(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan kembali tergerus capital outflow di tengah sentimen negatif dari pasar Asia yang kasus virusnya melonjak, terutama di Asia Selatan dan Asia Timur.
- Bank Indonesia (BI) merilis membaiknya dan positifnya Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran kita di periode terakhir. Sementara itu posisi ULN Indonesia mengalami penurunan.
Untuk korban virus di Indonesia, berita resmi terakhirnya, sudah sekitar 1,764 ribu orang terinfeksi, 1,626 ribu sembuh dengan tingkat kesembuhan tinggi 92.15%, dan 49 ribu lebih orang meninggal.
Minggu berikutnya, isyu antara perkembangan pandemi virus corona, prospek pemulihan ekonomi dalam dan luar negeri akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 24-28 May 2021.
===
Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau terkoreksi signifikan sejalan dengan sentimen negatif dari regional karena melonjaknya kasus virus di Asia Selatan dan Timur. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya melemah. Secara mingguan IHSG ditutup melemah tajam 2.78%, atau 165.231 poin, ke level 5,773.120. IHSG terpantau berada di sekitar 11 minggu terendahnya. Untuk minggu berikutnya (24-28 Mei 2021), IHSG kemungkinan masih bisa terkoreksi dan akan rebound dari level support-nya, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 6.034 dan 6.115. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 5.735, dan bila tembus ke level 5.563.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terkoreksi signifikan, setelah rally 4 minggu dan mencapai 10 minggu terkuatnya, oleh capital outflow investor asing, sementara dollar global tertekan lagi, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah signifikan 0.96% ke level Rp 14,355. Rupiah sempat berada di 2 minggu terendahnya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan naik sebentar, atau kemungkinan rupiah terkoreksi lebih terbatas mencari keseimbangan baru, dalam range antara resistance di level Rp14,465 dan Rp14,560, sementara support di level Rp14.215 dan Rp14.140.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau turun secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik yields obligasi dan berakhir ke 6,519% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah sepinya pasar. Sementara yields US Treasury cenderung turun terbatas pada minggu terakhir ini.
===
Bank Indonesia merilis posisi ULN Indonesia pada akhir triwulan I 2021 sebesar 415,6 miliar dolar AS, turun 0,4% (qtq) dibandingkan posisi ULN triwulan IV 2020 sebesar 417,5 miliar dolar AS. Perkembangan tersebut didorong oleh penurunan posisi ULN Pemerintah. ULN Pemerintah mencatat posisi yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Neraca Perdagangan Indonesia April 2021 kembali surplus sebesar 2,19 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya sebesar 1,57 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut maka neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan nilai positif sejak Mei 2020. Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan tersebut berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
NPI pada triwulan I 2021 mencatat surplus sebesar 4,1 miliar dolar AS, setelah mengalami defisit sebesar 0,2 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya. Surplus tersebut berasal dari surplus transaksi modal dan finansial yang melampaui defisit transaksi berjalan yang rendah.
Berdasarkan data transaksi 17 – 20 Mei 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp1,48 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp0,89 triliun, dan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,59 triliun.
Perbaikan sejumlah indikator ekonomi menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia sedang bergerak ke arah pemulihannya di tahun 2021 ini.
===
Kembali kiranya para pembaca dapat melihat bahwa isyu yang ada dari Amerika Serikat –baik itu tentang arah kebijakan moneter the Fed, perkiraan suku bunga, prospek ekonomi, sampai situasi politik– sering memberikan sentuhan dinamika sebagai satu major fundamental yang menjadi penggerak utama pasar. Seperti misalnya ekspektasi arah suku bunga the Fed yang kerap mewarnai dan menggerakkan pasar, kadang berdampak bearish dan lain kali mendorong rally pasar. Kita juga akan melihat sejumlah isyu lain yang dapat menggerakkan pasar nantinya. Vibiznews.com akan menjadi partner Anda sebagai investor dalam memantau tiap-tiap pergerakan pasar secara updated dan detail. Baiklah, terima kasih karena telah bersama kami karena kami ada demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido


