(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi global pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya: kekhawatiran investor atas menanjaknya kasus infeksi baru virus corona di AS dan beberapa negara lainnya, harapan akan datangnya pemulihan ekonomi, serta munculnya tensi dagang baru antara AS – Eropa. Untuk korban virus, berita resmi terakhirnya, sudah sekitar 9.9 juta orang terinfeksi di dunia dan 497 ribu orang meninggal, dan menyebar ke 213 negara dan teritori. Pasar saham dunia umumnya bergerak terbatas, permintaan safe haven belakangan bertambah yang menopang kenaikan terutama harga emas.
Minggu berikutnya, isyu antara perkembangan penyebaran wabah virus corona, prospek pemulihan ekonomi, dan tensi dagang global ini akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Market Review and Outlook 29 June – 3 July 2020.
===
Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau cukup fluktuatif dan berakhir terkoreksi di tengah kekhawatiran pasar regional atas kenaikan kasus baru wabah virus. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya agak variatif. Secara mingguan IHSG ditutup terkoreksi 0.77% ke level 4,904.088. Untuk minggu berikutnya (29 Juni – 3 Juli 2020), IHSG kemungkinan masih di sekitar area konsolidasi 3 minggu terakhirnya. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 5139 dan kemudian 5365, sedangkan support level di posisi 4712 dan kemudian 4621.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terpantau terkoreksi dari penguatan minggu lalu di tengah dana asing yang balik mengincar safe haven, sementara dollar global terlihat berupaya bangkit dari koreksi sebelumnya, sehingga rupiah secara mingguannya melemah 0.85% ke level Rp 14,220. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan menanjak perlahan, atau pelemahan bagi rupiah dengan agak terbatas, dalam range antara resistance di level Rp14,475 dan Rp14,780, sementara support di level Rp13.805 dan Rp13,654.
Bank Indonesia pada pekan lalu merilis Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2020, yang di antaranya menjelaskan bahwa kontraksi perekonomian global berlanjut, sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan menurun, meskipun perkembangan terkini menunjukkan tekanan mulai berkurang. BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menurun pada kisaran 0,9%-1,9% pada 2020 dan kembali meningkat pada kisaran 5%-6% pada 2021.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong mulai bergeraknya kembali sektor riil dalam era adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat produktif dan aman Covid 19. Hal ini ditunjang stabilitas sektor jasa keuangan yang terjaga dengan kinerja intermediasi yang positif dan profil risiko tetap terkendali.
Beberapa penjelasan disampaikan OJK minggu lalu, di antaranya:
- Sejalan dengan stimulus restrukturisasi kredit dan pembiayaan di perbankan dan perusahaan pembiayaan, sampai dengan 15 Juni 2020, restrukturisasi kredit perbankan telah mencapai Rp 655,84 triliun dari 6,27 juta debitur.
- Posisi Mei 2020, kredit perbankan tumbuh sebesar 3,04% yoy, sementara piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan terkontraksi sebesar 5,1% yoy. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 8,87% yoy.
- Permodalan lembaga jasa keuangan terjaga stabil pada level yang memadai. Capital Adequacy Ratio Bank Umum Konvensional tercatat sebesar 22,16%
Pasar Forex
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum masih terkoreksi walau di 3 hari terakhir rally oleh naiknya permintaan safe haven karena kekhawatiran investor atas menanjaknya kasus baru wabah virus, dimana indeks dolar AS secara mingguan berakhir terkoreksi ke 97.50. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau menguat ke 1.1216. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1423 dan kemudian 1.1495, sementara support pada 1.1068 dan 1.0871.
Pound sterling minggu lalu terlihat melemah tipis ke level 1.2329 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.2814 dan kemudian 1.3200, sedangkan support pada 1.2204 dan 1.2075. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat ke level 107.19. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 109.85 dan 110.08, serta support pada 105.99 serta level 105.15. Sementara itu, Aussie dollar terpantau menguat tipis ke level 0.6861. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7043 dan 0.7082, sementara support level di 0.6506 dan 0.6371.
Pasar Saham
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum variatif dengan bias menguat, sementara investor terus memonitor perkembangan peningkatan kasus baru virus di beberapa negara. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir menguat tipis ke level 22,512. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 23178 dan 23807, sementara support pada level 20335 dan 19448. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir melemah terbatas ke level 24,545. Minggu ini akan berada antara level resistance di 25304 dan 25579, sementara support di 22520 dan 21139.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau melemah terbatas oleh melejitnya kasus baru virus corona di Amerika yang memicu kembali kekhawatiran investor bahwa rebound pasar hanya berdurasi pendek saja. Indeks Dow Jones secara mingguan melemah terbatas ke level 25,015.56, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 25780 dan 27102, sementara support di level 24294 dan 22790. Index S&P 500 minggu lalu melemah tipis ke level 3,013.7, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 3235 dan 3394, sementara support pada level 2909 dan 2766.
Pasar Emas
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau menguat kembali oleh pelonjakan kasus infeksi baru virus corona di Amerika yang mendongkrak permintaan emas sebagai safe haven, sehingga harga emas spot secara mingguan menguat ke level $1,771.48 per troy ons, mendekati posisi hampir 8 tahun tertingginya. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1780 dan berikut $1796, serta support pada $1670 dan $1641.
Ketrampilan seorang investor pada masa-masa ini seperti sedang diuji. Situasi pasar yang sebagian kadang sideways, sebagian lagi sedang membentuk tren-tren jangka menengah sehingga dibutuhkan kemampuan analisis yang jeli supaya tidak salah dalam mengambil keputusan investasi, baik untuk masuk ataupun keluar pasar. Ketrampilan biasanya berbanding lurus dengan pengalaman atau jam terbang. Ini juga yang sering menjadi kendala bagi banyak investor karena masih memiliki banyak aktivitas lain di samping trading investasi. Bagi Anda yang sering kali tidak cukup punya waktu, vibiznews.com adalah sobat investasi Anda. Kami memang ada di bidang ini, siang dan malam, tanpa henti untuk juga membantu Anda. Untuk Anda yang telah mengalaminya, disampaikan terimakasih untuk para members yang telah bersama terus dengan kami, partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido