Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (24 Juli); Rupiah di 14.500’an per dolar

743
rupiah dolar
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian dirilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini, Jumat (24/7).

Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

A)   Perkembangan Nilai Tukar 20-23 Juli 2020

Pada akhir hari Kamis, 23 Juli 2020 

  1. Rupiah ditutup pada level Rp14.550 per dolar AS.
  2. YieldSBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,86%.
  3. DXY melemah ke level 94,69.
  4. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke level 0,577%.

Pada pagi hari Jumat, 24 Juli 2020

  1. Rupiah dibuka  pada level  500 per dolar AS.
  2. Yield SBN 10 tahun turun  di 6,83%.

Aliran Modal Asing (Minggu IV Juli 2020)

  1. Premi CDS (Credit Default Swaps) Indonesia 5 tahun turun ke 112,9 bps per 23 Juli 2020 dari 124,7 bps per 17 Juli 2020.
  2. Berdasarkan data transaksi 20-23 Juli 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp5,17 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp5,40 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,23 triliun.
  3. Berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp143,77 triliun.

 

B)   Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali

  1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Juli 2020, bulan Juli 2020 diperkirakan mengalami deflasi sebesar 0,03% (mtm).  Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Juli 2020 secara tahun kalender sebesar 1,06% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,61% (yoy).
  2. Penyumbang utama deflasi pada periode laporan antara lain berasal dari bawang merah sebesar -0,10% (mtm), daging ayam ras sebesar -0,03% (mtm), bawang putih sebesar     -0,03% (mtm), gula pasir sebesar -0,02% (mtm), jeruk sebesar -0,02 (mtm) serta cabai merah, kelapa, daging sapi, dan angkutan udara masing-masing sebesar -0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas utama penyumbang inflasi, yaitu  telur ayam ras sebesar 0,05% (mtm), emas perhiasan sebesar 0,04% (mtm), dan rokok kretek filter sebesar 0,01% (mtm).

“Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” demikian akhir catatan dari Departemen Komunikasi BI, Jumat ini (24/7)

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here