekuatan daya tarik yang positip, yang pada akhirnya ikut menjadi salah satu faktor yang membuat tekanan turun terhadap emas yang merupakan komoditi yang berbasiskan dolar.
Secara tehnikal, penurunan harga emas lebih lanjut akan berhadapan dengan “support” terdekat di $1,492.24 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,486.08 dan kemudian $1,476.16. Sebaliknya kenaikan harga emas akan berhadapan dengan “resistance” terdekat di $1,508.31 yang apabila berhasil ditembus akan lanjut ke $1,518.23 dan kemudian $1,524.39.
Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting
Editor: Asido
