(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi global pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Meningkatnya kembali ketegangan AS – China, dengan AS menolak visa lebih dari 1000 orang China dengan alasan risiko keamanan.
- Statistik Covid – 19 vs prospek pemulihan ekonomi dengan pasar memerhatikan secara hati-hati perkembangan berita pengembangan vaksin corona.
- Kegagalan diloloskannya stimulus fiskal AS dimana Demokrat menolak RUU stimulus.
- Krisis prospek dari Brexit yang semakin dalam dan menekan pound sterling.
Untuk korban virus, berita resmi terakhirnya, sudah sekitar 28.6 juta orang terinfeksi di dunia dan 920 ribu orang meninggal, dan menyebar ke 213 negara dan teritori.
Pasar saham dunia umumnya cenderung terkoreksi minggu ini, harga emas berupaya naik, serta US dollar menanjak naik sebagai safe haven.
Minggu berikutnya, isyu antara perkembangan pandemi virus corona, prospek pemulihan ekonomi, dan tensi AS – China akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Market Review and Outlook 14-18 September 2020.
===
Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau terkoreksi tajam setelah ada rencana PSBB total di Jakarta, namun di akhir pekan rebound kuat 2,5% dari posisi oversold di level terendah 3 bulannya. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya variatif. Secara mingguan IHSG ditutup melemah signifikan 4.26% ke level 5,016.712. Untuk minggu berikutnya (7-11 September 2020), IHSG kemungkinan masih bisa menambah rebound-nya, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 5337 dan kemudian 5406, sedangkan support level di posisi 4755 dan kemudian 4521.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terpantau terkoreksi di minggu keduanya oleh rencana PSBB total DKI yang dapat menimbulkan resesi nasional, sementara dollar global berlanjut menguat, sehingga rupiah secara mingguannya melemah 0.95% ke level Rp 14,890. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan sempat turun, atau kemungkinan rupiah mencoba rebound kembali, dalam range antara resistance di level Rp14,971 dan Rp15,045, sementara support di level Rp14.536 dan Rp14.337.
===
Pada minggu lalu Bank Indonesia merilis beberapa data dengan indikasi perbaikan, di antaranya:
- Survei Konsumen Bank Indonesia pada Agustus 2020 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi terus membaik, meskipun masih berada pada zona pesimis.
- Penjualan eceran Juli 2020 dilaporkan terus membaik meskipun masih dalam fase kontraksi. Hal itu sejalan dengan peningkatan daya beli masyarakat dan implementasi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).
- Inflasi dilaporkan tetap rendah dan terkendali; untuk September 2020 diperkirakan akan sebesar 1,46% (yoy).
===
Pasar Forex
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum menguat kembali sebagai safe haven dengan merosotnya bursa saham serta didukung tergelincirnya pound sterling karena tidak jelasnya prospek Brexit, dimana indeks dolar AS secara mingguan berakhir menguat ke 93.27. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau menguat tipis ke 1.1844. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.2011 dan kemudian 1.2138, sementara support pada 1.1711 dan 1.1641.
Pound sterling minggu lalu terlihat melemah tajam ke level 1.2793 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.3266 dan kemudian 1.3483, sedangkan support pada 1.2664 dan 1.2480. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir melemah tipis ke level 106.13. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 108.17 dan 109.85, serta support pada 104.18 serta level 101.18. Sementara itu, Aussie dollar terpantau stabil ke level 0.7282. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7435 dan 0.7712, sementara support level di 0.6807 dan 0.6776.
Pasar Saham
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum variatif di tengah pasar yang mencermati pergerakan saham sektor teknologi mengikuti dinamika bursa Amerika. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir menguat ke level 23,406. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 23580 dan 23807, sementara support pada level 22205 dan 21530. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir melemah ke level 24,503. Minggu ini akan berada antara level resistance di 25847 dan 26782, sementara support di 24148 dan 23685.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau dalam koreksi dipimpin oleh sektor saham teknologi kembali. Indeks Dow Jones secara mingguan melemah ke level 27,665.64, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 29162 dan 29409, sementara support di level 27526 dan 26103. Index S&P 500 minggu lalu melemah ke level 3,338.9, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 3487 dan 3590, sementara support pada level 3221 dan 2994.
Pasar Emas
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau agak konsolidatif dengan menguat terbatas oleh kekhawatiran investor terhadap prospek pemulihan ekonomi global, sehingga harga emas spot secara mingguan menguat terbatas ke level $1,940.45 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $2015 dan berikut $2075, serta support pada $1862 dan $1795.
Seorang investor ketika memilih instrumen investasinya dan kemudian masuk ke pasar tentunya berharap akan memperoleh profit dari keputusan investasinya tersebut. Harapan. Itu sesuatu yang begitu memengaruhi pandangan investor. Harapan yang diwarnai oleh ekspektasi dan tidak jarang disertai analisis yang bias. Kalau Anda ingin kenal pasar –memang sangat sulit untuk mengenalnya—harus tahu seperti apa ekspektasi pasar hari-hari ini. Vibiznews.com telah siap sejak lama ingin memperkenalkan Anda kepada pasar secara lebih dalam, karena kami ada sebagai partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido