(Vibiznews-Commodity) Emas turun tajam lebih dari 1% atau hampir $25 dari ketinggian sebelumnya di $1,716 pada awal perdagangan sesi Asia setelah timbulnya ketegangan yang baru antara Amerika Serikat dengan Cina atas respon Beijing yang ditunda-tunda dalam menangani krisis coronavirus. Ketegangan baru ini menekan sentimen pasar dan mengangkat naik dolar AS secara luas.
Kejatuhan harga minyak mengakibatkan ketakutan akan deflasi global dan menambah tekanan turun terhadap harga emas yang selama ini dianggap sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi.
Namun, emas akhirnya berhasil naik dari kerendahan selama empat hari di $1,692.04 dan kelihatannya akan memperpanjang momentum kenaikannya keatas batas $1,700, meskipun ditengah menguatnya dolar AS secara luas.
Metal kuning ini kelihatannya berhasil mengambil keuntungan dari berhati-hatinya para trader dan investor pada saat mulai memasuki pasar Eropa, dengan mengintipnya keprihatinan atas kerusakan ekonomi global karena pandemik coronavirus yang membayangi optimisme disekitar potensi pelonggaran terhadap langkah-langkah “lockdown” di sebagian dari kota-kota utama dunia.
Sementara itu pergerakan naik USD kelihatannya mengambil napas pada awal perdagangan dengan dolar As berkonsolidasi terhadap enam pasangan utama lainnya. Sikap para trader yang berhati-hati sebelum keluarnya data FOMC kelihatannya telah menghentikan sementara pergerakan naik dari dolar AS.
Pada saat ini emas diperdagangkan disekitar $1,708.69, masih turun kurang lebih 0.58% dari harga pembukaan hari ini. Tekanan “bearish” masih terus berlangsung dengan “support” terdekat berada pada $1,704.13 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,693.98 dan kemudian $1,681.69. Sedangkan kenaikannya akan berhadapan dengan “resistance” terdekat di $1,726.57 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,738.86 dan kemudian $1.749.01.
Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting
Editor: Asido
