Turunnya Ekonomi Tiongkok Dihantam Wabah Virus Korona

772

(Vibiznews – Ekonomi) Sejak wabah virus korona menghantam daratan Tiongkok dan menyebar dengan cepat ke berbagai negara, perhatian dunia tertuju bagaimana akibat ekonominya. Lembaga ekonomi dunia mulai memprediksi dan melihat skenario pertumbuhan ekonomi Tiongkok setelah berjangkitnya virus korona yang menakutkan ini.

Posisi ekonomi Tiongkok saat ini semakin besar pengaruhnya terhadap ekonomi global. Sepertiga dari pertumbuhan ekonomi dunia berasal dari kontribusi ekonomi Tiongkok. Bila digabungkan ekonomi Eropa, Amerika Serikat dan Jepang maka ekonomi Tiongkok terbilang masih lebih besar. Bank Dunia menyatakan bahwa kontribusi Tiongkok pada produk domestik bruto global, saat ini mencapai 16 persen. Angka ini empat kali lebih besar dibandingkan dengan sumbangsih Tiongkok bagi ekonomi dunia saat wabah SARS terjadi pada tahun 2002 hingga 2003 (4 persen).

Ekonomi Tiongkok diperkirakan mengalami penurunan oleh sebagian besar lembaga ekonomi dunia. Hal ini terjadi sebagai dampak berjangkitnya virus korona yang dikenal dengan  virus 2019-nCoV. The New York Times memuat Analisa Oxford Economics yang memperkirakan penurunan ekonomi Tiongkok menjadi 5,6 persen dari 6,1 persen pada tahun 2019. Oxford memperkirakan penurunan ini akan berdampak pada berkurangnya pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,2 persen menjadi 2,3 persen. Ini merupakan perlambatan terbesar yang pernah terjadi setelah dunia dilanda krisis keuangan satu dekade yang lalu. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan penurunan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2020 menjadi 6 persen dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar 6,1 persen.

Kristanto Nugroho, CEO Vibiz Media Network menyatakan ketika Tahun 2019, ekonomi tumbuh 6.1%, ekspor Tiongkok dua tahun terakhir merosot akibat perang dagang dengan AS.  Konsumsi dalam negeri yang menjadi andalan ekonomi Tiongkok, sekarang sedang terpukul oleh wabah. Pasar ekspor merosot selain akibat perang dagang dengan AS dikarenakan juga daya serap pasar global sedang menurun. Terlebih dengan kekhawatiran penyebaran virus, maka negara-negara mulai menutup atau membatasi kunjungan, hal ini akan sangat berdampak pada perdagangan dengan Tiongkok.

Ekonomi Tiongkok benar-benar terpukul sejak wabah virus korona ini. Pemerintah Xi Jinping melakukan karantina dan menutup wilayah Provinsi Hubei, kota Wuhan sebagai daerah pertama terjangkitnya virus Korona. Kondisi ini belum pernah terjadi sebelumnya dimana seluruh moda angkutan dihentikan dan masyarakat tidak boleh kemana-kemana dengan maksud menutup penyebaran virus Korona. Sejumlah daerah Industri Tiongkok seperti Shandong, Suzhou, Shanghai, Guangdong memberikan tambahan hari liburan Imlek antara 7 hingga 10 hari lagi yang membuat berhenti produksi barang-barang Tiongkok. Berbondong-bondong berbagai negara dan lebih dari 40 maskapai penerbangan menutup jalur tujuan ke Tiongkok, termasuk tidak menerima kedatangan masyarakat Tiongkok masuk ke negara mereka. Sektor ritel, logistik, pariwisata dan transportasi Tiongkok terpukul hebat dengan wabah korona virus ini.

Indonesia sendiri menjadi salah satu negara yang mengeluarkan larangan terbang dari dan ke Tiongkok. Impor berbagai produk seperti bawang putih, hewan hidup dari negeri yang menjadi sumber virus korona dilarang . Disrupsi ekonomi di Tiongkok ini tidak terduga sebelumnya dan kapan akan berhenti belum ada yang dapat memperkirakan. Sekalipun Beijing berusaha menopang ekonomi Tiongkok dengan berbagai langkah namun tidak mudah mengatasinya. Bank Sentral Tiongkok telah mengalirkan dana hingga 242,74 miliar dollar Amerika (1,7 triliun yuan) setara dengan Rp 3.312,43 triliun melalui pasar terbuka, namun hal ini tidaklah pasti dapat memulihkan ekonomi Tiongkok yang terus terpukul wabah virus korona.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here