Harga emas telah menunjukkan kinerja yang baik sepanjang tahun 2019 dan segera mengakhiri tahun ini dengan keuntungan dua digit. Kekuatan harga emas tahun ini juga akan memberikan jalur ke atas pada perdagangan tahun 2020. Perang perdagangan, kekhawatiran resesi dan kebijakan dovish Fed yang mendorong harga logam kuning ini lebih tinggi pada 2019
Jelang penutupan perdagangan tahun 2019, harga emas berada di kisaran atas $ 1500 per troy onz yang menunjukkan kekuatan sepanjang tahun 18,82%. Keuntungan dua digit sepanjang tahun ini merupakan keuntungan tahunan terbesar sejak 2010 ketika harga emas saat itu telah naik sebesar 29,6%.
Emas hanya naik 0,76% pada kuartal pertama, karena jeda kenaikan suku bunga sudah dihargai pada kuartal terakhir 2018. Kemudian bergerak kuat hingga naik 9 persen pada periode April hingga Juni dengan pasar dipengaruhi sentimen penurunan suku bunga bank sentral Amerika (Federal Reserve).
Akhirnya The Fed memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin pada bulan Juli, yang merupakan penurunan suku bunga pertama sejak 2008 dan sekaligus mengumumkan pengurangan berikutnya pada bulan September dan Oktober. Akibatnya harga emas semakin menanjak.
Selain kebijakan dovish Fed, harga emas diuntungkan sebagai aset safe haven saat pasar dibuat cemas oleh front perdagangan AS-Cina yang menimbulkan kekhawatiran terjadi resesi di dua ekonomi terbesar dunia tersebut. Sepanjang tahun eskalasi perang dagang meningkat dan memberikan ketidakpastian penyelesaiannya sehingga mempengaruhi volatilitas pasar yang menguntungkan harga emas.
Selain kekhawatiran terjadinya resesi pada ekonomi Amerika Serikat dan China, para pelaku pasar juga memperhatikan perlambatan ekonomi Jerman yang terimbas kuat perang dagang. Kondisi ini bolak balik menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga emas.
Penggerak Kenaikan Lanjutan Harga Emas di Tahun 2020
Kebijakan Dovish Fed
Bank sentral AS sempat mengisyaratkan pemangkasan suku bunga berlanjut untuk 2020, namun pada pertemuan FOMC terakhir tahun ini The Fed secara resmi mengumumkan akhir dari siklus pelonggaran, dan tidak mungkin untuk masuk program menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Bahkan The Fed akan mempertimbangkan menaikkan suku bunga jika inflasi tetap di atas target 2%. Sederhananya, The Fed masih sedikit condong ke arah sikap dovish dan itu kemungkinan akan menjadi pertanda baik bagi pergerakan bullish harga emas.
Ekspansi neraca Fed
Neraca Federal Reserve akan mencapai rekor tertinggi di atas $ 4,516 triliun pada bulan Mei 2020 jika laju ekspansi yang cepat selama 3,5 bulan terakhir. Bank sentral mulai membeli obligasi pada pertengahan September untuk menenangkan pasar uang dan telah memperluas neraca keuangannya lebih dari $ 330 miliar sejak bulan September.
Secara historis, program ekspansi neraca Fed (QE 1, QE 2 dan QE 3) telah menempatkan tawaran yang kuat untuk harga emas. The Fed mulai meningkatkan neraca pada 2009 ketika neraca saat itu di bawah $1 triliun. Kemudian pada tahun 2014, neraca itu meningkat menjadi $4,5 triliun.
Selama jangka waktu itu, harga emas naik dari $800 ke $1200 hingga naik ke rekor tertinggi $1921 pada September 2011. Setelah itu harga emas turun kembali ke $1.200 yang disebabkan oleh ulah pengetatan kebijakan the Fed.
Bank Sentral Utama Global Kehabisan amunisi
Bank-bank sentral seperti Bank Jepang (BOJ), Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Nasional Swiss (SNB) mempertahankan kebijakan suku bunga negatif dan tampaknya telah kehabisan amunisi untuk melakukan program pelonggaran kuantitatif (QE).
Misalnya, BOJ menjalankan program QE selama tujuh tahun berturut-turut dan sekarang memiliki sebagian besar pasar ETF. Meski begitu, inflasi tetap jauh dari target 2 persen. Jadi ada kekhawatiran yang tumbuh di pasar bahwa bank-bank sentral akan menjadi penonton selama resesi berikutnya. Ujungnya mereka dapat memotong suku bunga lebih jauh ke wilayah negatif, sehingga membuat harga emas tergerus.
Potensi Yang Membahayakan Harga Emas
Optimisme Kesepakatan Perdagangan AS dan China
Kedua negara baru-baru ini sepakat untuk masuki kesepakatan fase pertama dari negosiasi ekonomi bilateral paling sulit. Di bawah kesepakatan fase satu, AS akan membagi dua tarif denda 15% pada $300 miliar impor Cina yang diberlakukan pada bulan September dan telah membatalkan putaran tarif yang lebih besar, yang mulai berlaku bulan ini. Kesepakatan kedua negara direncanakan akan ditandatangani bersama pada awal tahun 2020. Sentimen ini nantinya akan memberikan kesegara bagi perdagangan saham yang merupakan aset resiko, sehingga mengurangi permintaan akan aset safe haven emas.
Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi Global
IMF dan beberapa lembaga lainnya memperkirakan tahun 2020 akan lebih baik dari pada 2019. Pasar juga mengharapkan pertumbuhan meningkat pada 2020. Logam Tembaga, yang berkorelasi dengan prospek pertumbuhan global, telah meningkat sebesar 13 persen sejak berada di bawah $ 2,47 per pon pada awal September.
Data makro yang baru-baru ini dirilis mengindikasikan bahwa penurunan ekonomi global akan segera berakhir. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi ini akan mengangkat imbal hasil obligasi pemerintah, indikator optimisme ekonomi yang baik, juga meningkat di seluruh dunia.