(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- RDG Bank Indonesia pada 20-21 Juli 2022 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%.
- Capital outflow pasar keuangan masih berlanjut dengan BI mencatat sepekan sekitar Rp4,2 triliun, namun bursa saham berhasil rebound.
- BI menyatakan perbaikan ekonomi domestik diprakirakan terus berlanjut, meskipun dampak perlambatan ekonomi global perlu tetap diwaspadai.
Minggu berikutnya, isyu antara prospek pemulihan ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 25-29 July 2022.
===
Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau rebound signifikan setelah 3 minggu terkoreksi, searah regional dan bangkit meninggalkan oversold area di 6 minggu terendahnya. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya menanjak. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 3,53%, atau 235,057 poin, ke level 6.886,962. Untuk minggu berikutnya (25-29 July 2022), IHSG kemungkinan akan berupaya lanjutkan kekuatannya walau akan diintip profit taking, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.070 dan 7.258. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.559, dan bila tembus ke level 6.523.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu bergerak melemah terbatas di minggu ketujuhnya mendekati level 26 bulan lebih terendahnya, dengan berusaha rebound di hari terakhir pasarnya, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,17% ke level Rp 15.017. Sementara, dollar global terkoreksi dari posisi 20 tahun tertingginya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan fluktuatif dengan bias menanjak bertahap, atau kemungkinan rupiah masih cenderung tertekan, dalam range antara resistance di level Rp15.078 dan Rp15.153, sementara support di level Rp14.862 dan Rp14.787.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau berakhir melemah secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik yield obligasi dan berakhir ke 7,491% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berlanjutnya aksi jual investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury bergerak terkoreksi di minggu keduanya.
===
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Juli 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%. Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
BI menyatakan perbaikan ekonomi domestik diprakirakan terus berlanjut, meskipun dampak perlambatan ekonomi global perlu tetap diwaspadai. Perekonomian domestik pada triwulan II 2022 diprakirakan terus melanjutkan perbaikan, ditopang oleh peningkatan konsumsi dan investasi nonbangunan serta kinerja ekspor yang lebih tinggi dari proyeksi awal.
Berbagai indikator dini pada Juni 2022 dan hasil survei Bank Indonesia terakhir, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur mengindikasikan terus berlangsungnya proses pemulihan ekonomi domestik.
Ke depan, perbaikan perekonomian domestik didukung oleh peningkatan mobilitas, sumber pembiayaan, dan aktivitas dunia usaha. Namun demikian, perlambatan ekonomi global dapat berpengaruh pada kinerja ekspor, sementara kenaikan inflasi dapat menahan konsumsi swasta. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2022 diprakirakan bias ke bawah dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia pada 4,5-5,3%.
Berdasarkan data transaksi 18 – 21 Juli 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp4,21 triliun terdiri dari jual neto Rp4,63 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp0,42 triliun di pasar saham.
===
Dinamika pasar terus bergerak secara aktif, naik turun di pasar investasi. Siklus kebijakan pengetatan moneter sedunia, risiko resesi ekonomi global, tingginya inflasi, perang Rusia – Ukraina yang berpengaruh pada pasar energi dan pangan dunia, dan lain sebagainya; itu yang di antaranya ramai terjadi dalam pasar financial global dan domestik. Kalau Anda tidak punya banyak kesempatan untuk mengikuti dan mengertikan pergerakan pasar demikian, Vibiznews.com dapat membantu Anda sepenuhnya serta memanfaatkannya untuk keputusan investasi yang lebih akurat. Terima kasih telah bersama kami karena mengingat kami ada demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting