Weekly Review – Palm Oil

844

(Vibiznews – Commodity) – Pada 2 minggu awal Desember harga minyak sawit rally sampai ke harga tertinggi sejak Februari 2017 pada awal pasar sesi siang hari Jumat.

Namun pada  penutupan pasar hari Jumat Harga turun karena penguatan ringgit dan profit taking di akhir Minggu, kurs ringgit menguat 0.5%  terhadap dolar menjadikan harga minyak sawit mahal bagi pembeli luar negeri.

Harga minyak sawit pada penutupan hari Jumat turun 1.3% menjadi 2,853 ringgit ($684.17) di Bursa Malaysia Derivatives.

Faktor Penggerak Pasar Minyak Sawit Pada Tiga Minggu Terakhir

Di  Malaysia, produsen minyak sawit terbesar ke dua dunia

  • Persediaan minyak sawit di Malaysia turun ke terendah tiga bulan pada bulan Nopember dan ekspor turun karena permintaan dari importir besar berkurang. Persediaan lebih kecil daripada perkiraaan, Persediaan turun 2.26 juta ton turun 4.1% dari bulan lalu. Sedangkan menurut Reuter persediaan akan turun 5.7% menjadi 2.22 juta ton.
  • Ekspor minyak sawit dan produknya dari 1 – 10 Desember turun 11.4% menjadi 376,659 ton dari 425,010 ton yang dikirim 1- 10 Nopember menurut Societe Generale de Surveillance pada hari Selasa.
  • Laporan MPOB pada hari Selasa 10 Desember mengatakan persediaan minyak sawit turun ke terendah tiga bulan di bulan Nopember karena penurunan produksi sementara ekspor turun karena melemahnya pembelian dari importir besar.  Penurunan  ini lebih rendah dari perkiraan. Persediaan turun 2.26 juta ton turun 4.1% dari bulan sebelumnya.
  • Malaysia meningkatkan pajak ekspor CPO untuk bulan Januari, untuk pertama kalinya setelah satu setengah tahun, the Malaysian Palm Oil Board (MPOB)  mengatakan pada hari Jumat.
  • Negara produsen ke dua terbesar dunia ini terakhir mengenakan pajak ekspor 4.5% pada bulan Agustus 2018 setelahnya menurunkannya menjadi 0. Akibat dari pembebasan pajak ekspor dari Mei sampai Desember 2019 maka ekspor minyak sawit meningkat dan meluas ke pasar yang baru.
  • Penguatan kurs ringgit membuat harga minyak sawit naik, karena harganya menjadi mahal bagi pembeli luar negeri.

Di Indonesia, produsen minyak sawit terbesar di dunia

  • Harga minyak sawit naik karena didorong oleh tingginya permintaan dari B20 ke B30 di Indonesia dan dari B10 ke B20 di Malaysia karena peraturan pemerintah.

Pemerintah Indonesia akan menggunakan B30 untuk tahun 2020 sehingga permintaan akan naik menjadi  8.5 juta ton tahun depan, sementara di tahun 2019 ini penggunaan B20 sudah dimulai.

Di India, negara pengimpor minyak sawit terbesar dunia

  • Impor minyak sawit India turun 3 % di bulan Nopember dari tahun lalu mencapai terendah 17 bulan, setelah India mengenakan pajak impor.
  • Impor minyak sawit India di bulan Nopember 2019 sebesar 671,863 ton, terendah sejak Juli 2018, dalam laporan the Solvent Extractor Association (SEA) . Impor minyak sawit di bulan November 2018 dan 778,568 ton di bulan Oktober 2019.

Di Cina, negara pengimpor minyak kedelai terbesar dunia

  • Sejak terjadi perang dagang antara AS dan Cina, Cina mulai mengalihkan pembelian minyak kedelai dari AS ke minyak sawit dari Malaysia dan Indonesia
  • Permintaan dari Cina untuk persiapan Tahun Baru Cina tahun depan dengan membelinya pada bulan Desember, karena di awal 1 Januari 2020 Indonesia dan Malaysia akan meningkatkan pajak ekspor.
  • Berdasarkan perkiraan Intertek, ekspor minyak sawit Malaysia ke Cina naik 56% dari bulan lalu di bulan Nopember ini tapi kenaikan ini berkurang karena ekspor ke Afrika turun 48% dan ekspor ke India turun 8% dan ke Uni Eropa turun 27%.

Bursa – Bursa Lainnya. 

Yang sangat mempengaruhi harga adalah dari Bursa Dalian Cina terutama untuk produk saingan yaitu minyak kedelai dan juga dari Bursa Chicago Board of Trade (CBOT).

Pada hari Jumat kemarin Harga minyak kedelai di Bursa Dalian naik 2.2% dan harga minyak sawit naik 1.6%. Harga minyak kedelai di CBOT naik 0.7%.

Loni T / Analyst Vibiz Research Centre – Vibiz Consulting Group

Editor : Asido

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here