Pembukaan Ekonomi dan Tensi Baru AS-China — Market Outlook, 1-5 June 2020 by Alfred Pakasi

1402

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi global pada minggu lalu diwarnai dengan dinamika pasar di tengah isyu, antara lain, naiknya tensi AS – China dengan adanya UU baru dari China untuk kemananan Hong Kong, serta rencana pembukaan perekonomian kembali secara bertahap di AS dan sejumlah negara lainnya. Untuk korban virus, berita resmi terakhirnya, sudah sekitar 6 juta orang terinfeksi di dunia dan 367 ribu orang meninggal, dan menyebar ke 213 negara dan teritori. Pasar saham dunia umumnya menguat, permintaan safe haven agak tergerus dan memberi koreksi pergerakan dollar AS dan emas, sementara rupiah terus rally 4 minggu berturut-turut.

Minggu berikutnya, isyu antara naiknya tensi lanjutan AS-China, rencana pembukaan perekonomian, dan dampak ekonomi dari wabah virus Wuhan ini akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Market Review and Outlook 1-5 June 2020.

===

Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau lanjut menguat di minggu keduanya di tengah sentimen positif rencana pembukaan ekonomi di beberapa negara dan persiapan kepada ekonomi new normal di dalam negeri. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya bias menguat. Secara mingguan IHSG ditutup menguat signifikan 4.57% ke level 4,753.612. Untuk minggu berikutnya (1-5 Juni 2020), IHSG kemungkinan masih bisa lanjutkan rally-nya, agak tertahan oleh aksi profit taking. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 4975 dan kemudian 5041, sedangkan support level di posisi 4521 dan kemudian 4460.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terpantau menguat kembali dalam rally 4 minggu berturut-turut dengan Gubernur BI menyatakan bahwa level rupiah ini masih undervalued, sementara dollar global dalam tren melemah, sehingga rupiah secara mingguannya menguat signifikan 0.68% ke level Rp 14,610. Rupiah kembali menjadi mata uang terbaik terhadap USD di kawasan Asia. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan turun, atau masih bias positif bagi rupiah dengan pergerakan agak tertahan, dalam range antara resistance di level Rp14,905 dan Rp15,195, sementara support di level Rp14.352 dan Rp14,095.

Dalam rangka mitigasi dampak penyebaran COVID-19, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, pada pekan lalu menyampaikan beberapa hal terkait perkembangan terkini perekonomian dan kebijakan yang ditempuh BI, antara lain:

Perkembangan Indikator Ekonomi

  1. Inflasi terkendali dan rendah di kisaran sasaran 3±1%. Dengan inflasi Mei 2020 diperkirakan sebesar 2,21% (yoy)
  2. Defisit Transaksi Berjalan Triwulan I 2020 membaik sehingga ketahanan eksternal terjaga, yaitu tercatat rendah sebesar USD 3,9 miliar (1,4% dari PDB).
  3. Aliran modal asing kembali masuk; dengan inflow pada SBN sebesar Rp6,15 triliun pada minggu II Mei.
  4. Yield SBN 10 tahun menurun; tercatat pada 26 Mei di level 7,22% dari level 8% pada sebelum pandemic.
  5. Nilai tukar Rupiah bergerak stabil dan cenderung menguat ke level fundamental, dimana level sekarang masih undervalued.
  6. Cadangan devisa akhir April sebesar USD 127,9 miliar, dan diperkirakan akan meningkat pada akhir Mei 2020.

Koordinasi Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional

  1. Koordinasi Kebijakan Pemerintah, Bank Indonesia, OJK dan LPS untuk Pemulihan Ekonomi

BI telah melakukan injeksi likuiditas ke perbankan yang secara total mencapai sekitar Rp583,5 triliun.

  1. Mekanisme Pembiayaan untuk Program Pemulihan Ekonomi Nasional

Mekanisme pembelian SBN di pasar Perdana oleh BI untuk Pembiayaan Umum APBN

      • Above The Line
      • Below The Line

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan pada minggu lalu bahwa stabilitas sektor jasa keuangan bulan Mei tetap terjaga di tengah pandemi Covid-19 ini. Disebutkan pada akhir pekan lalu, di antaranya:

  • Kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan April 2020 tumbuh sejalan dengan perlambatan ekonomi, dengan kredit perbankan tumbuh sebesar 5,73% yoy.
  • Sampai 26 Mei 2020, penghimpunan dana melalui pasar modal tercatat mencapai Rp32,6 triliun dengan 22 emiten baru.
  • Profil risiko lembaga jasa keuangan pada April 2020 masih terjaga pada level yang terkendali dengan rasio NPL gross tercatat sebesar 2,89%

Pasar Forex

Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum tertekan di tengah naiknya minat investor terhadap risk asset serta penguatan euro oleh adanya dana pemulihan terhadap wabah virus untuk Eropa, sementara tetap mengawasi naiknya tensi AS-China, dimana indeks dolar AS secara mingguan berakhir melemah ke 98.34. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau menguat tajam ke 1.1105. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1148 dan kemudian 1.1237, sementara support pada 1.0871 dan 1.0726.

Pound sterling minggu lalu terlihat menguat ke level 1.2345 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.2469 dan kemudian 1.2648, sedangkan support pada 1.2075 dan 1.1775. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat tipis ke level 107.77.  Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 108.10 dan 109.39, serta support pada 106.36 serta level 105.14. Sementara itu, Aussie dollar terpantau menguat ke level 0.6665. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.6686 dan 0.6774, sementara support level di 0.6371 dan 0.6252.

Pasar Saham

Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum variatif dengan bias menguat, sementara Hang Seng sering tertekan oleh berita Beijing menyiapkan undang-undang baru terkait keamanan Hong Kong. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir menguat ke level 21,878. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 22272 dan 23807, sementara support pada level 20335 dan 19448. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir menguat tipis ke level 22,961. Minggu ini akan berada antara level resistance di 24552 dan 24855, sementara support di 22756 dan 21139.

Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau umumnya menguat di antara optimisme pasar dengan rencana pembukaan ekonomi AS kembali, juga setelah Presiden Trump tidak mengubah kesepakatan dagang sebelumnya dengan China setelah UU keamanan baru atas Hong Kong.  Indeks Dow Jones secara mingguan menguat ke level 25,383.1, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 25759 dan 27102, sementara support di level 22789 dan 22634. Index S&P 500 minggu lalu menguat ke level 3,057.9, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 3083 dan 3137, sementara support pada level 2766 dan 2447.

Pasar Emas

Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau fluktuatif, sempat tergerus oleh investor yang bergeser ke risk asset, dan di akhir pekan agak menguat oleh ketidakjelasan di tengah naiknya tensi AS – China, sehingga harga emas spot secara mingguan terkoreksi 0.37% ke level $1,729.62 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1766 dan berikut $1796, serta support pada $1691 dan $1661.

Berita pasar, apakah isyu dari kawasan Amerika, China, atau Eropa, atau dari the Federal Reserve, acapkali memengaruhi pasang surutnya pasar investasi. Satu saat sepertinya memberi harapan, pada kesempatan lain memutuskan ekspektasinya. Sangat tidak menentu. Sering juga spekulasi pasar terbentuk untuk menggerakkan pasar itu sendiri. Kita tidak menyalahkan pasar atas hal tersebut. Pasar tidak pernah salah. Kita, sebagai investor, yang harus mengerti siapa pasar, apa perilakunya dan psikologinya, serta bagaimana penyebabnya. Vibiznews.com dapat menjadi pendukung bagi Anda untuk memahami pasar investasi lebih baik. Bagi Anda kami selalu hadir mendampingi. Saat ini, kami sampaikan terimakasih kepada para members yang telah bersama terus dengan kami, partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here