Rekomendasi Mingguan Minyak 13 – 17 Desember 2021: Ditentukan oleh Naiknya Permintaan Minyak versus Naiknya USD

683
harga minyak

(Vibiznews – Commodity) Memulai minggu lalu, harga minyak mentah WTI berada di $66.47, saat ini harga minyak WTI berhasil naik menembus harga $71.00 ke $71.15.  Harga minyak WTI sempat terdorong naik dari kerendahannya di $71.15 ke atas $72.00 pada hari Jumat setelah muncul data inflasi AS yang ternyata tidak setinggi yang ditakutkan sehingga memicu sentimen risk-on.  Namun pada akhirnya kembali turun sedikit ke $71.81 karena koreksi normal.

Saat ini harga minyak mentah telah naik 50-60% dari penurunan pada saat mula-mula muncul varian baru virus corona, Omicron. Pemulihan ini terbantu oleh bertumbuhnya keyakinan bahwa varian baru Omicron terbukti jauh lebih lemah daripada varian-varian terdahulu seperti Delta.

Riset terbaru menunjukkan bahwa Omicron yang dikatakan tinggi penularannya memiliki dampak yang jauh lebih ringan daripada varian-varian sebelumnya. Varian Omicron tidak mematikan dan tingkat kematian tidak meningkat dengan adanya varian Omicron.

Selain itu, menurut pembuat vaksin Pfizer dan BioNTech, suntikan ketiga vaksin mereka akan bisa memberikan proteksi yang cukup.

Omicron tidak membahayakan sehingga tidak perlu diadakan lockdown atau restriksi yang baru. Restriksi berpergian dan bekerja dari rumah adalah ancaman langsung terhadap permintaan minyak mentah yang tidak dapat dipandang enteng oleh pasar. Dengan bertumbuhnya keyakinan bahwa Omicron tidak berbahaya karena tidak dapat membuat orang mati, maka Omicron dianggap tidak lebih daripada flu biasa yang akan hilang dengan sendirinya. Kenyataan ini berpotensi menaikkan permintaan akan minyak mentah WTI yang pada gilirannya akan mendorong naik harga minyak mentah WTI.

Namun pada sisi lain, potensi kenaikan tingkat bunga oleh the Fed pada tahun depan, bisa menaikkan dollar AS yang pada akhirnya akan menekan turun harga minyak mentah WTI maupun harga – harga komoditi lainnya.

Di AS, fokus pasar minggu ini ada pada Federal Reserve yang akan mengadakan pertemuan kebijakan moneternya pada hari Rabu malam waktu AS. Bank sentral paling berkuasa di dunia ini bersiap untuk mengetatkan kebijakan moneternya namun seberapa banyak? Kepala the Fed Jerome Powell telah memberikan signal bahwa mempercepat proses tapering adalah tinggi di dalam agenda dan meminta untuk tidak lagi menggunakan istilah “transitory” dalam inflasi. Setelah terpilih kembali sebagai kepala the Fed dan munculnya angka inflasi yang kuat, Powell berbalik menjadi lebih hawkish.

Bank sentral AS ini sudah mulai memangkas skema pembelian obligasi senilai $120 miliar per bulan dengan kecepatan sebesar $15 miliar per bulan. Apakah mereka akan mempercepatnya menjadi $20 miliar atau $25 miliar per bulan? Jawaban atas pertanyaan ini memiliki implikasi bagi waktu kenaikan pertama tingkat bunga yang bisa terjadi pada musim semi bukan musim panas.

Di satu pihak, ekonomi AS sedang menciptakan pekerjanan dengan kecepatan yang tinggi, tingkat pengangguran turun menjadi 4.2% dan inflasi menyentuh angka tertinggi sejak tahun 1982.

Sebelum keputusan dari the Fed, Penjualan Ritel menarik perhatian. Setelah beberapa kali mengalami kenaikan yang luarbiasa di dalam konsumsi, diperkirakan kenaikan di bulan November hanya setengah kali dari bulan Oktober yakni sebesar 0.8% baik angka umum maupun angka dari control group.

Weekly jobless claims, PMI dari market dan statistik perumahan juga bisa menggerakkan pasar, namun reaksi terhadap keputusan the Fed akan mengatasi semua angka makro ekonomi tier ke dua.

“Support” terdekat menunggu di $69.36 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $68.37 dan kemudian $66.46. “Resistance” yang terdekat menunggu di $72.27 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $74.17 dan kemudian $75.17.

Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here