(Vibiznews – Commodity) Harga minyak melonjak pada hari Jumat setelah serangan udara AS menewaskan personil militer Iran dan Irak termasuk Jenderal tertinggi Iran, meningkatkan kekhawatiran ketegangan Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melonjak $ 2,53, atau 4,14%, menjadi $ 63,71 per barel. Sebelumnya, menyentuh $ 63,84 per barel, tertinggi sejak 1 Mei.
Harga minyak mentah berjangka Brent melonjak $ 2,84, atau 4,29% pada $ 69,09 per barel, tertinggi sejak 17 September.
Sebuah serangan udara di Bandara Internasional Baghdad pada Jumat pagi menewaskan Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, kepala Pasukan elit Quds, dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, seorang juru bicara milisi Irak mengatakan kepada Reuters.
Pentagon kemudian mengkonfirmasi bahwa itu adalah serangan udara A.S. yang menewaskan Soleimani.
Harga minyak juga terangkat oleh bank sentral China mengatakan pada hari Rabu pihaknya memangkas jumlah uang tunai yang harus disimpan dalam cadangan bank, melepaskan sekitar 800 miliar yuan ($ 115 miliar) dana untuk menopang perlambatan ekonomi Tiongkok.
Ini terjadi tak lama setelah data menunjukkan produksi China terus tumbuh pada kecepatan yang solid dan kepercayaan bisnis melonjak.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak berpotensi naik dengan masih meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, juga dukungan dari ekonomi China yang memberikan harapan peningkatan permintaan. Harga minyak diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $ 64,20-$ 64,70. Namun jika turun akan bergerak dalam kisaran Support $ 63,20-$ 62,70.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting