(Vibiznews-Economy) – Presiden AS Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri China Liu He telah menandatangani perjanjian perdagangan “fase pertama” AS-China di Gedung Putih – Washington, AS, pada hari Rabu (15/01/2020) waktu setempat. Kesepakatan ini meredakan perselisihan perdagangan yang tegang antara kedua negara adidaya ekonomi selama 18 bulan terakhir.
Baik pemerintah Amerika Serikat dan juga China sama-sama akan menikmati implikasi dari isi dokumen kesepakatan setebal 86 halaman, yang memiliki delapan bab dan juga kata pendahuluannya. Dalam dokumen perjanjian tersebut berisi kesepakatan bersama terkait dalam melindungi kekayaan intelektual, mengekang transfer teknologi secara paksa, peningkatan bisnis jasa keuangan dan juga terkait manipulasi mata uang.
Implikasi dari kesepakatan ini akan memberikan sumbangan pada pertumbuhan ekonomi kedua negara dan juga berdampak pada ekonomi global yang morat – marit selama terjadi front dagang.
Bagi seorang Presiden Donald Trump, kesepakatan dagang ini sebagai salah satu kebijakan perdagangan pemerintahannya yang berslogan “America First” dan memberikan kemenangan bagi ekonomi Amerika Serikat. Hal ini terlihat dari semakin berkurangnya defisit perdagangan AS ke China.
Berdasarkan data Badan Statistik Amerika defisit neraca perdagangan AS dengan China pada tahun 2018 sebesar US$ 419,16 miliar dan sepanjang tahun 2019 minus bulan Desember defisit sebesar US$ 320,82 miliar. Turunnya defisit perdagangan dengan China tersebut juga turut menurunkan defisit perdagangan Amerika Serikat. Sejak bulan Januari 2019 hingga November 2019, defisit perdagangan menurun terus, yang terlihat dari grafik dibawah.
Seorang penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa perjanjian “phase one” tersebut akan menambah 0,5 poin persentase ke pertumbuhan domestik bruto (GDP) AS pada tahun 2020 dan 2021.
Keuntungan Bagi Amerika Serikat
- China akan membayar tarif 25% untuk sejumlah barang industri dan komponen mereka senilai US$250 miliar oleh produsen AS.
- Cina akan membeli barang-barang AS senilai $ 200 miliar selama dua tahun ke depan, lebih besar dari tahun 2017 sebatas US$ 186 miliar. Dari dokumen tersebut termasuk US$ 54 miliar dalam pembelian energy tambahan, US$ 32 miliar lebih dalam produk pertanian (daging, biji-bijian dan makanan laut) dan US$38 miliar dalam sektor jasa (komputasi awan, layanan keuangan, perjalanan dan pariwisata).
- Perusahaan – perusahaan Amerika Serikat diberi kemudahan berinvestasi dalam sektor keuangan, termasuk kepemilikan ekuitas asing. Tahun 2018 kepemilikan di perusahaan patungan sekuritas hanya 49%, China berjanji naikkan menjadi 51%.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang