Kemana Arah Harga Emas & Forex di tengah Global Tightening Monetary Policy?
(Vibiznews – Commodity) Emas dan matauang utama dunia Poundsterling serta Euro memulai tahun yang baru 2022 pada posisi di atas, sementara indeks dollar AS berada pada posisi di bawah. Namun menjelang akhir tahun 2022, keadaan berbalik dengan emas, poundsterling dan euro mencetak rekor terendahnya sementara indeks dollar AS mencetak rekor tertingginya.
Emas
Memulai tahun yang baru 2022 pada awal bulan Januari, harga emas berada pada level $1,829. Harga emas melonjak tinggi pada bulan Maret dan mencapai rekor $2,061 yang menyamai rekor pada bulan Agustus 2020 karena meningkatnya ketegangan geopolitik akibat Rusia menyerbu Ukraina. Namun sekarang harga emas harus berjuang bertahan di level $1,657.
DXY
Memulai awal tahun yang baru 2022 di sekitar level 95,63 indeks dollar AS (DXY) terus menguat sepanjang 2022 dengan telah melewati tiga kuartal. Indeks dollar AS sempat naik ke level tertinggi di 114,76 pada 28 September 2022 sebelum akhirnya saat ini telah turun lagi ke 110.13.
GBP/USD
Memulai tahun yang baru pada awal bulan Januari 2022, GBP/USD diperdagangkan di sekitar 1.3516. Pasangan matauang GBP/USD sempat naik ke rekor 2022 di sekitar 1.3705 pada tanggal 13 Januari 2022. Namun sekarang GBP/USD telah turun sampai ke level 1.1297 dengan sempat turun ke level terendah pada tanggal 28 September di 1.0769
EUR/USD
Memulai tahun yang baru pada awal bulan Januari di 1.1350, EUR/USD sekarang berada pada level 0.9858, pada hari Kamis 20 Oktober 2022 berada pada level 0.9630, turun ke bawah level pariti.
Apa yang menyebabkan kondisi bisa berbalik 180 derajat? Bagaimana arah ke depannya pada tahun 2023?
Review 2022
Kondisi Global
Pada tahun yang baru 2022, pasar masih terus digerakkan oleh perkembangan kasus Covid-19 dengan varian-varian barunya. Kabar baiknya yang muncul dari sejak awal tahun 2022, adalah tahun 2022 bisa menjadi permulaan dari berakhirnya pandemik, menjadi tinggal endemic, sesuai dengan pola evolusi dari virus yang telah diselidiki secara historis, yang akan melemah dengan berjalannya waktu. Pasar juga digerakkan oleh perkembangan dari Omicron yang waktu itu diakui bahwa meskipun cepat penularannya tetapi jauh dari mematikan sehingga diharapkan gelombang Omicron akan cepat mereda seperti cepatnya menular dan bahkan menjadi permulaan dari berakhirnya pandemik.
Kabar baik akan meredanya Covid – 19 ini membuat pasar berantusias memasuki tahun yang baru 2022 dengan harapan yang besar akan pulihnya ekonomi dunia lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya dengan dihapuskannya restriksi – restriksi yang menghambat jalannya dan pertumbuhan ekonomi dan bisnis. Harapan pemulihan ekonomi global yang cepat terus berlangsung pada kuartal pertama 2022.
Pada akhir bulan Januari, pasar mulai memperhatikan dan digerakkan oleh perkembangan dari rencana the Fed di dalam memerangi inflasi dengan jalan memperketat kebijakan moneter baik dengan mengurangi pembelian obligasi pemerintah AS maupun melalui menaikkan tingkat suku bunga.
Memasuki bulan Februari, dunia digoncang oleh ketegangan geopolitik dengan Rusia menyerbu Ukraina yang memperparah tekanan inflasi yang sudah meninggi karena dampak dari Covid – 19.
Pada bulan Maret, the Fed sudah mulai melaksanakan kebijakan pengetatan moneternya dengan menaikkan tingkat suku bunga sebesar sebesar 25 bps ke kisaran 0,25-0,5% dan BoE yang juga telah mulai menaikkan tingkat suku bunganya.
Pada bulan April, Covid – 19 kembali merebak namun terbatas terutama di Cina dan perkembangan merebaknya Covid – 19 di Cina masih terus berlangsung sampai saat ini dimana pemerintah Cina belum berhasil mengendalikan perkembangan Covid – 19 meskipun telah melakukan kebijakan zero tolerance, malah sebaliknya sebagai dampak dari zero tolerance adalah mundurnya kegiatan ekonomi di Cina.
Berkepanjangannya konflik Rusia – Ukraina yang tidak ada tanda – tanda akan selesai, berdampak langsung terhadap kenaikan inflasi yang mencapai rekor satu dekade. Perkembangan inflasi yang mencetak rekor baik di AS, Eropa maupun Inggris dan reaksi dari masing-masing bank sentral terus diperhatikan pasar.
Pada bulan Juni, data ekonomi yang keluar dari AS menunjukkan bahwa CPI AS melompat ke 9.1%. Meskipun setelah itu angka inflasi sempat sedikit turun namun tidak berarti inflasi sudah mencapai puncaknya dan sudah berbalik dalam tren turun. Laporan inflasi AS yang terbaru sebagaimana yang terlihat di dalam laporan Consumer Price Index (CPI) bulan September menunjukkan kenaikan inflasi sebesar 0.4% dari bulan Agustus. Angka ini juga di atas dari angka yang diperkirakan sebesar 0.3%. Secara tahunan CPI AS naik 8.2%. Sementara pasar memperkirakan secara tahunan CPI AS hanya naik 8.1% setelah pada bulan Agustus naik sebesar 8.3%. Laporan CPI hari ini menunjukkan bahwa the Fed benar dalam hal kepercayaannya bahwa inflasi masih belum bisa dikontrol.
Pada bulan Juli keluar data GDP AS Q2 yang kembali terkontraksi 0.9% setelah data GDP Q1 terkontraksi 1.6%. Dengan dua kali berturut-turut mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatip maka AS dapat dikategorikan sudah memasuki resesi tehnikal, namun data NFP AS bulan September muncul lebih baik daripada yang diperkirakan yang menunjukkan ekonomi AS tidak dalam kondisi resesi.
Pada bulan Agustus 2022 harga minyak mentah mengalami penurunan signifikan ke bawah level $90 di sekitar $82 – $85.
Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, kembali menaikkan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate) pada 22 September 2022. The Fed kali ini menaikkan Fed Fund Rate sebesar 75 basis poin (bps) atau 0,75 persen menjadi 3,0-3,25 persen. Kenaikan Fed Fund Rate ini merupakan kenaikan kelima kalinya selama tahun 2022. Sebelumnya The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 bps pada 28 Juli dan 16 Juni, 50 bps pada 5 Mei, dan 25 bps pada 17 Maret.
Pada bulan Oktober 2022 ketegangan geopolitik kembali meningkat dengan Rusia memobilisasi pasukannya kembali ke Ukraina dan terjadinya ledakan pipa gas di Druzhba.
Data inflasi AS yang keluar pada bulan Oktober baik Consumer Price Index (CPI) maupun Producer Price Index (PPI) menunjukkan inflasi AS tetap panas yang memicu rally dollar AS dan menyebabkan EUR/USD jatuh ke kerendahan baru selama dua minggu ke dekat 0.9630.
Emas
Memulai tahun yang baru 2022 pada awal bulan Januari, harga emas berada pada level $1,829. Harga emas melonjak tinggi pada bulan Maret dan mencapai rekor menembus $2,000 yang menyamai rekor pada bulan Agustus 2020 karena meningkatnya ketegangan geopolitik akibat Rusia menyerbu Ukraina.
Memulai minggu yang baru pada periode perdagangan 21 – 25 Februari, harga emas berada di $1,896, Harga emas naik tajam pada hari Kamis. Emas menyentuh ketinggian selama 1 ½ tahun di $1,976. Arus safe-haven terlihat jelas ditengah sentimen pasar yang risk-off dengan Rusia meluncurkan serangan militer besar atas negara tetangganya, Ukraina,
Harga emas melanjutkan kenaikannya dan sempat berhasil mencapai rekor tertinggi di $2,061 pada tanggal 8 Maret, menyamai rekor pada bulan Agustus 2020 karena permintaan safe-haven yang terus berlangsung di tengah intensifnya perang antara Rusia dengan Ukraina.
Namun rekor harga emas tersebut tidak berlangsung lama, selanjutnya harga emas turun selama 3 hari berturut – turut. Pada 9 Maret, harga emas turun ke $35 ke $1,956. Pada 10 Maret harga emas kembali turun $28 ke $1,928. Pada 11 Maret harga emas kembali melanjutkan penurunannya ke $1,913.
Memulai minggu yang baru pada periode perdagangan 18 – 22 April di ketinggian $1,935, harga emas mengalami penurunan yang tajam pada minggu itu dan pada hari Jumat diperdagangkan di sekitar $1,908. Harga emas sempat turun menyentuh ke rendahan selama 4 minggu di $1,894 pada hari Senin sebelum akhirnya berhasil naik kembali ke atas $1,900. Namun pada hari Rabu kembali turun ke $1,882 dengan terus menguatnya dolar AS yang mencapai ketinggian dua tahun yang baru di 103.035. Harga emas berhasil naik kembali ke $1,908 pada hari Jumat akibat aksi “short covering” dari para traders jangka pendek di pasar futures dan “bargain hunting” di pasar tunai, selain itu keengganan terhadap resiko bertambah kuat pada hari terakhir perdagangan minggu dan bulan itu.
Pada hari pertama di minggu perdagangan yang baru di bulan Mei, harga emas segera turun tajam menyentuh kerendahan selama 2 ½ bulan di $1,862. Emas terpukul pada awal minggu itu dan meneruskan penurunannya ke $1,810, oleh kekuatan bearish diluar pasar emas yaitu kuatnya dollar AS yang menyentuh ketinggian selama 20 tahun dan turunnya harga minyak mentah serta naiknya yields treasury AS serta rebound yang terjadi pada pasar saham global ditengah berkurangnya keengganan terhadap resiko di pasar.
Memulai minggu perdagangan yang baru periode 4 – 8 Juli, harga emas pada minggu itu, jatuh menembus $1,800 dan mengarah ke $1,700. Pada hari Selasa harga emas turun tajam ke $1,768 karena menguatnya USD. Pada hari Rabu meneruskan penurunannya ke kerendahan selama 8 ½ bulan di $1,735 dengan dolar AS terus menguat.
Harga emas masih tertekan turun pada hari Jumat 15 Juli, dan sempat turun menembus kembali support kunci yang kuat di $1,700 di $1,699.90 dengan elemen di luar pasar emas masih bullish.
Pada hari Kamis 21 Juli sempat melanjutkan penurunannya ke $1,689
Memulai minggu perdagangan yang baru periode 12 – 16 September 2022, di $1,717, emas mengakhiri minggu itu dengan penurunan tajam ke $1,658. Pada hari Kamis, harga emas jatuh ke kerendahan 2 ½ tahun di $1,666, karena kombinasi menguatnya dollar AS bersamaan dengan naiknya yields treasury AS dan beberapa data inflasi yang lebih panas pada minggu ini.
Pada minggu perdagangan 26 – 30 September 2022, emas sempat diperdagangkan turun ke dekat kerendahan 2 ½ tahun di sekitar $1,627, setelah Federal Reserve yang hawkish membuat dollar AS dan yieds treasury AS naik lebih tinggi. Lingkungan makro ini berpotensi mendorong lebih banyak orang menjauh dari emas, yang bisa mengakibatkan aksi jual lebih jauh dengan $1,600 menjadi zona yang berbahaya bagi harga emas, namun juga bisa membuat kesempatan membeli yang besar dari bawah.
Memulai minggu perdagangan yang baru di $1,697, emas mengakhiri minggu ke 3 bulan Oktober dengan penurunan ke $1,655. Harga emas telah mulai turun tajam sejak hari Senin ke $1,665 dengan USD meneruskan kenaikannya. Pada hari Jumat melanjutkan penurunannya ke $1,645.

DXY
Mengakhiri tahun 2021, indeks dollar AS terus tertekan dan melanjutkan penurunannya dari di atas 96,00 di 96,035 pada awal minggu menjadi di bawah 96,00 di 95,63 turun 0.34% dalam sehari karena sentimen pasar yang terus positip mengakhiri tahun 2021 menuju tahun 2022.
Setelah sempat naik dari 95.63 ke 96.13 karena risalah pertemuan FOMC AS yang hawkish, pada minggu ke dua bulan Januari, dollar AS kembali tertekan. Pada hari Rabu, munculnya angka CPI AS yang naik ke 7% sesuai dengan yang diperkirakan, telah memicu tekanan jual yang kuat atas dollar AS. Indeks dollar AS turun 0.6% ke 95.00 dan pada minggu itu. Indeks dollar AS kembali ditutup di teritori negatip memperpanjang penurunan ke kerendahan selama dua bulan yang baru di 94.60.
Setelah sempat tertekan turun pada awal minggu pertama bulan Februari, dollar AS berhasil bangkit pada akhir minggu dipicu oleh keluarnya angka NFP AS bulan Januari yang jauh lebih kuat daripada yang diperkirakan. Setelah keluarnya laporan NFP AS Januari, yields AS naik tajam ke 1.91% yang adalah tertinggi sejak Januari 2020, dan dollar AS mengalami rally secara luas dan indeks dollar AS naik 0.08% dalam perdagangan sehari ke 95.455.
Memulai minggu yang baru dengan tren naik di 95.838, karena meningkatnya ketegangan geopolitik Rusia – Ukraiana, indeks dollar AS pada minggu terakhir bulan Februari naik hampir 0.5% ke atas 96.500 dengan Rusia jadi menyerbu Ukraina dengan serangan skala besar. Indeks dollar AS sempat melanjutkan kenaikannya pada hari Jumat ke 97.155 dengan masuknya arus safe-haven yang besar ke pasar.
Pada bulan Maret, the Fed pertama kalinya menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 bps.
Memulai minggu pertama bulan Maret dengan tren naik di 97.155, indeks dollar AS meneruskan kenaikannya ke 98,700 dengan testimoni Powell di depan House Committee on Financial Services AS hari Rabu memberikan dorongan naik dan juga dengan perang Rusia vs Ukraina terus berkecamuk tanpa ada tanda-tanda mereda dan dikabarkan militer Rusia telah mulai mengebom pabrik nuklir terbesar di Eropa.
Memulai minggu terakhir bulan Maret di 98.685, indeks dolar AS mengalami kenaikan pada hari yang pertama ke 99.20 karena antisipasi the Fed akan bertindak lebih agresif. Namun selanjutnya indeks dolar AS berbalik turun ke 98.505 dengan membaiknya sentimen pasar yang menimbulkan arus masuk terhadap resiko dengan memuncaknya harapan untuk gencatan senjata di Ukraina.
Memulai minggu pertama bulan April, di 98.505, indeks dolar AS menguat pada hari Senin karena naiknya yields obligasi treasury AS. Indeks dollar AS terus naik ke arah 99.00. Yields obligasi treasury AS benchmark 10 tahun berada pada level yang tertinggi dalam lebih dari 3 tahun di 2.62%, naik lebih dari 2% per hari. Pada hari Rabu, indeks dollar AS membukukan sedikit kerugian di bawah 99.50 setelah sempat melompat ke level tertinggi sejak bulan Mei 2020 di 99.75 sebelumnya. Indeks dolar AS terus meningkat didorong oleh keluarnya risalah pertemuan kebijakan FOMC bulan Maret yang hawkish sehingga mencapai level tertinggi sejak Mei 2020 di 99.892.
Memulai minggu ke dua bulan April, di 99.892, indeks dolar AS mengalami kenaikan pada hari Senin dengan naiknya yields obligasi treasury AS. Pada hari Rabu, dolar AS mendapatkan keuntungan dari para pembicara the Fed yang hawkish di tengah lingkungan yang enggan terhadap resiko. Indeks dolar AS mengakhiri minggu ini dengan berada di level di atas 100 di 100.30.
Pada minggu ketiga bulan April, ini indeks dolar AS melanjutkan kenaikannya. Pada hari Senin naik 0.2% ke 100.70 karena naiknya yields obligasi AS. Pada hari Selasa, naik ke atas 101.00. Dollar AS mendapatkan bantuan tambahan dengan yields obligasi pemerintah AS 10 tahun mengalami kenaikan ke 2.913%, ketinggian beberapa tahun.
Memulai minggu terakhir bulan April di atas 101.00, dolar AS mendapatkan arus safe-haven pada hari Senin dan pada hari Selasa, indeks dolar AS melanjutkan tren naiknya ke $103.035.
Pada bulan Mei, the Fed menaikkan tingkat suku bunga sebesar 50 bps ke kisaran 0,75-1%, seiring meningkatnya tekanan inflasi di AS.
Indeks dollar AS memulai minggu ke dua bulan Mei, hari Senin dengan pijakan yang lebih kuat. Yields obligasi pemerintah naik membumbung tinggi karena meningkatnya ekspektasi inflasi. Yield obligasi 10 tahun berada pada puncaknya di 3.20%. Indeks dollar AS menguat setelah keluarnya data inflasi AS yang memanas lebih daripada yang diperkirakan pasar. Keengganan terhadap resiko tetap tinggi di tengah terus berlangsungnya perang Rusia – Ukraina yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, lockdown karena Covid di Cina dan inflasi harga yang problematik yang mencengkeram dunia. Dollar AS memperpanjang kenaikannya, diuntungkan oleh arus “risk-off” dengan indeks dollar AS diperdagangkan pada level tertinggi dalam dua dekade mendekati 104.707.
Setelah naik dari awal Januari 2022 di 95 dan mencapai puncaknya pada minggu ke dua bulan Mei di 104.707, pada minggu terakhir bulan Mei, indeks dollar AS mulai mengalami penurunan dan diperdagangkan di sekitar 102.953. Pada minggu ini indeks dolar AS melanjutkan penurunannya ke 101.686, dengan sentimen pasar yang positip telah membuat pasar saham AS membaik dan yields obligasi AS turun ke arah 2.7%.
Pada hari Rabu minggu ke dua bulan Juni, dollar AS mengalami rebound, karena keputusan bank sentral AS the Fed yang hawkish, menaikkan tingkat bunga secara agresif sebanyak 0.75%, dan pada hari Jumat, dollar AS terus mengumpulkan kekuatannya menjelang akhir minggu sehingga berhasil ditutup di zona hijau di 104.515.
Pada minggu terakhir bulan Juni, indeks dollar AS naik ke level terkuat dalam dua minggu di atas 105.00 karena komentar Powell yang hawkish dan ditengah sentimen pasar yang enggan terhadap resiko karena ketakutan akan terjadinya resesi global.
Pada minggu pertama bulan Juli, dollar AS berbalik naik karena atmosfir pasar yang enggan terhadap resiko akibat ketakutan akan resesi global. Indeks dollar AS bahkan berhasil naik menembus ke atas 106.00 untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade.
Pada minggu kedua bulan Juli, dolar AS sebagian besar menguat karena sentimen pasar berhari-hari dikuasai oleh sentimen yang umumnya “risk-off” karena ketakutan akan resesi global dan bahkan indeks dolar AS sempat mencapai level tertinggi sejak November 1981 di 109.20 oleh karena naiknya inflasi AS ke level tertinggi sejak 41 tahun di 9.1%. Namun menjelang akhir minggu, menutup minggu pada perdagangan hari Jumat sentimen pasar berbalik menjadi “risk-on” sehingga menekan turun indeks dollar AS ke 107.85.
Pada 26 – 27 Juli 2022 The Fed naikkan lagi suku bunga 75 bps ke kisaran 2,25%-2,50%.
Pada minggu pertama bulan Agustus, indeks dollar AS berhasil menghentikan penurunan mingguannya dengan diperdagangkan pada hari terakhir minggu itu ke sekitar 106.360, naik dari awal minggu di 105.865. Kenaikan indeks dollar AS terutama disebabkan karena keluarnya laporan NFP AS bulan Juli yang secara mengejutkan naik dua kali lipat dari yang diperkirakan dengan penambahan sebanyak 528.000 pekerjaan.
Memulai minggu perdagangan yang baru hari Senin di 105.600, indeks dollar AS terus menguat dan naik ke 107.990 mengakhiri minggu ini pada perdagangan hari Jumat. Indeks dollar AS sudah mulai menunjukkan kekuatannya dari sejak hari Senin dengan datangnya arus pemintaan safe-haven di tengah atmosfir yang enggan terhadap resiko dan naik ke 106.50. Dolar AS melanjutkan penguatannya pada hari Rabu dengan sentimen pasar yang sangat buruk dimana pasar saham global berbalik turun tajam. Naiknya yield obligasi pemerintah AS ke 2.90% juga mendukung naiknya indeks dollar AS.
Pada minggu terakhir bulan Agustus, indeks dollar AS mengakhiri minggu pada perdagangan hari Jumat dengan kenaikan ke 108.730 setelah pidato Powell yang hawkish di Jackson Hole. Yields treasury 10 tahun AS naik ke sekitar 3.10% dan 3.30%.
Pada minggu pertama bulan September, indeks dollar AS mengakhiri minggu perdagangan dengan kenaikan mingguan ke 109.537.
Pada bulan September 2022 The Fed naikkan lagi suku bunga 75 bps ke kisaran 3,00%-3,25%.
Pada minggu ke tiga bulan September, indeks dollar AS mengakhiri minggu perdagangan dengan kenaikan yang solid ke ketinggian baru yang baru di 112.760. Indeks dollar AS terus menguat sepanjang minggu dengan the Fed terus menunjukkan sikap yang hawkish untuk melakukan kebijakan moneter yang ketat dengan menaikkan tingkat bunga secara agresif. Setelah menaikkan tingkat bunga sebesar 75 bps pada bulan September, Powell mengisyaratkan akan melakukan kenaikan tingkat bunga sebesar 75 bps lagi sebanyak dua kali sampai akhir dari tahun ini.
Pada minggu terakhir bulan September, indeks dollar AS mengakhiri minggu perdagangan dengan sedikit penurunan ke 112.185. Namun pada awalnya hari Senin, indeks dollar AS masih menunjukkan kekuatannya dengan melanjutkan kenaikannya ke atas 114.00 di 114.76 dengan sentimen pasar tiba-tiba berubah menjadi buruk pada paruh ke dua sesi perdagangan.
Pada minggu pertama bulan Oktober, indeks dollar AS mengakhiri minggu perdagangan dengan posisi yang relatif sama di sekitar 112.252. Indeks dollar AS memulai awal minggu dengan terus tertekan karena keluarnya data PMI manufaktur AS yang mengecewakan. Namun pada pertengahan minggu, indeks dollar AS berhasil bangkit keluar dari tekanan bearish-nya, setelah keluar laporan employment AS dari ADP dan survey PMI jasa dari ISM yang bagus. Pada hari Jumat, indeks dollar AS yang semula harus berjuang untuk bisa mempertahankan posisinya, berhasil naik setelah keluarnya angka NFP AS yang bagus.
Pada minggu terakhir bulan Oktober, indeks dolar AS bergerak stabil di sekitar 112.00.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting



