Dampak Ekonomi Gelombang Baru Virus vs Kemajuan Vaksin — Market Outlook, 23-27 November 2020 by Alfred Pakasi

1744

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi global pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • Kekhawatiran investor global atas gelombang kenaikan kasus virus corona di dunia yang memicu sejumlah restriksi baru di Amerika dan Eropa yang mengancam pemulihan ekonomi.
  • Ada harapan dengan berlanjutnya perkembangan positif vaksin dari Pfizer dan Moderna, dan siap didistribusikan pada Desember di AS.
  • Pemilihan presiden AS yang belum final hasilnya, dengan tim kampanye Trump membuat konferensi pers yang menunjukkan kecurangan bersifat TSM dari kubu Biden.

Untuk korban virus, berita resmi terakhirnya, sudah sekitar 57.9 juta orang terinfeksi di dunia dan 1.37 juta orang meninggal, dan menyebar ke 217 negara dan teritori.

Pasar saham dunia bergerak variatif, harga emas agak terkoreksi, US dollar masih tertekan, sedangkan IHSG dan Rupiah melanjutkan rally mingguannya.

Minggu berikutnya, isyu antara perkembangan pandemi virus corona, prospek pemulihan ekonomi, dan hasil Pilpres AS akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Market Review and Outlook 23-27 November 2020.

===

Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau lanjutkan rally didukung penurunan BI7DRR ke 3.75%, walau terkoreksi profit taking di hari terakhirnya. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya menguat. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 2.03%, atau 110.588 poin, ke level 5,571.656. IHSG membukukan rally mingguan yang ketujuhnya, dan sempat mencapai 8 bulan lebih tertingginya. Untuk minggu berikutnya (23-27 November 2020), IHSG kemungkinan agak konsolidasi tetapi umumnya masih tren bullish, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 5638 dan kemudian 5751, sedangkan support level di posisi 5427 dan kemudian 5105.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terpantau masih menguat, rally di minggu yang kedelapan, meski terkoreksi di 3 hari terakhir, sementara dollar global kembali tertekan, sehingga rupiah secara mingguannya menguat 0.23% ke level Rp 14,165. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan bergerak agak tertahan, atau kemungkinan rupiah di area konsolidasi, dalam range antara resistance di level Rp14,303 dan Rp14,440, sementara support di level Rp13.992 dan Rp13.887.

===

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 November 2020 memutuskan menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 3,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 4,50%. Keputusan ini mempertimbangkan prakiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan sebagai langkah lanjutan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

BI juga menjelaskan, di antaranya:

  • Perbaikan perekonomian global berlanjut setelah pada triwulan III 2020 tumbuh lebih baik.
  • Pertumbuhan ekonomi domestik juga membaik sejalan meningkatnya realisasi stimulus fiskal dan mobilitas masyarakat, serta membaiknya permintaan global. Ekonomi Indonesia pada triwulan III 2020 membaik yang tercermin pada pertumbuhan sebesar 5,05% (qtq) dari kontraksi 4,19% (qtq).
  • Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap baik sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal. NPI triwulan III 2020 diprakirakan mencatat surplus.
  • Nilai tukar Rupiah menguat didukung langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia dan berlanjutnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.

===

Pasar Forex

Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum melemah terbatas di antara terus naiknya kasus baru virus corona versus berita positif perkembangan vaksin, dimana indeks dolar AS secara mingguan berakhir melemah ke 92.39. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau menguat tipis ke 1.1855. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1918 dan kemudian 1.2011, sementara support pada 1.1602 dan 1.1507.

Pound sterling minggu lalu terlihat menguat ke level 1.3283 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.3313 dan kemudian 1.3483, sedangkan support pada 1.2675 dan 1.2480. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir melemah ke level 103.82.  Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 105.35 dan 108.17, serta support pada 103.08 serta level 101.18. Sementara itu, Aussie dollar terpantau menguat ke level 0.7302 Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7435 dan 0.7712, sementara support level di 0.6807 dan 0.6776.

Pasar Saham

Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum menguat oleh harapan dari perkembangan vaksin walau kemudian dihadang naiknya kasus baru virus. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir menguat ke level 25,527. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 26057 dan 26648, sementara support pada level 23505 dan 22948. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir menguat ke level 26,451. Minggu ini akan berada antara level resistance di 26618 dan 26783, sementara support di 25343 dan 24030.

Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau melemah oleh kecemasan pasar atas meningkatnya kasus virus dan belum jelasnya prospek stimulus dari the Fed. Indeks Dow Jones secara mingguan melemah ke level 29,263.49, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 29934 dan 30100, sementara support di level 28190 dan 26143. Index S&P 500 minggu lalu melemah tipis ke level 3,556.0, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 3642 dan 3675, sementara support pada level 3327 dan 3233.

Pasar Emas

Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau bergerak dalam range terbatas antara harapan pada vaksin virus dengan emas sebagai hedging inflasi bila paket stimulus disepakati, sehingga harga emas spot secara mingguan melemah tipis ke level $1,870.99 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1900 dan berikut $1966, serta support pada $1850 dan $1795.

 

Pasar yang terus saja bergejolak belakangan ini membuat banyak forum diskusi di antara kalangan investor digiatkan. “Pasar mau ke mana?” begitu yang sering jadi topik hangat diskusi. Memang benar hanya si pasar sendiri yang tahu arah pergerakan pasar. Namun demikian, perilaku pasar dapat dipelajari juga, bukan? Bagi mereka yang telah lama berpengalaman merasakan denyut naik turunnya pasar, biasanya akan cukup bijak untuk melihat pasar dari sudut “bird-eye view”. Vibiznews.com pastinya punya kapabilitas itu sebagai media spesialisasi investasi yang berpengalaman. Mari bersama kami memanfaatkan gerak pasar dan jadilah investor yang ‘profitable’. Tetaplah bersama kami, Anda akan terbantu dalam pengambilan keputusan investasi Anda. Terima kasih pembaca karena telah setia bersama kami, partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here