Di tengah Pandemi Neraca Perdagangan Indonesia Mei 2021 Mencapai Surplus Tertinggi

988
LPEI
Sumber: Kemenkeu

(Vibiznews – Kolom) Perkembangan neraca perdagangan Republik Indonesia, neraca perdagangan bulan Mei 2021 mengalami surplus pada angka 2,36 miliar dolar Amerika. Akumulasi dari Januari, surplus sebesar 10,17 miliar dolar Amerika, nilai ekspor Indonesia lebih besar dari nilai impor itulah yang disebut surplus. Angka ini adalah angka tertinggi sejak 10 tahun terakhir. Di sepanjang tahun 2020 Indonesia juga mengalami surplus berturut-turut selama 12 bulan pada angka 20,7 miliar dolar Amerika. Tahun 2021 diharapkan akan lebih tinggi karena baru 5 bulan pertama sudah surplus sebesar 10,17 miliar dolar Amerika. Ini adalah hasil kerja keras seluruh komponen dalam perdagangan Indonesia, tidak hanya Kementrian Perdagangan namun juga para pedagang, para eksportir, asosiasi dan seluruh stakeholder yang bekerja keras untuk mencetak neraca perdagangan yang surplus.

Contoh barang dagangan yang banyak di ekspor adalah makanan olahan. Top three produk ekspor makanan olahan Indonesia adalah udang kemasan, kopi instan, makanan olahan lainnya. Udang kemasan 78% di ekspor ke Amerika Serikat, kemudian diikuti Jepang 11%, sisanya negara-negara lain, seperti Belanda, Puerto Rico, Inggris, Kanada, Jerman, Australia, Belgia, Hongkong.

Top 3 Produk Ekspor Makanan Olahan Indonesia

Sumber : BPS 2021

Kedua adalah kopi instant ke Philipina sebanyak 72,9% lalu Malaysia sebesar 7,2% dan negara lainnya seperti Uni Emirat Arab, Singapura, Cina, Tiongkok, Thailand, Papua Nugini, Jepang, Irak, Libanon. Ketiga adalah makanan olahan lainnya ke Singapura 31,7%, Philipina 13,6%, dan negara lainnya seperti Malaysia, Thailand, Tiongkok, Vietnam, Taiwan, Belanda, Australia.

Sumber: BPS 2021

Apa saja makan olahan yang di ekspor yang mencapai 95,64% dari total Nilai Ekspornya tahun 2020, ada 15 makanan olahan seperti udang kemasan, kopi instant, waffles dan wafers, ikan kemasan, mie instant, biskuit, snack/camilan buah dan kacang, saus, kembang gula, softdrink, cereals, coklat, sari malti, juice nanas dan lainnya. Kalau dilihat dari perbandingan periode yang di tahun 2020, maka pada tahun 2021 rata-rata mengalami peningkatan ekspor, malahan seperti coklat, sari malti, juice nanas meningkat di atas 50 persen. Bahkan trend dari 2016 hingga 2020 mengalami peningkatan, dan diharapkan terus meningkat serta terus menerus dipertahankan. Di tengah pandemi covid 19 kita mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Sumber: BPS 2021

Selanjutnya juga ada 15 negara tujuan ekspor makanan olahan Indonesia, dimulai dari yang paling besar adalah Amerika, lalu yang kedua Philipina, Malaysiam Tiongkok, Singapura, Jepang, Thailand, Saudi Arabia, Australia, Vitenam, Belanda, Taiwan, Korea Selatan, Nigeria, Burma. Tahun 2021 periode Jan-Mei year of year terlihat peningkatan yang signifikan dari Philipina, Tiongkok dan Vietnam. Total 15 negara ini mencapai 81,04% dari total nilai ekspor makanan olahan. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki makanan yang disukai oleh negara-negara di dunia dan mendorong para pelaku industri untuk terus melakukan diversifikasi dan melebarkan usahanya.

Kementrian perdagangan telah memiliki atase perdagangan yang bisa dimanfaatkan dan juga Indonesia Trade Centre (ITC) yang terdiri dari 33 perwakilan, tersebar di 40 negara. ITC bertugas melakukan business matching kepada para pelaku, para buyer dan seller. Mereka adalah ujung tombak perdagangan Indonesia, mereka melihat produk-produk yang potensial di seluruh Indonesia. Kemudian memasarkan dan melakukan business matching dengan para pelaku di luar negeri. Mereka sangat bersemangat tentunya memberikan perhatian khusus, sesuai arahan Presiden adalah menekankan diplomasi ekonomi yang ditekankan melalui perwakilan Indonesia ini baik di KBRI maupun KJRI. Kordinasi juga dilakukan lintas kementrian dan lembaga seperti kementrian luar negeri. Kementrian perdagangan juga memiliki balai latihan ekspor atau nama lengkapnya Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BB PPEI) Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (DJ PEN) Kementerian Perdagangan. Balai ini memberikan coaching, pelatihan, pendampingan, pelatihan, asistensi yang sangat bermanfaat bagi para pelaku perdagangan, yang ingin melakukan ekspor ke manca negara. Tidak hanya untuk makanan olahan tapi juga untuk produk-produk lain, khususnya ini untuk para pelaku UMKM. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan ekspor, yang akan membanggakan Indonesia.

Perjanjian Dagang Indonesia

Indonesia juga memiliki perjanjian dagang dengan negara-negara di dunia yang memberikan keuntungan dalam perdagangan Indonesia. Terdapat 23 perjanjian perdagangan di Indonesia dengan negara-negara di dunia yang sudah masuk dalam tahap signing, ratifikasi, atau implementasi.

Sumber : Kemendag 2021

Sebagai contoh salah satu perjanjian dagang Indonesia –Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Salah satu benefit yang didapatkan oleh Indonesia adalah hampir sekitar 7.000 produk Indonesia masuk Australia dengan zero tariff. Hal ini berarti memberikan kemudahan, efisiensi, dan para eksportir Indonesia juga semakin termotivasi dan dorongan untuk semakin melakukan ekspor produk ke Australia. Contoh lain juga adalah Indonesia – Hongkong Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang jumlahnya hingga hampir 5.000 produk Indonesia masuk Hongkong dengan zero tariff.

Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional – Regional Comprehensive Economic Partnership, (RCEP) adalah rencana perjanjian perdagangan bebas yang melibatkan sepuluh negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) (Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam) dan lima negara mitranya (Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru). Ini menunjukan betapa menariknya kawasan Asia Tenggara itu. Asia Tenggara memiliki potensi, peluang dan pasar untuk investasi, perdagangan dan lainnya. Dimana Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara, jumlah penduduk yang terbesar, PDB Perkapitanya juga bertumbuh, memiliki sumber daya yang besar, membuat Indonesia menjadi pasar yang menarik. Posisi Indonesia di Asia Tenggara bisa menjadi batu loncatan untuk Indonesia berkembang ke negara-negara Asia lainnya. Terlihat pada 23 perjanjian perdagangan juga perjanjian yang bisa dimanfaatkan untuk Indonesia masuk kepada negara-negara lainnya.

Pada bulan April 2021 lalu sudah resmi juga Indonesia membuat persetujuan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Republik Indonesia dan negara-negara European Free Trade Association (EFTA) European Free Trade Association (EFTA) dengan anggotanya Islandia, Liechtenstein, Norwegia dan Swiss serta negara mitranya. Perjanjian ini strategis bagi Indonesia khususnya dalam hal perdagangan kelapa sawit di Eropa. Swiss sebagai salah satu negara EFTA yang menolak kelapa sawit Indonesia melalui referendum telah menerima kelapa sawit Indonesia. Ini membuat pesan bagi Uni Eropa bahwa kelapa sawit Indonesia dapat diterima dan hal ini menggembirakan bagi Indonesia bahwa produk Indonesia itu dapat diterima untuk dipakai negara-negara Eropa.

Bangga Buatan Indonesia

Pemerintah juga mencanangkan gerakan mencintai produk Indonesia, khususnya produk-produk buat UMKM. Dalam lamannya ditulis bagaimana visi gerakan Bangga Buatan Indonesia (BBI). BanggaBuatanIndonesia merupakan gerakan nasional berbentuk gotong royong dari UMKM untuk UMKM Indonesia.

UMKM Indonesia yang terbukti tahan krisis ekonomi sejak 1998, kini paling terdampak pandemic COVID-19. Perkembangan teknologi internet dan imbauan social distancing selama pandemi menegaskan bahwa merambah perdagangan online menjadi cara paling efektif bertahan dan meraih penjualan maksimal ke depannya. Pelaku UMKM, marketplace, pemerintah, dan seluruh masyarakat Indonesia diharapkan terlibat dalam gerakan nasional untuk mencapai hasil yang diharapkan. Konsumen diharapkan lebih memilih barang-barang buatan dalam negeri, terlebih produk UMKM. Termasuk pemerintah yang akan mengutamakan produk UMKM untuk pengadaannya. UMKM dan ekonomi Indonesia akan berjaya di negeri sendiri.

Pandemi tidak menjadi alasan untuk kita menjadi terpuruk, pandemi ini justru menjadi kesempatan untuk kita bangkit dengan berbagai inovasi. Dengan semangat itu terlihat bahwa perdagangan Indonesia malahan menjadi surplus dan surplus tertinggi justru terjadi pada saat pandemi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here