(Vibiznews – Commodity) Minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) turun kembali ke $58.02 dengan naiknya dollar AS mengalahkan berita mengenai disrupsi yang terjadi di Kanal Suez.
Naiknya dollar AS kali ini tidak digerakkan oleh naiknya yields AS. Naiknya dollar AS disebabkan karena membaiknya data makro ekonomi AS yang menaikan outlook pemulihan ekonomi AS. Selain itu isu mengenai stimulus besar-besaran berikutnya dalam bentuk belanja infrastruktur ikut mendorong kenaikan dollar AS.
Belanja infrastruktur yang sedang disiapkan oleh Gedung Putih, meningkat kemungkinannya untuk menjadi realita setelah Senator Demokrat yang moderat Joe Manchin, memberikan persetujuannya. Investasi pemerintah yang baru kemungkinan bisa memicu inflasi dan mendorong Federal Reserve untuk menaikkan tingkat bunga lebih cepat dari rencana semula yang dapat menaikkan dollar AS.
Dana belanja infrastruktur ini rencananya akan diambil dari kenaikan pajak atas perusahaan. Hal ini kemungkinan bisa merusak sentimen pasar, sehingga menambah dorongan untuk pindah ke USD yang “safe-haven”.
Naiknya dollar AS juga ditopang oleh positipnya prospek pemulihan ekonomi AS. Departemen Perdagangan AS mengatakan bahwa GDP kuartal ke empat final AS bertumbuh 4.3%, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 4.1% dan angka ini adalah lebih baik daripada yang diperkirakan para ekonom yang memperkirakan angka GDP kuartal ke empat final tidak berubah.
Klaim pengangguran mingguan AS turun sebanyak 97.000 ke 684.000, lebih baik daripada yang diperkirakan pasar. Ini adalah pertama kalinya klaim pengangguran AS turun dibawah 700.000 sejak pandemik Covid – 19 dimulai setahun yang lalu. Konsensus para ekonom memperkirakan klaim pengangguran mingguan AS akan muncul di angka 730.000 setelah angka sebelumnya direvisi naik ke 781.000.
Laporan mingguan terbaru dari EIA bervarias. Persediaan minyak mentah naik mengejutkan 1.9 juta barel dan persediaan dipenyulingan naik 3.8 juta barel Namun, persediaan gasoline lebih kecil daripada yang diperkirakan dengan kenaikan 200 ribu barel dan penggunaan refinery juga mengalami kenaikan.
Penurunan harga minyak mentah WTI selain disebabkan oleh naiknya dollar AS, juga disebabkan oleh aksi jual di pasar minyak mentah belakangan ini yang sebagian merefleksikan naiknya ekspektasi persediaan minyak mentah WTI AS pada minggu – minggu yang akan datang. Laporan mingguan terbaru dari EIA menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah naik mengejutkan 1.9 juta barel dan persediaan dipenyulingan naik 3.8 juta barel.
Selain itu lockdown sehubungan dengan Covid – 19 di Eropa telah menghantui para trader minyak mentah yang mengkuatirkan gelombang infeksi Covid – 19 yang besar. Hal ini juga menekan permintaan akan minyak mentah.
“Support” terdekat menunggu di $58.00 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $56.22 dan kemudian $52.56. “Resistance” yang terdekat menunggu di $62.09 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $62.89 dan kemudian $63.54.
Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting
Editor: Asido



