Mencari Celah Prospek Pemulihan dari Pandemi — Market Outlook, 7-11 September 2020 by Alfred Pakasi

1347

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi global pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • Data tenaga kerja dan tingkat pengangguran Amerika, yang dirilis lebih baik dari perkiraan pasar, dengan tingkat pengangguran Agustus turun ke 8.4%.
  • Arah kebijakan the Federal Reserve selanjutnya, dengan masih tertahannya kesepakatan stimulus fiskal AS pada ronde berikutnya.
  • Harapan akan pemulihan ekonomi global yang lebih cepat meningkat dengan Lembaga U.S. CDC menyatakan bahwa vaksin sudah siap didistribusikan pada awal November.

Untuk korban virus, berita resmi terakhirnya, sudah sekitar 26.8 juta orang terinfeksi di dunia dan 879 ribu orang meninggal, dan menyebar ke 213 negara dan teritori.

Pasar saham dunia umumnya bergerak fluktuatif, harga emas terkoreksi balik, serta US dollar rebound.

Minggu berikutnya, isyu antara perkembangan pandemi virus corona, prospek pemulihan ekonomi, dan tensi AS – China akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Market Review and Outlook 7-11 September 2020.

===

Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau terkoreksi profit taking investor asing paska rally 3 minggu, tergerus di 2 hari terakhir terutama dari aksi jual di sektor finansial. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya variatif melemah. Secara mingguan IHSG ditutup melemah signifikan 2.00% ke level 5,239.851. Dalam 3 bulan terakhir IHSG masih gain sekitar 15%. Untuk minggu berikutnya (7-11 September 2020), IHSG kemungkinan akan masih dihadang profit taking terbatas, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 5406 dan kemudian 5715, sedangkan support level di posisi 5120 dan kemudian 4928.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terpantau terkoreksi dari penguatan dua minggunya, sementara dollar global berhasil rebound, sehingga rupiah secara mingguannya melemah 0.81% ke level Rp 14,750. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan turun, atau kemungkinan rupiah kembali menguat, dalam range antara resistance di level Rp14,845 dan Rp14,954, sementara support di level Rp14.467 dan Rp14.296.

===

Pada minggu lalu Otoritas Jasa keuangan (OJK) menyampaikan di antaranya bahwa OJK membuat pengawasan dan perijinan terintegrasi sektor jasa keuangan, dengan memperkuat pengawasan konglomerasi keuangan yang menawarkan produk keuangan hybrid antara produk perbankan, asuransi, dan investasi. Pengawasan terintegrasi mendeteksi lebih dini risiko stabilitas sektor jasa keuangan.

Sementara itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan Agustus dirilis berada di level 50,8, naik lagi dari level pada bulan sebelumnya di 46.9. Dengan demikian, pada bulan Agustus sudah berhasil melewati kondisi kontraksi, memasuki kondisi ekspansif. Ini pertama kalinya, indeks manufaktur Indonesia kembali ke level ekspansif sejak merebaknya wabah virus corona, atau sejak Februari 2020. Berita ini memberi sinyal bahwa ada pergerakan positif pada ekonomi Indonesia, khususnya industri manufaktur yang menyumbangkan 60 persen dari total ekspor Indonesia.

===

Pasar Forex

Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum balik rebound oleh data tenaga kerja AS yang melampaui ekspektasi dan terkoreksinya bursa saham oleh kekhawatiran inestor terhadap risiko pasar global, dimana indeks dolar AS secara mingguan berakhir rebound ke 92.97. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau melemah ke 1.1835. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.2011 dan kemudian 1.2138, sementara support pada 1.1711 dan 1.1641.

Pound sterling minggu lalu terlihat melemah ke level 1.3276 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.3483 dan kemudian 1.3515, sedangkan support pada 1.2981 dan 1.2480. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat ke level 106.21.  Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 108.17 dan 109.85, serta support pada 104.18 serta level 101.18. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah ke level 0.7281. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7435 dan 0.7712, sementara support level di 0.6807 dan 0.6776.

Pasar Saham

Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum variatif dengan bias melemah di tengah pasar yang mengekor dinamika bursa Amerika. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir menguat ke level 23,205. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 23807 dan 24115, sementara support pada level 21530 dan 20335. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir melemah ke level 24,695. Minggu ini akan berada antara level resistance di 25847 dan 26782, sementara support di 24148 dan 23685.

Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau fluktuatif dari rally mencetak rekor kemudian terkoreksi tajam terutama dipimpin sektor saham teknologi. Indeks Dow Jones secara mingguan melemah ke level 28,133.31, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 29162 dan 29409, sementara support di level 27526 dan 26103. Index S&P 500 minggu lalu melemah ke level 3,417.0, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 3590 dan 3630, sementara support pada level 3221 dan 2994.

Pasar Emas

Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau balik melemah oleh penguatan US dollar karena data tenaga kerja AS yang positif, sehingga harga emas spot secara mingguan melemah ke level $1,934.02 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $2015 dan berikut $2075, serta support pada $1862 dan $1795.

 

Dinamika pasar terus bergerak secara aktif, naik turun di pasar investasi. Resesi perekonomian global serta tensi politik antara AS dengan China yang menguatirkan dunia menyisakan kebingungan pasar untuk bagaimana menyikapinya. Sementara itu, pandemic wabah virus corona dari Wuhan ini semakin menggerus perekonomian semua negara, serta berbagai pemerintah dan bank sentral yang berupaya keras menahan tekanan resesi dengan sejumlah kebijakan fiskal dan moneter.  Kalau Anda tidak punya waktu banyak kesempatan untuk mengikuti dan mengartikan pergerakan pasar demikian, Vibiznews.com dapat membantu Anda sepenuhnya serta memanfaatkannya untuk keputusan investasi yang lebih akurat. Terima kasih telah bersama kami karena mengingat kami ada demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here