Inflasi IHK Agustus 2022 Lebih Rendah Dibandingkan Bulan Lalu

457
Inflasi Januari 2024 Terjaga

(Vibiznews – Economy & Business) – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2022 mengalami deflasi sebesar 021% (mtm) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 111,57. Setelah pada bulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 0,64% (mtm).

Deflasi terutama bersumber dari penurunan harga kelompok volatile food dan penurunan inflasi administered prices, di tengah inflasi inti yang meningkat.

Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks kelompok pengeluaran. Yaitu:
• kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,80 persen;
• kelompok transportasi sebesar 0,08 persen;
• serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,03 persen.

Dari 90 kota IHK, 79 kota mengalami deflasi dan 11 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,65 persen dengan IHK sebesar 115,34. Dan terendah terjadi di Depok dan Kediri masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 113,29 dan 111,01.

Sementara inflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 0,82 persen dengan IHK sebesar 114,65 dan terendah terjadi di Bekasi sebesar 0,12 persen dengan IHK sebesar 113,74.

Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, yaitu:
• kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,02 persen;
• kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,58 persen;
• kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,25 persen;
• kelompok kesehatan sebesar 0,11 persen;
• kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,21 persen;
• kelompok pendidikan sebesar 1,85 persen;
• kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,33 persen;
• serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,29 persen.

Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK Agustus 2022 tercatat 4,69% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,94% (yoy).

Ke depan, tekanan inflasi IHK diprakirakan masih berlanjut, antara lain didorong oleh masih tingginya harga energi dan pangan global. Inflasi inti dan ekspektasi inflasi diprakirakan berisiko meningkat akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food. Serta semakin menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.

Berbagai perkembangan tersebut diprakirakan dapat mendorong inflasi pada tahun 2022 dan 2023 berisiko melebihi batas atas sasaran 3,0±1%. Dan karenanya diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia untuk langkah-langkah pengendaliannya.

Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan instansi terkait melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID). Hal ini untuk mengelola tekanan inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi serta mendukung ketahanan pangan

Inflasi kelompok inti pada Agustus 2022 sebesar 0,38 persen (mtm) hal ini lebih tinggi dibandingkan inflasi inti pada Juli 2022 sebesar 0,28 persen (mtm).

Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi komoditas dalam kelompok Pendidikan. Serta komoditas kontrak dan sewa rumah yang didorong kenaikan mobilitas masyarakat dan berlanjutnya proses pemulihan ekonomi. Peningkatan lebih lanjut tertahan oleh deflasi komoditas emas perhiasan seiring dengan pergerakan harga emas global.

Secara tahunan, inflasi inti Agustus 2022 masih terjaga rendah sebesar 3,04% (yoy). Meski lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,86% (yoy). Terjaganya inflasi inti tersebut didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi.

Kelompok volatile food pada Agustus 2022 mencatat deflasi sebesar 2,90% (mtm) setelah pada bulan sebelumnya mencatat inflasi sebesar 1,41% (mtm).

Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi aneka cabai dan bawang merah sejalan dengan peningkatan pasokan dari daerah sentra produksi.

Di sisi lain, komoditas beras dan telur ayam ras mengalami inflasi seiring dengan berakhirnya masa panen dan peningkatan permintaan.

Secara tahunan, kelompok volatile foods mengalami inflasi 8,93% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,47% (yoy).

Inflasi kelompok administered prices pada Agustus 2022 mencatat inflasi 0,33% (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 1,17% (mtm).

Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan udara sejalan dengan meredanya tekanan harga avtur. Penurunan inflasi lebih lanjut tertahan oleh inflasi bahan bakar rumah tangga dan tarif listrik. Seiring dengan penyesuaian harga energi nonsubsidi. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 6,84% (yoy), lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 6,51% (yoy).

 

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting