Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Risiko Global

552
Sumber: Kemenkeu

(Vibiznews-Kolom) Kasus harian covid-19 global kembali melandai setelah sebelumnya sempat naik. Sementara itu, kematian harian (7dma) terus turun dan mencapai level terendah sejak akhir Maret 2020 (Data per 31 Maret 2022). Kasus harian covid-19 indonesia terus menurun. Vaksinasi menjadi instrumen utama pengendalian pandemi, dan terus diakselerasi untuk melindungi masyarakat. Mobilitas masyarakat sempat menurun seiring dengan cepatnya penyebaran varian Omicron. Namun demikian, kasus kembali menurun dan mobilitas kembali naik dengan cepat. Setelah turun 3,2% (mtm) di bulan Februari, mobilitas bulan Maret naik 8,0% (mtm).

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada diatas level optimis, mendorong aktivitas konsumsi. Retail Sales Index terus meningkat, sejalan dengan optimisme dan mobilitas masyarakat. Pertumbuhan konsumsi listrik industri dan bisnis tinggi, masih kuatnya aktivitas dunia usaha.

Manufaktur global tetap ekspansif, tetapi sedikit melambat di bulan Maret 2022

Penurunan kinerja manufaktur global didorong berbagai tantangan seperti outbreak Covid-19 di beberapa negara, kenaikan inflasi, dan tensi geopolitik. Tingkat ekspansi PMI Manufaktur global turun ke level terendah dalam 18 bulan akibat berbagai tantangan global, seperti: outbreak Covid-19 di beberapa negara, kenaikan inflasi, dan tensi geopolitik. PMI Manufaktur Indonesia naik ke 51,3 pada Maret 2022. sentimen bisnis naik tajam setelah pelonggaran restriksi. Aktivitas manufaktur ASEAN melambat karena berlanjutnya disrupsi supply chain & kenaikan harga yang menghambat pertumbuhan output dan demand. PMI Tiongkok jatuh ke level terendah sejak Feb 2020 akibat restriksi ketat di tengah gelombang Omicron. AS melanjutkan kinerja solid. Produksi dan permintaan tumbuh tinggi. Eropa masih ekspansif cukup kuat, namun menghadapi tantangan dari kenaikan tekanan inflasi dan tensi geopolitik. PMI Rusia jatuh ke level terendah sejak Mei 2020.

Surplus Perdagangan Kembali Meningkat Pada Februari 2022

Didorong oleh kinerja ekspor yang kembali menguat signifikan, Neraca perdagangan Februari 2022 mencatatkan surplus US$3,83 milyar, melanjutkan tren surplus selama 22 bulan berturut-turut. Ekspor di bulan Feb’22 tumbuh 34,14% (yoy), didukung oleh kenaikan ekspor nonmigas unggulan serta sektor manufaktur yang masih tumbuh kuat, double digit, melanjutkan tren sebelumnya. Impor di bulan Februari 2022 tumbuh 25,43% (yoy), didominasi oleh jenis barang input (bahan baku dan barang modal) yang mencerminkan berlanjutnya penguatan aktivitas produksi.

Risiko Global Mengalami Peningkatan

Khususnya didorong eskalasi tensi geopolitik, ancaman geopolitik & perang berdampak pada kenaikan harga komoditas (pangan & energi) dan inflasi tinggi. Pemerintah dibanyak negara memberikanrespons dengan pengetatan kebijakan moneter. Hal ini berakibat pada volatilitas arus modal, nilai tukar, & sektor keuangan. Pada akhirnya kondisi ini melemahkan pemulihan ekonomi global.

Tekanan Inflasi Diperkirakan Semakin Meningkat, Terutama di Sisi Produsen (PPI)

Terjaganya inflasi Indonesia didorong oleh kebijakan harga energi domestik yang akomodatif dalam menjaga daya beli masyarakat, serta upaya pengelolaan inflasi pangan secara umum. Inflasi AS terus meningkat, berada di level tertinggi dalam 40 tahun, mendorong percepatan pengetatan kebijakan moneter: Tapering Off, kenaikan suku bunga acuan, & kontraksi balance sheet.

The Fed mulai menaikkan suku bunga acuan akibat kenaikan inflasi. Kondisi pasar keuangan global diperkirakan akan semakin ketat, berpotensi meningkatkan cost of fund untuk pembiayaan APBN. Pada FOMC 16 Maret the FED menaikkan FFR 25 bps dan akan segera melakukan pengurangan balance sheet. Dot Plot menunjukkan total akan terjadi kenaikan FFR 7 kali di 2022 dan 3-4 kali di 2023.

The Fed sedang merumuskan rencana quantitative tightening (QT) melalui balance sheet reduction dengan skema yang akan diputuskan pada FOMC Meeting bulan Mei. Potensi kontraksi balance sheet di 2022-2023 diperkirakan lebih masif dibanding 2017-2018, bersamaan dengan kenaikan FFR yang tajam, sehingga harus diantisipasi dampaknya pada gejolak di pasar keuangan, pengetatan likuiditas global, serta peningkatan cost of fund. Konflik Rusia – Ukraina telah mendorong kenaikan signifikan pada harga komoditas. Kenaikan yang tajam terjadi khususnya pada harga komoditas energi dan pangan.

Volatilitas pasar keuangan global masih tinggi sejalan dengan eskalasi risiko global

Kenaikan inflasi, pengetatan moneter dan tensi geopolitik mendorong volatilitas. Indeks volatilitas di pasar obligasi meningkat, tercermin pada kenaikan indeks MOVE. Sementara itu, volatilitas di pasar saham yang tercermin oleh VIX index mulai menurun.

Indeks Dolar AS terus menguat menuju level tertinggi sejak tahun 2020 setelah the Fed mengindikasikan kesiapan untuk mengambil kebijakan moneter yang lebih agresif guna mengendalikan inflasi. Sejalan dengan mulai turunnya volatilitas di pasar saham, indeks saham global mulai mengalami rebound. Naiknya volatilitas di pasar keuangan global didorong oleh tren kenaikan inflasi di negara maju, kenaikan suku bunga the Fed, serta eskalasi tensi geopolitik.

Tekanan pada pasar keuangan global mulai berkurang

Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kinerja pasar saham terkuat. Eskalasi risiko global menjadi downside risk yang signifikan bagi prospek pertumbuhan global dan mendorong kenaikan proyeksi inflasi. Peningkatan tensi geopolitik berpotensi mendorong moderasi yang lebih dalam bagi pertumbuhan ekonomi global.

Forecast inflasi global juga menunjukkan kenaikan yang signifikan, di tengah berlanjutnya tekanan inflasi domestik di berbagai negara serta adanya eskalasi konflik geopolitik Rusia-Ukraina. Tekanan harga global dan faktor cuaca dorong kenaikan inflasi domestik pada maret 2022. Tingginya harga global mulai tertransmisi pada harga domestik di tengah proses pemulihan permintaan yang terus berlangsung. Tren naiknya terus berlanjut,inflasi Maret mencapai angka tertinggi sejak April 2020 dipengaruhi oleh tekanan harga global dan faktor cuaca. Stabilisasi harga diupayakan melalui operasi pasar,pengawasan distribusi, dan menjaga ketersediaan pasokan terutama pada masa Ramadan dan Idul Fitri. Sinergi antar lembaga diperkuat untuk menjaga ekspektasi inflasi agar inflasi dapat tercapai sesuai sasaran 3,0 ± 1,0%.

Likuiditas di sektor keuangan masih cukup memadai di tengah risiko global

Kredit perbankan mulai tumbuh diikuti oleh penurunan profil risiko perbankan. DPK perbankan melanjutkan tren peningkatan sejak Oktober 2021. Per Desember 2021, DPK berada pada level 12,21% (yoy). Sejalan dengan itu, pertumbuhan kredit meningkat ke level 5,24% (yoy).Likuiditas masih terjaga dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) di level 77,13% (Nov: 77,9%) sehingga terdapat ruang untuk ekspansi kredit. NPL Gross turun ke level 3,0% (Nov: 3,19%). Sementara itu, NPL net juga turun ke level 0,88% (Nov: 0,98%).

Suku bunga deposito masih melanjutkan tren penurunan untuk seluruh tenor dan diikuti penurunan suku bunga kredit. Suku bunga deposito berkisar di rentang 2,92% (tenor 1 bulan) hingga 3,99% (tenor 12 bulan).

Suku bunga kredit berdasarkan jenis juga mengalami tren penurunan pada semua jenis kredit. Kredit konsumsi, kredit modal kerja, dan kredit investasi yang masing-masing turun ke level 10,53%, 8,63%, dan 8,35% pada Desember 2021. Komponen Suku bunga dasar kredit (SBDK) dalam tren yang stabil. SBDK pada Desember 2021 berada di level 9,03% (Nov: 9,04%).