(Vibiznews – Property and Banking) – Transaksi properti residensial di dunia saat ini sudah banyak yang menjadi “digital” karena pandemi global ini telah mengganggu hampir setiap aspek jual beli rumah. Transaksi real estat tradisional dengan ruangan yang penuh dengan orang dan tumpukan dokumen akan menjadi kenangan, karena sebagian besar prosesnya sekarang menjadi online.
Untuk kawasan cosmopolitan seperti New York, proses transaksi properti dewasa ini dilaporkan telah “go virtual”, mulai dari berburu rumah hingga mendapatkan hipotek (KPR), mendapatkan penilaian (appraisal), membuat notaris dokumen, sampai menandatangani dokumen penutupan akhir. Dilansir dari New York Times beberapa waktu lalu (11/11), berikut sebagian proses online yang terjadi di kota besar tersebut.
Sebenarnya produk digital yang dirancang untuk merampingkan proses pembelian rumah bukanlah hal baru, tetapi pembatasan virus corona telah mendorong penguatan penggunaannya. Delapan bulan setelah pandemi, disebutkan banyak profesional real estat di New York meyakini bahwa sejumlah solusi teknologi ini kemungkinan akan tetap dipertahankan karena pembeli dan penjual sama-sama lebih nyaman dengan transaksi virtual.
Sementara itu, sejumlah klien dikabarkan tetap memilih penutupan secara langsung, yang lainnya lagi memberikan kuasa kepada pengacara mereka untuk menandatangani dokumen akhir, atau mereka melakukan penutupan pada platform virtual seperti DocuSign.
“Menurut pengalaman saya, sebagian besar orang merasa nyaman menggunakan DocuSign di ponsel mereka,” kata seorang broker rumah dari Compass. Pandemi telah “benar-benar memaksa orang untuk lebih bergantung pada teknologi dan menurut saya itu tidak akan berubah di masa mendatang,” tambahnya.
Tur Virtual
Sebelum pandemi, video dan tur 3-D sudah dipakai oleh beberapa broker dan situs web rumah, tetapi itu hanya terbatas pemakainya. Pada saat pasar real estat New York dibuka kembali pada bulan Juni setelah beberapa bulan pembatasan virus corona, sebagian besar pembeli telah memprioritaskan tur virtual sebelum melakukan kunjungan langsung.
StreetEasy, misalnya, menyertakan tur virtual di situsnya, tetapi tur 3-D tidak tersedia hingga April. Antara kuartal kedua dan ketiga di tahun ini, jumlah listing penjualan dengan tur 3-D telah meningkat 110%. Dan Zillow melaporkan peningkatan besar 152% dalam listing dengan 3-D Home tours antara Oktober ini dengan periode yang sama tahun lalu.
Hipotek – KPR
Digitalisasi telah membantu mempercepat proses pemberian pinjaman dalam beberapa tahun terakhir. Namun dengan melongkanya pengangguran dan PHK semasa pandemi, pemberi pinjaman harus menginvestasikan lebih banyak waktu untuk verifikasi status dan riwayat pekerjaan calon debitur potensial.
“Proses KPR menjadi jauh lebih teliti karena kami harus bukukan pinjaman atau kami akan mengalami kerugian finansial,” kata seorang loan officer senior di Freedom Mortgage. “Di tempat kami, kekhawatiran bahwa pinjaman akan cepat macet saat ini jauh lebih tinggi.”
Untuk menyederhanakan alur kerja, Freedom Mortgage menggunakan verifikasi digital yang disebut AccountChek untuk menilai informasi pendapatan dan pekerjaan peminjam. Software khusus KPR lainnya, misalnya Encompass by Ellie Mae, untuk membuat program pinjaman, dan SnapDocs, platform yang dapat digabungkan dengan Encompass untuk memfasilitasi interaksi dan persetujuan kredit secara digital.
Sistem baru yang dirancang untuk menyederhanakan proses peminjaman dilakukan di antaranya oleh Better and Morty, broker hipotek di New York, yang bertindak sebagai perantara antara pembeli rumah dan pemberi pinjaman, yang mengamankan paket pinjaman dan kemudian menuntun pembeli rumah kepada penutupan KPR.
Di Dalam Negeri
Perkembangan di atas adalah sebagian proses virtual yang terjadi pada pasar properti di New York. Bagaimana dengan di Indonesia? Dikabarkan bahwa sejumlah pengembang dalam memasarkan produk propertinya sudah mengurangi cara offline dan mengunggulkan metode online.
Yang dilakukan, selain memanfaatkan portal properti sebagai sarana promosi, pengembang juga beradaptasi dengan aktivitas pemasaran lewat media sosial maupun situs web dengan berbagi video. Di situasi pandemi ini, sejumlah pengembang terus aktif memasarkan produk huniannya dengan ikut serta di pameran properti virtual.
Transisi dari cara offline ke online dikabarkan membawa hasil positif bagi pengembang. Jika selama ini fokus pada target pasar hanya di satu layer saja, sekarang pengembang bisa menjangkau pasar di luar spot utamanya secara lebih luas. Di sisi lain, metode online juga memungkinkan pengembang untuk menggali riset mengenai pasar lebih detail.
Analis Vibiz Research Center melihat bahwa adaptasi di tengah pandemi ini adalah suatu keharusan. Itu dapat berupa pengembangan konsep digital marketing, produk-produk hunian yang mendukung perubahan lifestyle terkait pandemi, serta juga proses transaksi jual beli dan kredit yang semakin virtual. Dalam bisnis kita mengenal bahwa mereka yang sanggup beradaptasi adalah mereka yang dapat meraih peluang untuk memenangkan kompetisi bisnis. Tantangan adaptasi dan inovasi semakin mengemuka dewasa ini, termasuk dalam industri properti.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido