(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi global pada minggu lalu diwarnai dengan naiknya harapan investor oleh berita ditemukannya obat penyembuhan terhadap virus corona Wuhan, semakin mendatarnya kurva penyebaran wabah Covid-19 di banyak negara, serta dengan adanya rencana pembukaan kembali ekonomi di sebagian Amerika Serikat dari lockdown. Ini cukup meng-counter efek berita sebelumnya dari IMF tentang resesi global terburuk sejak Great Depression pada tahun ini. Untuk korban virus, berita resmi terakhirnya, sudah sekitar 2.25 juta orang terinfeksi di dunia dan lebih dari 154 ribu orang meninggal, dan menyebar ke 210 negara dan teritori. Pasar saham dunia umumnya lanjut menguat, sementara Rupiah kembali tercatat sebagai mata uang terkuat se-Asia. Investor global nampaknya kembali secara bertahap kepada investasi asset berisiko.
Minggu berikutnya, isyu antara harapan berlalunya pandemi Covid-19 dan ancaman resesi global akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Market Review and Outlook 20-24 April 2020.
Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau fluktuatif dan berakhir terkoreksi terbatas digerus profit taking setelah 3 minggu rally dengan gain 15%, tetapi masih didukung masuknya dana-dana asing oleh program stimulus dalam negeri. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya juga bias menguat. Secara mingguan IHSG ditutup terkoreksi terbatas 0.31% ke level 4,634.821. Untuk minggu berikutnya (20-24 April 2020), IHSG kemungkinan masih agak konsolidatif walau tetap berpeluang melanjutkan kekuatannya. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 4975 dan kemudian 5364, sedangkan support level di posisi 4317 dan kemudian 3911.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terpantau melanjutkan rebound tajamnya oleh masuknya kembali dana-dana asing dan keyakinan BI bahwa rupiah masih under value, sehingga rupiah secara mingguannya menguat tajam 2.68% ke level Rp 15,430. Rupiah kembali lagi tercatat sebagai mata uang terkuat di kawasan Asia terhadap USD, bahkan sampai 3 kali di minggu ini. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan turun, atau bias positif bagi rupiah dalam pasar yang masih fluktuatif, dalam range antara resistance di level Rp16,330 dan Rp16,575, sementara support di level Rp15.287 dan Rp14,940.
Dalam rangka mitigasi dampak penyebaran COVID-19, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, akhir pekan lalu menyampaikan beberapa hal terkait perkembangan terkini perekonomian dan kebijakan yang ditempuh BI:
- Nilai tukar Rupiah bergerak stabil dan cenderung menguat ke arah Rp15.000 di akhir tahun. Ini disebabkan, antara lain:
- nilai rupiah yang masih undervalue;
- pasar confidence BI berada di pasar
- mekanisme pasar saat ini berlangsung dengan baik
- seminggu terakhir terjadi aliran masuk modal asing
- Defisit transaksi berjalan triwulan-I 2020 di bawah prakiraan sebelumnya, lebih rendah dari 1,5% PDB.
- Stance Kebijakan Bank Indonesia adalah longgar. Bentuk pelonggaran kebijakan BI berupa quantitative easing, relaksasi kebijakan makroprudensial, dan akselerasi digital sistem pembayaran. Secara total, quantitative easing BI nilainya hampir sebesar Rp420 triliun.
- BI memprakirakan inflasi pada periode April-Mei 2020 akan lebih rendah dari pola historisnya.
Sementara itu, Standard and Poor’s (S&P) pada akhir pekan mempertahankan Sovereign Credit Rating RI tetap pada level BBB. Namun ada revisi turun outlook (prospek) utang jangka panjang RI, dari sebelumnya BBB stabil menjadi BBB negatif. S&P menyatakan bahwa peringkat Indonesia dipertahankan pada BBB karena tatanan kelembagaan yang stabil, prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, dan kebijakan fiskal yang secara historis cukup prudent.
Pasar Forex
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum fluktuatif dan sempat menguat sebagai aset safe haven, walau kemudian terkoreksi setelah adanya berita harapan tentang penemuan obat virus ini, dimana indeks dolar AS secara mingguan berakhir menguat tipis ke 99.78. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau melemah ke 1.0876. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1148 dan kemudian 1.1238, sementara support pada 1.0768 dan 1.0637.
Pound sterling minggu lalu terlihat menguat ke level 1.2501 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.2648 dan kemudian 1.2978, sedangkan support pada 1.2164 dan 1.1775. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir melemah ke level 107.53. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 109.39 dan 111.72, serta support pada 106.91 serta level 105.14. Sementara itu, Aussie dollar terpantau menguat tipis ke level 0.6365. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.6540 dan 0.6686, sementara support level di 0.5979 dan 0.5701.
Pasar Saham
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum menguat oleh kembalinya permintaan aset berisiko di tengah harapan penemuan obat untuk virus corona Wuhan ini. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir menguat ke level 19,897. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 20347 dan 21720, sementara support pada level 17646 dan 17197. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir menguat terbatas ke level 24,380. Minggu ini akan berada antara level resistance di 24667 dan 26805, sementara support di 22756 dan 21139.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau menguat tajam dengan ditemukannya obat bagi virus corona yang memberi harapan untuk percepatan dibukanya kembali ekonomi Amerika. Indeks Dow Jones secara mingguan menguat ke level 24,242.49, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 25020 dan 27102, sementara support di level 22634 dan 20784. Index S&P 500 minggu lalu menguat ke level 2,874.56, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 3083 dan 3137, sementara support pada level 2721 dan 2447.
Pasar Emas
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau fluktuatif dan berakhir melemah tipis oleh rencana Trump untuk membuka kembali ekonomi AS yang memicu investor kembali ke asset lebih berisiko, sehingga harga emas spot terkoreksi terbatas ke level $1,684.69 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1748 dan berikut $1755, serta support pada $1641 dan $1597.
Dinamika pasar, atau bagi sebagian orang menyebutnya dengan gejolak, pada pasar investasi semakin terlihat fluktuatif, bahkan cenderung volatile. Sangat jelas bahwa koreksi pasar memang ada, bahkan bisa dalam skala besar seperti belakangan ini. Demikian pula, rebound atau reversal adalah bagian dari pergerakan pasar. Dalam situasi seperti ini, timing untuk masuk serta keluar pasar (market entry and exit) merupakan aspek kunci keberhasilan berinvestasi. Terpeleset di sini maka keuntungan menjadi tipis atau kerugian membengkak. Tepat ambil posisi di sini akan memberikan gain yang tidak jarang mencengangkan, bahkan di tengah situasi pasar tidak jelas seperti ini. Anda, kalau boleh disarankan, perlu teman investasi. Tetaplah bersama kami, karena kami hadir demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido