Rekomendasi Pergerakan Harga Emas Minggu Ini (10-14 Februari 2020)

2663

(Vibiznews-Commodity) Kondisi emas yang “safe-haven” tidak dapat disangkal, walaupun ketika dolar AS bergerak naik dengan kuat, metal kuning ini tidak dapat mengalahkannya. Itulah yang terjadi pada minggu lalu. Campuran dari keengganan terhadap resiko dan kuatnya angka makro ekonomi AS membawa emas turun.

Emas mengejutkan pasar pada hari Jumat minggu lalu dengan para trader membeli dari bawah dan harga memanjat ke atas $1,570 per ons, setelah sempat menyentuh ketinggian $1,571.50, naik 0.10% pada hari itu, sekalipun turun 1% dari awal minggu. Sementara harga emas Antam hari Jumat minggu lalu berada pada Rp 772.000 per gram, naik Rp 2000,-.

Dolar AS mendapatkan dukungan lebih jauh dari survey ADP mengenai penciptaan pekerjaan swasta, dengan angka 291.000 hampir dua kali lipat dari perkiraan pasar 156.000. Namun, laporan “employment” bulanan yang bercampur gagal memberikan kesan. Menurut laporan Nonfarm Payroll, AS menambahkan 225.000 pekerjaan baru pada bulan Januari, namun berita yang positip ini ditutupi oleh naiknya tingkat pengangguran yang naik menjadi 3.6%, meskipun tingkat partisipasi menurun menjadi 63.4%. Pertumbuhan upah juga lebih rendah daripada yang diperkirakan, hanya naik 0.2% MoM, sekalipun untuk tahunan naik 3.1% YoY.

Wabah virus corona telah menjadi katalisator utama bagi kenaikan harga emas. Ketakutan bahwa penyakit menular dan mematikan ini terus menyebar ke dunia dan mempengaruhi perdagangan global dan dengan demikian mempengaruhi juga pertumbuhan ekonomi, cenderung membebani sentimen pasar. WHO mendeklarasikan kondisi darurat kesehatan global. Ketakutan bahwa wabah virus corona bisa memberikan dampak negatip bagi kemajuan global dan mempengaruhi “performance” dari saham, memicu permintaan bagi metal berharga.

Minggu ini, hanya ada data makro ekonomi AS yang ringan. Laporan Consumer Price Index diperkirakan akan menunjukkan penurunan di dalam angka CPI inti tahunan dari 2.3% menjdai 2.2% pada bulan Januari, meningkatkan kemungkinan Federal Reserve untuk memangkas tingkat bunga nantinya pada tahun ini. Setiap deviasi dari angka yang kritikal ini akan menggoncang dolar AS. Sementara Penjualan Ritel untuk bulan Januari diperkirakan akan menunjukkan peningkatan yang substansial.

Dolar AS kemungkinan akan melekat kepada imbal hasil obligasi, yang akan naik dan turun dengan sentimen global. Treasury akan diburu investor pada saat terjadi masalah. Namun, korelasinya bisa berubah, apabila dolar AS kembali ke status “safe-haven” yang klasik.

Dengan demikian, kekuatan dolar AS akan bergantung kepada bagaimana berita sehubungan dengan virus corona bisa mempengaruhi pasar saham.

Investor ingin agar wabah penyakit pernafasan ini mereda, namun situasi kemungkinan akan menjadi semakin buruk sebelum akhirnya membaik.

Dari 12 Profesional pasar yang mengambil bagian di dalam survey Wall Street, 8 atau 67% memandang emas akan naik. Hanya satu atau 8% yang mengatakan emas akan turun. 3 sisanya atau 25% melihat pasar emas akan “sideways”.

Sementara dari 966 yang memberikan suara di dalam polling Main Street, 8 suara atau 67% memandang emas akan naik pada minggu ini. Sebanyak 232 atau 24% mengatakan harga emas akan turun sementara 164 atau 17% bersikap netral.

Grafik mingguan sekalipun masih kelihatan naik, menunjukkan kecenderungan “overbought” dengan “resistance” terdekat berada di $1,579.60 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,586.00 dan kemudian $1,594.20. Sedangkan “support” terdekat berada pada $1,560.00 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,547.40 dan kemudian $1,530.88.

Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner  Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here