(Vibiznews – Economy & Business) – Mengutip Pidato Presiden RI dalam rangka penyampaian RUU Tentang APBN Tahun Anggaran 2022 hari Senin (16/8/2021) di Gedung MPR/DPR – Jakarta yang mengatakan bahwa target pertumbuhan ekonomi meningkat di tahun 2022, yaitu 5,5% pada kisaran 5,0% sampai 5,5%, tahun lalu diproyeksikan berada di kisaran 4,5 hingga 5,5 persen.
Presiden Jokowi menyampaikan bahwa mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah pandemi sudah mulai bergerak, dimana pada kuartal kedua 2021 ekonomi mampu tumbuh 7,07% dengan tingkat inflasi yang terkendali di angka 1,52% (YoY). Tingkat pertumbuhan ekonomi ini juga menggambarkan proyeksi pemulihan yang cukup kuat, didukung oleh pertumbuhan investasi dan ekspor sebagai dampak pelaksanaan reformasi struktural.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia pada triwulan II 2021, ekspor tumbuh sangat tinggi sebesar 31,78% (yoy) didukung oleh kenaikan permintaan negara mitra dagang utama. Menindak-lanjuti pertumbuhan ekspor di negara kita yang cukup tinggi, maka Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan mendapatkan penugasan untuk mendukung sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam mengembangkan usahanya. Adapun bentuk penugasannya yaitu Penugasan Khusus Ekspor (PKE) untuk UMKM disamping program Penjaminan Pemerintah (Jaminah) bagi segmen korporasi yang ditujukan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.
“Dari sisi pendanaan dan pembiayaan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) berkolaborasi dengan LPEI untuk bisa mengelola Jaminah dan PKE kepada UMKM yang terdampak Covid-19, sehingga mereka dapat mempertahankan kegiatan operasionalnya. Program ini diharapkan dapat membantu program Pemulihan Ekonomi Nasional,” ungkap Direktur Jenderal Kekayaan Negara Rionald Silaban dalam Webinar “UMKM Naik Kelas dengan Ekspor Berkelas”.
Sektor UMKM sebagai salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia, perlu ditingkatkan kemampuannya agar berorientasi ekspor. LPEI terus membantu dalam aspek finansial maupun non finansial guna menjadikan UMKM naik kelas menjadi eksportir.
“Pada semester pertama pembiayaan UMKM kami telah mencapai net growth Rp355 miliar dari total pembiayaan Rp14,5 triliun yang disalurkan kepada sejumlah industri seperti kertas, makanan dan minuman, tekstil, dan lain-lain. Dari Rp14,5 triliun hampir 60%nya kami lakukan restrukturisasi untuk menjaga kelangsungan bisnis UMKM tersebut. Pembiayaan ini juga sudah termasuk PKE dari pemerintah yang juga telah berhasil kami salurkan sebesar Rp408 miliar,” jelas Direktur Pelaksana II LPEI Maqin Noorhadi.
Maqin menambahkan, perbaikan aspek non finansial dilakukan melalui Coaching Program for New Exporter (CPNE) yaitu program pelatihan rintisan eksportir baru, Desa Devisa yaitu program pengembangan masyarakat berbasis komoditas untuk menghasilkan devisa, dan marketing handholding yaitu program untuk memasarkan UMKM lokal melalui marketplace global. Selain itu, LPEI juga melakukan kalkulasi terhadap dampak pembiayaan yang diberikan.
“Sebagai SMV kami juga mempertimbangkan aspek developmental dalam melakukan pembiayaan. Berdasarkan kajian yang kita lakukan bersama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), pembiayaan senilai Rp90,4 triliun yang telah disalurkan LPEI memberikan dampak positif terhadap peningkatan investasi nasional sebanyak 2,43 kali atau Rp219 triliun. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) 2,45 kali senilai Rp221 triliun dan ekspor nasional 3,53 kali senilai Rp319 triliun,” pungkas Maqin.
Hasil nyata dari pembiayaan UMKM dirasakan dampaknya secara langsung oleh masyarakat. LPEI akan terus membantu UMKM meningkatkan kelasnya dari lokal menjadi mendunia.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting
Editor : Asido Situmorang