Kenaikan Covid dan Positifnya PPKM Darurat — Domestic Market Outlook, 5-9 July 2021 by Alfred Pakasi

859

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • Investor mencermati kenaikan kasus baru Covid-19 yang mencapai rekor tertingginya dan cukup positif pada kebijakan PPKM Darurat Jawa Bali untuk mengatasinya.
  • Bank Indonesia merilis intermediasi perbankan menunjukkan perbaikan, seperti terlihat pada kontraksi yang menurun.
  • Pasar keuangan dalam negeri kali ini sedikit ditekan capital outflow, sekitar 4,6 triliun pada minggu lalu menurut data BI.

Untuk korban virus di Indonesia, berita resmi terakhirnya, sudah sekitar 2,256 ribu orang terinfeksi, 1,915 ribu sembuh dengan tingkat kesembuhan masih tinggi 84.86%, dan 60 ribu lebih orang meninggal.

Minggu berikutnya, isyu antara perkembangan pandemi virus corona, prospek pemulihan ekonomi dalam dan luar negeri akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 5-9 July 2021.

===

Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau turun naik dengan rally bertahap di 4 hari terakhir dan ditutup menguat tipis, di mana investor tetap positif pada kebijakan PPKM Darurat Jawa Bali di tengah kenaikan terus kasus Covid di Indonesia. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya melemah. Secara mingguan IHSG ditutup nyaris flat dengan menguat tipis 0.01%, atau 0.609 poin, ke level 6,023.008. Untuk minggu berikutnya (5-9 Juli 2021), IHSG kemungkinan masih sideways sambil mencermati perkembangan kasus Covid, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 6.135 dan 6.231. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 5.884, dan bila tembus ke level 5.833.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu melemah di minggu ketiganya dan tertekan ke 10 minggu terendahnya, oleh kekhawatiran pasar atas melonjaknya kasus Covid dalam negeri di antara ekspektasi pengetatan moneter the Fed yang tetap ada, sementara dollar global cenderung kuat, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0.74% ke level Rp 14,532. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan sempat reversal, atau kemungkinan rupiah rebound karena mendekati area oversold-nya, dalam range antara resistance di level Rp14,634 dan Rp14,717, sementara support di level Rp14.370 dan Rp14.295.

Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau melemah secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik yields obligasi dan berakhir ke 6,634% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah aksi jual investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury cenderung merosot pada minggu terakhir ini.

===

Bank Indonesia merilis bahwa intermediasi perbankan menunjukkan perbaikan, seperti terlihat pada kontraksi yang menurun, tercatat sebesar -1,28% (yoy) pada Mei 2021. Perbaikan terjadi pada seluruh segmen kredit, terutama pada Kredit Konsumsi dan UMKM yang mulai tumbuh positif masing-masing sebesar 1,39% (yoy) dan 1,70% (yoy) serta Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tumbuh tinggi sebesar 6,61% (yoy).

Bank Indonesia juga merilis Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat bulan Juni 2021 mengalami deflasi 0,16% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mencatat inflasi sebesar 0,32% (mtm). Perkembangan ini dipengaruhi oleh penurunan inflasi di semua kelompok yaitu inti, volatile food, dan administered prices. Secara tahunan, inflasi IHK Juni 2021 tercatat 1,33% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan lalu sebesar 1,68% (yoy).

Berdasarkan data transaksi 28 Juni – 1 Juli 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp4,65 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp4,13 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,52 triliun.

Perbaikan sejumlah indikator ekonomi menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia sedang bergerak ke arah pemulihannya di tahun 2021 ini.

===

 

Banyak pelaku pasar pada minggu-minggu ini agak ragu karena kondisi pasar yang sepertinya sedang kurang jelas. Fluktuatif, variatif, mungkin juga terkesan tanpa tren yang jelas. Ada sebagian investor pun bereaksi secara sepertinya over-reactive. Apapun itu, tidak mudah bereaksi bahkan secara logis pun pada saat pasar sedang gonjang-ganjing. Ini, antara lain, menunjukkan kuatnya fenomena psikologis dalam pasar, baik dalam individu per investor maupun di level pasar secara universal yang bisa disebut sebagai “psikologi pasar”. Bagaimanapun, tidak mudah untuk mengikuti, memahami, apalagi memanfaatkan gejolak pasar yang naik turun. Jangan kuatir, Vibiznews.com adalah ahlinya untuk membantu menganalisis pasar bagi Anda dan memetik keuntungan dari dinamikanya. Mungkin Anda telah membuktikannya juga sebelum ini. Terima kasih telah bersama kami, ketahuilah kami ada demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here