Data Ekonomi Kuat, Dukung Kebijakan Suku Bunga Agresif The Fed – Market Mover 7 September 2022 by Asido Situmorang

712

(Vibiznews – Market Mover) Meningkatnya data ekonomi AS memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve akan melanjutkan pengetatan kebijakan yang agresif.

Laporan ISM Non Manufacturing PMI AS menunjukkan industri jasa AS secara tak terduga meningkat bulan Agustus, memperkuat pandangan bahwa ekonomi tidak dalam resesi dan memberi The Fed kelonggaran untuk kenaikan suku bunga agresif 75 basis poin pada 21 September.

Pasar saat ini memberikan probabilitas 73% untuk kenaikan 75 basis poin, dan peluang 23% untuk kenaikan 50 basis poin.

Sementara itu Bank Sentral Eropa (ECB) juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan Kamis 9 September 2022.

Bagaimanakah pengaruh sinyal kebijakan suku bunga agresif Federal Reserve bagi pasar investasi global?

Dari pasar Forex, Dolar AS mencapai puncak 24 tahun terhadap yen dan mencapai tertinggi baru terhadap dolar Australia pada hari Rabu setelah data ekonomi AS memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve akan melanjutkan pengetatan kebijakan yang agresif.

Euro terus melemah tidak jauh dari level terendah dua dekade pada hari Selasa, dengan para menteri Uni Eropa bersiap untuk bertemu minggu ini untuk membahas krisis energi yang menekan industri dan rumah tangga.

Poundsterling juga turun dengan Inggris mengalami krisis energi, sekalipun ada rencana dari Perdana Menteri baru Liz Truss untuk paket dukungan besar-besaran.

Dari pasar Index, Bursa saham global tertekan kekhawatiran pelemahan ekonomi dengan sinyal kenaikan suku bunga agresif dari Federal Reserve yang menekan Bursa Wall Street, dan juga rencana ECB menaikkan suku bunga 75 basis poin pada Kamis ini menekan Bursa Eropa. Demikian juga Bursa Asia berakhir sebagian besar melemah merespon perkiraan kebijakan suku bunga agresif.

Dari pasar Komoditas, harga emas turun dg dolar AS dan imbal hasil Treasury AS naik setelah data ekonomi mendukung ekspektasi The Fed melanjutkan jalur kenaikan suku bunga yang agresif. Harga minyak juga turun dengan ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut memicu kekhawatiran resesi ekonomi global dan permintaan bahan bakar yang lebih rendah.