(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian rilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini (19/11).
Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:
A. Perkembangan Nilai Tukar 15 – 19 November 2021
Pada akhir hari Kamis, 18 November 2021
- Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.225 per dolar AS.
- Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,16%.
- DXY menguat ke level 95,54.
- Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 1,586%.
Pada pagi hari Jumat, 19 November 2021
- Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.200 per dolar AS.
- Yield SBN 10 tahun stabil pada level 6,16%.
Aliran Modal Asing (Minggu III November 2021)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke level 77,59 bps per 18 November 2021 dari 83,07 bps per 12 November 2021.
- Berdasarkan data transaksi 15-18 November 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp2,32 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp0,05 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp2,27 triliun.
- Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden jual neto Rp16,82 triliun.
B. Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III November 2021, perkembangan harga pada November 2021 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,31% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi November 2021 secara tahun kalender sebesar 1,24% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,69% (yoy).
- Penyumbang utama inflasi November 2021 sampai dengan minggu III yaitu komoditas telur ayam ras sebesar 0,09% (mtm), minyak goreng sebesar 0,07% (mtm), cabai merah sebesar 0,05% (mtm), daging ayam ras, sawi hijau, bayam, emas perhiasan, sabun detergen bubuk, angkutan udara dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi antara lain tomat, bawang merah dan cabai rawit masing-masing sebesar -0,01% (mtm).
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting