(Vibiznews – Market Mover) Pergerakan pasar keuangan global minggu ke depan akan dipengaruhi oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi. Melemahnya data pertumbuhan manufaktur, jasa dan bisnis Jerman dan Uni Eropa awal pekan ini, menekan bursa Eropa, juga bursa Asia dan Amerika Serikat.
Memang ada harapan negosiasi perdagangan AS-China dengan adanya pernyataan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada hari Senin bahwa ia dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He untuk pembicaraan perdagangan dalam dua minggu mendatang.
Namun untuk minggu ini diperkirakan isu perang dagang kurang berpengaruh, kecuali ada kejutan-kejutan yang memunculkan sentiment negatif atau positif seperti komentar dan tindakan Trump atau pemerintah China.
Dari kawasan Amerika Serikat, pada hari Kamis ini akan dirilis data GDP Growth Rate Q2 Final Amerika Serikat yang diindikasikan menurun. Pada hari Jumat dirilis data Durable Goods Orders Agustus AS yang diindikasikan negatif.
Dari kawasan Asia akan dicermati data ekonomi Tiongkok. Pada Jumat dirilis data Industrial Profit yang diperkirakan negatif. Pada Senin mendatang dirilis data pertumbuhan manufaktur dan jasa Tiongkk juga diperkirakan merosot.
Sedangkan di kawasan Eropa akan berfokus pada data sentiment bisnis dan ekonomi, juga data consumer confidence Uni Eropa yang diindikasikan datar dan lemah. Pada senin mendatang dirilis data GDP Growth Rate Q2 Final Inggris yang diindikasikan lemah.
Mencermati lemahnya data ekonomi, maka potensi pelemahan bursa global baik di Wall Street, Asia dan Eropa dapat terjadi. Dari pasar forex, tekanan diperkirakan akan terjadi pada mata uang dollar AS, Euro dan Poundsterling, dimana pasangan mata uang tersebut akan silih berganti saling mengungguli. Sedangkan pasar komoditas, pasar minyak diperkirakan tertekan, namun sebaliknya harga emas berpotensi naik sebagai asset safe haven saat kekhawatiran perlambatan ekonomi.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting