Meredanya Ekspektasi Stimulus dan Gelombang Baru Virus — Market Outlook, 19-23 October 2020 by Alfred Pakasi

1587

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi global pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • Meredanya ekspektasi terhadap paket stimulus fiskal AS akan dapat disetujui sebelum berlangsungnya pilpres AS.
  • Pemilihan Presiden AS yang semakin dekat terus dimonitor pasar dengan meningkatnya ketidakpastian politik yang menyebabkan naiknya arus safe-haven.
  • Kekhawatiran pasar dengan meningkat tajamnya Covid – 19 di sejumlah negara Eropa, yang diikuti dengan restriksi-restriksi baru yang dapat menghambat pemulihan ekonomi.
  • Ketidakpastian atas kelanjutan pembicaraan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa.

Untuk korban virus, berita resmi terakhirnya, sudah sekitar 39.6 juta orang terinfeksi di dunia dan 1.1 juta orang meninggal, dan menyebar ke 213 negara dan teritori.

Pasar saham dunia umumnya variatif minggu lalu, harga emas balik terkoreksi, US dollar rebound sebagai safe haven, sedangkan IHSG masih membukukan gain mingguan.

Minggu berikutnya, isyu antara perkembangan pandemi virus corona, prospek pemulihan ekonomi, dan tensi AS – China akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Market Review and Outlook 19-23 October 2020.

===

Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau lanjut menguat walau terkoreksi di 2 hari terakhirnya setelah rally 8 hari berturut-turut, terpicu sentimen kekhawatiran bertambahnya kasus virus di dunia dan dalam negeri. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya variatif. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 0.98% ke level 5,103.441. Untuk minggu berikutnya (19-23 October 2020), IHSG kemungkinan masih berpeluang menguat lagi mulai dari awal pekan secara bertahap, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 5187 dan kemudian 5381, sedangkan support level di posisi 4962 dan kemudian 4820.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terpantau bergerak dalam rentang terbatas dan berakhir melemah tipis dengan pasar mencermati secara hati-hati perkembangan kasus virus, sementara dollar global balik rebound, sehingga rupiah secara mingguannya melemah terbatas 0.17% ke level Rp 14,700. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan masih terbatas, atau kemungkinan rupiah berkonsolidasi, dalam range antara resistance di level Rp14,907 dan Rp14,974, sementara support di level Rp14.605 dan Rp14.505.

===

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12-13 Oktober 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,75%. Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah inflasi yang diprakirakan tetap rendah.

Dinyatakan BI juga bahwa pertumbuhan ekonomi domestik secara perlahan membaik, terutama didorong stimulus fiskal dan perbaikan ekspor. Perkembangan Agustus-September 2020 menunjukkan belanja Pemerintah meningkat didorong stimulus fiskal terkait perlindungan sosial dan dukungan UMKM.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) merilis hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan dunia usaha membaik pada triwulan III 2020. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pada triwulan III 2020 sebesar -5,97%, membaik dari -35,75% pada triwulan II 2020.

Selanjutnya, Bank Indonesia telah merilis data kinerja sektor Industri Pengolahan pada triwulan III 2020 yang terindikasi membaik meski masih berada dalam fase kontraksi. Hal tersebut tercermin dari Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) sebesar 44,91%, naik dari 28,55% pada triwulan II 2020.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) merilis data neraca perdagangan Indonesia September 2020 yang kembali mencatat surplus sebesar 2,44 miliar dolar AS, sehingga neraca perdagangan Indonesia pada triwulan III 2020 mencatat surplus 8,03 miliar dolar AS.

===

Pasar Forex

Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum menguat sebagai asset safe haven dengan tersendatnya pembicaraan paket stimulus fiskal AS dan meningkatnya kasus virus di Eropa dan Amerika, dimana indeks dolar AS secara mingguan berakhir menguat ke 93.72. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau melemah ke 1.1713. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1918 dan kemudian 1.2011, sementara support pada 1.1612 dan 1.1507.

Pound sterling minggu lalu terlihat melemah ke level 1.2915 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.3266 dan kemudian 1.3483, sedangkan support pada 1.2675 dan 1.2480. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir melemah tipis ke level 105.38.  Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 108.17 dan 109.85, serta support pada 104.00 serta level 101.18. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah ke level 0.7076. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7435 dan 0.7712, sementara support level di 0.6807 dan 0.6776.

Pasar Saham

Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum mixed dengan bias melemah di tengah kehawatiran investor atas kenaikan kasus virus di Eropa dan Amerika yang mendorong permintaan safe haven. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir melemah ke level 23,410. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 23580 dan 23807, sementara support pada level 22205 dan 21530. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir menguat ke level 24,387. Minggu ini akan berada antara level resistance di 24542 dan 25847, sementara support di 23124 dan 22520.

Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau volatile dan variatif di antara rilis retail sales yang kuat dan redupnya harapan stimulus fiskal segera terealisasi sebelum pilpres AS. Indeks Dow Jones secara mingguan menguat terbatas ke level 28,606.31, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 29162 dan 29200, sementara support di level 27362 dan 26537. Index S&P 500 minggu lalu melemah tipis ke level 3,473.2, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 3490 dan 3590, sementara support pada level 3301 dan 3208.

Pasar Emas

Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau terkoreksi oleh berkurangnya harapan stimulus fiskal segera terealisasi yang menahan permintaan emas sebagai hedging inflasi, sehingga harga emas spot secara mingguan terkoreksi ke level $1,899.33 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1974 dan berikut $2015, serta support pada $1848 dan $1795.

 

Salah seorang terkaya dunia, Warren Buffet, yang mendulang kekayaannya dari hasil investasi pasar modal, pernah menyatakan bahwa “Risk comes from not knowing what you’re doing.” Risiko bisa terjadi, bahkan kerugian dapat terealisasi, karena kita tidak paham atau mengetahui tentang seluk beluk investasi. Tidak kenal pasar juga berarti berada dalam status risiko tinggi. Pengetahuan, sekali lagi pengetahuan, adalah kata kunci untuk menekan risiko dan kerugian. Maka, bacalah tulisan-tulisan yang dapat memberi pencerahan mengenai pasar terkini dan instrumen investasi paling relevan. Anda mungkin langsung berujar bahwa Vibiznews.com adalah tempatnya. Tepatnya inilah tempatnya untuk investor belajar dan menjadi professional. Terima kasih telah tetap setia bersama kami, karena kami telah menjadi partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here