(Vibiznews – Economy & Business) – Presidensi G20 tahun 2022 menjadi momentum bagi Indonesia untuk menentukan dan mendorong diskusi bagi kepentingan negara berkembang yang selama ini selalu tertinggal.
“G20 ini adalah satu-satunya forum yang mempertemukan negara-negara berkembang yang memiliki pengaruh kuat, seperti Cina, Jepang, Indonesia dengan negara maju yang memang mereka ini punya power dalam sharing teknologi dan knowledge, terutama dalam penanganan krisis,” ujar Teuku Riefky Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI).
Dalam Forum G20, terdapat dua jalur pembahasan agenda yakni Jalur Keuangan (Finance Track) dan Jalur Sherpa (Sherpa Track). Agenda yang dibahas dalam Finance Track terkait ekonomi dan keuangan seperti exit strategy, pemulihan ekonomi pasca pandemi, sistem pembayaran di era digital, sustainable financing, inklusi keuangan serta perpajakan internasional. Sementara, Sherpa Track fokus pada isu yang lebih luas, seperti perubahan iklim, pembangunan, perdagangan, energi, antikorupsi, dan geopolitik.
Riefky menilai agenda prioritas yang akan diusung Indonesia dalam Sherpa Track sudah merepresentasikan kebutuhan nasional serta negara berkembang dan maju, bahkan negara miskin. Selain isu kesehatan, beberapa isu lain yang diusung Indonesia merupakan isu yang selama ini tidak terlihat oleh negara-negara maju.
“Selama pandemi, Presidensi G20 2022 adalah yang pertama yang dipegang oleh negara berkembang. Isu-isu negara berkembang banyak yang merasa masih under address dan hal ini masih jelas terlihat. Misalnya bicara aspek kesehatannya aja dulu, kita melihat fasilitas kesehatan ini belum memadai di seluruh dunia, terutama di negara-negara berpendapatan menengah dan rendah. Bahkan banyak yang put the blame atau menyalahkan kenapa muncul varian Omicron atau varian Delta, itu karena memang negara maju menahan hak paten vaksin,” kata Riefky.
Di sisi lain, Riefky menekankan pentingnya mendorong komitmen bersama dari seluruh negara G20 untuk menuangkan hasil diskusi menjadi actionable plan yang konkrit yang disepakati seluruh negara.
“Mereka berkomitmen untuk mengimplementasikannya menjadi tantangan tersendiri. Forum G20 kerap menghasilkan keputusan yang baik untuk diimplementasikan, tetapi kemudian turunannya tidak visible untuk dijalankan oleh beberapa kelompok negara,” ujar Riefky.
Presidensi G20 Indonesia akan dijadikan acuan terhadap penyelenggaraan pertemuan-pertemuan G20 selanjutnya pada 2022. Riefky berpendapat bahwa penting bagi Indonesia untuk menetapkan agenda yang progresif, matang tapi realistis dan inklusif. Terlebih lagi, tongkat estafet Presidensi G20 berikutnya akan dipegang oleh India yang juga merupakan negara berkembang.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting